Refreshing

302 14 7
                                    

Bagi anak-anak sekolah hari libur itu menyenangkan. Terutama bagi anak SMA. Kebanyakan dari mereka lebih senang dengan hari libur dari pada hari-hari biasa di sekolah. Karena di hari libur mereka bisa bebas main kemana saja. Terutama bagi mereka yang suka 'tour', tanpa pikir panjang langsung saja mereka pergi bersama pacarnya (yang punya), teman-temannya atau bersama keluarganya ketika hari libur tiba.

Berbagai macam alasan dari mereka saat 'tour'. Misal kelas 10,
"Mencari pengalaman dengan teman-teman baru".

Kelas 11,
"Mumpung libur, dari pada bosan di rumah".

Kelas 12,
"Untuk kenang-kenangan bersama teman sebelum lulus", haduh, sedihnya :(

Itu saja bagi mereka yang mampu dalam keadaan maupun keuangan. Namun sebaliknya, mereka yang hanya diam dan santai di rumah rasanya mambosankan sekali. Hingga anggapan mereka "lebih baik di sekolah dari pada di rumah" yang kegiatannya hanya itu-itu saja. Bangun tidur kemudian sholat dilanjut dengan membantu orang tua terus makan plus nanton televisi sambil tiduran setelah itu main game dilanjut molor dan seterusnya berulang-ulang. Bosankan?

Bahkan, mungkin sampai lupa mandi.

Begitu juga denganku, libur panjang antara semester satu dan dua ini sangat membosankan. Ditambah lagi hafalan-hafalan kitab yang bayaknya segambreng. Ouh, rasanya pusing sampai tujuh keliling.

Tapi itulah ujian anak-anak santri, harus kuat dan tabah menghadapi hari-hari. Belum lagi santri yang juga sekolah. Tugas di pesantren belum kelar. Eh, tugas sekolah udah melar. Harus pinter-pinter bagi waktu deh.

Tapi aku herman alias heran. Mengapa di pesantren ini santri yang sekolah jadi perolokan bagi santri yang tidak sekolah. Kata mereka "anak sekolah itu lemah!". Begitu kecut dan masamnya aku ini, saat mendengar kata-kata itu. Bukan karena tersindir, tapi karena kasihan dengan mereka yang susah payah mengaji di tambah belajar di sekolah sampai kepala mau copot karena pusing tujuh keliling kok di bilang "lemah?!".

Yang lebih kuherankan lagi, profokator dari perolokan itu adalah anak yang sudah lulus SMA. Greget. Sebenarnya aku tidak terima, bisa-bisanya dia bilang begitu. Nggak sadar, dulu juga dia sekolahkan? Kenapa bilang begitu ? ? ?

Positive thinking saja, mungkin karena dia dulu merasa lemah jadi anak sekolah. Yang kerjaannya hanya 'ngantuk saat pelajaran, istirahat, makan, jajan (waktu di sekolah)'. 'Ngantuk, terus tidur (waktu ngaji di pesantren)' dengan alasan :

Saat ngaji :
Ustadz : kok tidur kang? Lagi ngaji lho!

'Dia' : cape kang, di sekolah banyak tugas, pulangnya sore.

Saat di sekolah :
Guru : Heh, kenapa kamu tidur!?

'Dia' : Maaf pak, di pondok ngajinya sampai larut malam (padahal selesai pukul 21.30 WIB. Terus begadang sampai pagi ).

Itulah yang dikatakannya sebelum sia bilang "anak sekolah itu lemah!". Mungkin itu karena pengalamannya dulu. Karena sekarang dia sudah lulus dia bilang begitu. Positive thinking. Anggap saja dia ingin membangun jiwa anak-anak santri yang sekolah agar mereka lebih semangat lagi. Biar nggak kaya dia dulu. Iyakan? :v

* * *
Hari ini adalah puncak liburanku yang sangat hampa. Tidak ada android, tidak ada hiburan apapun, semua pekerjaan sudah beres.

Terus mau ngapain ya?

Semua teman-temanku asyik dengan androidnya sendiri. Ya, di pesantren , saat liburan tiba, android yang tadinya dititipkan ke dewan pengurus di kembalikan ke pemiliknya. Kemudian, saat kegiatan pesantren sudah dimulai lagi, para android (eh, maksudnya android) di tarik oleh dewan pengurus. Mau tidak mau...ya harus mau. Karena itu sudah menjadi peraturan pesantren ini.

Kota SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang