BAGIAN SATU

22 4 1
                                    

Kagum yang berlebih ;
tidak baik untuk kesehatan hati.

"Gue gak mau serius, harus ya gue satu kelas sama si Arinda?"

"Udahlah mel terima aja, udah takdir lo emang." kata mereka

"Udah gitu gue gak sekelas lagi sama kalian, yah gimana dong ini?"

"Walaupun kita gak satu kelas kita kan masih bisa ketemuan pas istirahat atau pulang bareng, iya kan?" kata Farah menenangkan

"Yahh tapi kan tetep aja, gue pengen nangis tau."

Aku benar-benar tidak percaya dengan takdir ini. Aku dan sahabat-sahabatku sudah berencana untuk mendaftar ke SMP yang sama dan kelas khusus yang sama. Tapi bisa-bisanya, saat pengumuman penerimaan hanya namaku yang tidak disebutkan di dalam papan pengumuman itu.

Setelah itu aku mendapat kabar dari salah seorang temanku "Wahh selamat yaa Mel, lo masuk kelas percepatan, kelas tempat anak-anak pintar nih." Aku langsung mengecek papan pengumuman itu lagi dan betapa terkejutnya aku

"Apaa?? Ini beneran?? Gue kira gue ketrima di kelas biasa parahnya gue juga berpikir gue mungkin gak ketrima!" kataku

"Mel, selamat yaa, lo emang hebat." kata mereka

Jujur aku memang senang diterima disana, tapi bukan berarti aku juga senang satu kelas dengan Arinda. Dulu saat SD Arinda itu orang yang sangat individual. Dia memang ramah terkadang tetapi saat sifat emosionalnya muncul dia jadi membuat orang yang disekitarnya ingin menjauh.

Keesokan harinya semua wali siswa baru mengadakan rapat sesuai tempat kelas diterima anaknya. Aku sudah berkali-kali memohon kepada ibu kalau aku tidak mau. Tapi percuma sekolah tidak bisa menurunkan aku ke kelas sahabat-sahabatku. Saat itupun aku tiba-tiba ingin menangis dan aku bertemu seorang anak dengan ibunya

"Loh kenapa bu anaknya?" tanya ibu anak itu tiba-tiba

"Ini loh bu, maunya satu kelas sama teman-temannya, tapi keputusan sekolah udah gak bisa diubah lagi." kata ibuku

Seorang anak yang menggandeng ibu yang bertanya itu hanya melihatku dengan tatapan aneh

"Owh gitu ya, enak kok nduk di kelas ini, banyak yang kepingin masuk sini loh" kata ibu itu

Setelah itu ibu dan anak itu pamit untuk permisi pulang dulu.

Malamnya aku benar-benar tidak bisa tidur, aku terus-terusan berpikir aku harus bagaimana besok. Bahkan aku tidak punya semangat untuk pergi sekolah padahal besok hari pertama aku memulai hidup dengan lingkungan baru.

Besok paginya aku bangun dengan malas. Akhirnya aku berusaha untuk bangun dan segera pergi mandi. Setelah itu aku sarapan dengan badan yang tidak semangat. Selesai sarapan aku pergi ke sekolah diantar oleh ayahku.

Di sekolah
"Ayo dong mel yang semangat ini kan hari pertama kita." kata Bita

"Gimana gue mau semangat coba kalau keadaannya kayak gini." kataku

"Udahlah mel, nanti kan lo juga dapat teman baru." kata Caca

"Bener tuh, kali aja nanti temen sekelas lo ada yang cogan." kata Bita sembari tertawa

Sincerity. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang