Café

64 9 4
                                    

Café : Kim Min Seok, semoga kita jumpa lagi!

Lelaki itu terus saja menunduk memandang gelas kosong miliknya. Dari satu jam lalu aku bersamanya di café ini, tidak, bahkan kami tidak saling mengenal jadi bagaimana bisa kami dikatakan bersama. Tatapannya begitu kosong dan dingin.

Hujan diluar café tak berhasil mengusiknya sama sekali. Aku terus memperhatikannya. Ya tuhan, bagaimana bisa aku tak merasa bosan memandang wajahnya. Aku seakan terhisap oleh pesona bak malaikat miliknya.

Lelaki itu duduk di depan mejaku lebih tepatnya mejanya ada dihadapanku. Aku alihkan pandanganku kesebelah kiri -mejaku menghadap kaca yang menyuguhkan pemandangan langsung keluar- untuk melihat keadaan diluar, tampaknya hujan akan reda sebentar lagi.

Awalnya aku tidak perduli dengan keberadaannya, hingga sekitar sejam yang lalu. Lelaki itu menarikku dengan pesonanya yang tidak aku mengerti.

Flashback On

"Kim Min Seok tataplah mataku"

Sial, hampir saja. Astaga, siapa itu yang berteriak?! menbuyarkan kosentrasi saja. Tidak tahukah orang itu aku akan mencapai skor tertinggi. Aku menghela napas berat. Segera kutaruh kotak persegi yang kumainkan sejak tadi. Kujelajahi setiap sudut café mencari sumber masalah ini.

BINGO,

Ketemu, seorang gadis menggunakan dress tanpa lengan berwarna putih gading kini sedang menatap seseorang lelaki berkemeja biru yang berada didepannya.

Café ini tidaklah seramia biasanya, di ruang ini hanya ada kami bertiga. Dan tentu saja apa yang akan mereka bicarakan otomatis terdengar jelas olehku. Kuraih smartphone milikkku dan kumainkan kekiri-kekanan -aku tidak tahu pasti apa yang telah aku lakukan- agar aku terlihat tidak sedang mencuri dengar.

"Apa kau pikir aku akan hidup bahagia Min Seokie?"

Segera aku pertajam pendengaranku, rasa penasaran atau mungkin jiwa ingin tahuku yang membawaku sekarang. Akan menjadi hal menarik, pikirku.

"Sayang dengarlah, dengan bersamamu aku akan jauh lebih bahagia walau tanpa apapun" Lanjut gadis itu.

Tanpa sadar aku mengankat kepala untuk melihat secara langsung, astaga, kenapa aku tidak menyadarinya? Ini adalah masalah serius bukan hanya pertengkaran biasa. Kali ini tatapanku tak pernah luput dari dua pasang manusia berbeda jenis kelamin itu. Lelaki yang dari tadi hanya menundukkan kepalanya itu kini mengankat kepalanya.

Oh tuhan, ternyata dia sangat tampan wajahnya terlihat seperti malaikat. Lelaki itu hanya diam menatap gadisnya seakan mencari sesuatu pada dua buah bola mata hitam milik gadisnya. Mencari sebuah ketulusan cinta mungkin, aku tidak tahu, sungguh aku tidak mengerti dengan tatapannya.

Deg.

Apa yang terjadi padaku? Jantungku berpacu tak karuan saat melihat senyum tulusnya yang di tunjukkan untuk gadis itu.

"Cinta tak akan mampu membelikanmu makan. Cinta tak akan mampu untuk memenuhi kebutuhanmu. Cinta tak akan mampu membelikan barang kesukaanmu. Cinta, cinta tak akan menghidupi kita berdua"

Aku menganggukkan kepalaku naik-turun dengan cepat seakan mengatakan persetujuanku tentang argumennya.

"Seokie,,, Apa kau tak lagi mencintaiku?" ucap gadis itu lirih namun tetap terdengar olehku.

"Ya. Aku tidak lagi mencintaimu"

Sungguh ini diluar perkiraanku, aku saja begitu terkejut mendengarnya apalagi kekasihnya. Lihatlah! Gadis itu bahkan telah meneteskan air matanya, aku bahkan bisa mendegar isakkan kecil tangisnya yang begitu memilukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

12 Minutes : Que será, será, Whatever Will Be, Will Be.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang