◇11- Rencana◇

182 22 15
                                    

- - -
Menunggu tidak diciptakan untuk mereka yang mengeluh.
Menunggu hanya untuk mereka yang benar-benar tulus.
- - -

Suasana panas makin terlihat, ketika sepasang suami istri berdebat mengenai anak mereka. Bukan, ini hanya anak sang istri. Satu lagi, ini bukan debat, hanya saja semacam ambisi yang harus tercapai.

David dan Kiara kini sedang beradu mulut tepat di ruang keluarga rumah mereka. Masalah David ingin mewariskan bisnisnya kepada Abigail dan berujung ditolak oleh gadis itu, detik ini juga sedang mereka perdebatkan.

"Abigail harus tetap mengurus bisnisku, apapun masalahnya!" tegas David.

"Tenang saja, pah, aku yang akan urus ini semua," ujar Kiara.

Kiara memang memanggil David dengan sebutan papa. Mungkin sebagai pembiasaan karena saat ini David adalah suami-nya.

David mengangguk. Sedikit lega, mungkin. Kiara berada dipihaknya, mungkin nanti Abigail akan menuruti semua ucapan mamanya ini.

"Toh nanti juga kalian yang merasakan kebahagiaan ini," David menambahkan.

"Iya, aku tahu, pah. Semua ini untuk kami," balas Kiara dengan senyum sumringah.

David tersenyum senang, melihat sang istri terus mendukungnya, "Kamu memang selalu bisa diandalkan, Kiara,"

Kiara melempar senyum, begitu pula dengan David. Mereka berdua seperti terjebak euforia cinta masa SMA. Kiara seperti lupa akan mantan suaminya kalau sudah berhadapan dengan David. Mungkin saja ini cinta sejatinya, tapi entah bagaimana nantinya ia sendiri pun belum tahu.

Adegan saling melempar senyum mereka harus terhenti dengan kehadiran putri kesayangan mereka. Tebak siapa?

Jangan sampai kalian menebak kalau putri kesayangan mereka itu Abigail Scolash. Karena jika sampai kalian berpikir bahwa Abigail orangnya karena ia yang dipilih David sebagai putri waris, kalian salah. Pernah dengar pepatah "Nothing is Possible, kan?"

Gabriella Cantika. Putri kesayangan mereka. Gabriella atau sapa saja Gabi. Gadis dengan umur 16 tahun dan memiliki paras wajah kalem. Musuh terbesar Abigail. Untuk masalah ini sendiri belum bisa dijelaskan. Karena cinta itu tanpa alasan jadi sebuah benci bisa jadi datang tanpa alasan juga, kan?

Gabi menghampiri kedua orang tuanya yang sedang sibuk berbahagia. Lalu tersenyum kepada keduanya dan memeluk erat lengan Kiara. Satu alasan yang menjadikannya lebih disayang oleh Kiara dan David. Sangat jauh beda dengan Abigail. 

"Hai, anak papa!" ujar David sembari memeluk putrinya.

""Eh, papa. Ganggu aku lagi kangen-kangenan sama mama aja!" ketus Gabriella yang memang sedang asik memeluk Kiara.

Kiara terkekeh mendengar jawaban polos anaknya, "Papa kamu kangen itu tuh,"

"Ah masa? Papa kangen sama aku?" canda Gabriella. Lalu melanjutkan pelukan dengan papanya. Setidaknya sudah membuat lega.

"Pa, aku mau cerita," Gabriella berucap manja. Kalau sudah seperti ini pasti saja ada maunya.

"Pa, mama masuk ke kamar dulu," pamit Kiara, setelahnya ia bergegas meninggalkan David dan Gabriella di ruang keluarga.

David hanya menaikkan alisnya sebagai jawaban atas pertanyaan Gabriella tadi.

"Temen Gabi punya Iphone keluaran baru. Sedangkan milik Gabi keluaran tahun lalu. Gabi malu," Gabriella mengucapkan dengan mimik wajah yang dibuat manja. Agar David mengabulkan permintaannya.

Terlihat jelas, bukan. Gabi selalu saja meminta apa yang dia mau bukan yang dia perlu.

"Tapi milikmu sudah keluaran terbaru, Gabi," jawab David santai.

EXITIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang