Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
happy reading:)
*Arima pov
"Aku mencintaimu.. itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.
Sebab, setelah hujan selalu ada seseorang yang datang seperti pelangi dan memelukmu.
Aku,,, takkan pernah keberatan. Menunggu siapapun itu, dan berapa lama selama aku masih mencintainya.
karena,,, Mencintaimu adalah bahagia dan sedih. Dimana aku bahagia karena ada kamu dihati aku. Namun, aku juga sedih tatkala tidak bisa membahagiakanmu.
Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku selalu diam diam menitipkan harapan yang sama kepadamu dalan beribu ribu rintikan hujan agar aku selalu bersamamu.
setiap saat... aku belajar mencintai ia yang sangat mencintaiku lewat kebaikannya dan ketidak- sempurnaannya manusia.
Namun... ada kalanya aku berpikir. Apakah cinta selalu meneteskan air mata? apakah cinta perlu itu? karena menurutku lebih baik menunggu dan memandangmu dari kejauhan walaupun sebagai teman A dari pada menunggu seseorang yang tidak mungkin bisa kembali itu baru sia-sia.
dan akhirnya aku tahu... bahwa cinta ialah... seberapa pandai kau menghapus air mata. entah itu bahagia ataupun terluka.
karena aku yang hanya berada ditepi cinta saja, yang tidak merasakan kebahagiaan ikut terkena jatuh kejurang cinta kedalamnya.
Miyazono Kaori... Aku mencintaimu
terima kasih kau telah mengubah arahku" batinku sembari mengiringi pemakaman terakhirnya bersama kedua orang tuanya.
hatiku hancur berkeping keping. Karena sudah kedua kalinya, musik selalu mengambil orang yang aku cintai. Padahal dalam hatiku yang paling dalam, aku hanya ingin menyampaikan pada semua orang bahwa aku bermain piano agar ibuku sembuh. Dan, aku hanya ingin bermain piano bersamanya, serta jatuh cinta kepadanya. Tak peduli ia menganggapku apa.
Mengapa? Mengapa musik begitu kejam?!
aku lantas mengepalkan tanganku dan menahan air mataku yang tak terbendung. Aku kemudian teringat katanya yang mengatakan 'Watashi ga iru chan' yang membuatku senang sekaligus sesak.
'Kau bohong. Nyatanya kau pergi meninggalkanku setelah konser piano'
Salju semakin menebal. Aku segera kembali menuju rumah. Setidaknya aku sudah bermain sepenuh hati disaat saat terakhirnya. Dan saat itulah tiba tiba ayahnya Kaori mengeluarkan sesuatu.