[ LAST ]

51 9 5
                                    

Ruang tempat kita pertama bertemu sekaligus tempat kita saling mengenal menjadi saksi bisu sore ini.

Hari ini tepat satu bulan sejak kita meresmikan hubungan.

Aku berdiri dua meter di hadapanmu. Tatapanmu seolah bertanya, "Ada apa, April?"

Lantas aku mengutarakan semuanya.

"Aku merasa sakit di hatiku, Devian." Ucapku.

"Siapa yang membuatmu sakit?" Kau bertanya. Tersirat kekhawatiran di suaramu.

"Hampir seluruh orang di kelas ini. Bahkan beberapa siswa dari kelas lain." Jawabku.

Ia mengerutkan alisnya tak mengerti. "Bagaimana bisa?"

Aku tersenyum. "Mereka selalu menyebutmu dan Sasa memiliki hubungan. Dan hatiku sungguh sakit mendengarnya. Ini bukan salahmu. Aku bahkan menyalahkan diriku, si gadis tak tahu malu, yang berani menerima pernyataan cinta dari orang istimewa sepertimu."

Kau semakin tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Kamu nyaris sempurna. Kamu tampan, pintar, kaya, populer, dan disukai banyak orang. Sangat bertolak belakang denganku. Dan siapa pun yang melihatmu dan aku berjalan berdampingan, mereka pasti berbisik bahwa yang pantas menempati tempatku adalah Sasa."

Tes..

Tanpa kusadari air mataku yang sedari tadi menggenang di pelupuk mataku menetes.

"Dia sama sepertimu. Nyaris sempurna. Dia cantik, pintar, manis, kaya, dan disukai guru dan banyak orang."

Kau menggeleng kuat.

"Apa maksudmu, April? Pemikiranmu sungguh salah. Bila hatiku sudah memilihmu, untuk apa aku mendengarkan omongan orang lain yang tidak jelas?" Kau membantahku.

"Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, Devian. Kamu sama sekali tidak memikirkan bagaimana rasanya berada di posisiku. Aku selalu mendapat cibiran ketika aku sedang berjalan di koridor. Aku menyembunyikan semua itu selama ini. Karena apa? Itu karena aku dibutakan oleh cintamu, hingga tak mempedulikan hatiku yang semakin patah ketika orang lain mencercaku."

"Kupikir, hubungan kita cukup sampai di sini saja. Satu bulan sudah lebih dari cukup bagiku untuk dicintai oleh seseorang sepertimu."

Setelah mengatakan itu, aku meninggalkannya sembari menghapus air mataku yang mengalir di pipi

Dear Dev | LazyFattyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang