Angin yang berhembus dingin membangunkan Jooheon dari tidurnya. Sejenak pemuda berambut coklat madu itu mengerjapkan mata menyesuaikan ukuran pupil matanya dengan cahaya. Jooheon lalu menyentuhkan kakinya di lantai yang dingin dan merasa pening untuk beberapa saat. Efek alkohol kemarin malam, atau malam kemarinnya lagi. Jooheon tidak ingat. Dia bahkan tidak ingat sudah berapa hari berlalu.
"Hyung."
Jooheon menoleh. Suara yang khas dan familiar.
"Changkyun," Jooheon balas memanggil. Di lensa matanya terpantul smartphone berlayar hitam di atas meja nakas. Sejak kapan benda itu mati?
Jooheon menggeleng. Dengan malas dia menyeret tubuhnya meraih smartphone dan menatap layar hitamnya beberapa saat.
"Sejak kapan kau bangun?"
"Entahlah, aku sendiri tidak yakin. Apa yang kau lakukan? Aku yakin kau baru saja meminum Wine, atau Jack Daniel?"
Jooheon tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kedua-duanya," dia lalu menjawab.
Terdengar erangan jengkel dari seberang yang entah di mana. Jooheon bisa membayangkan wajah mantan maknae di groupnya itu mengerutkan dahi dengan pipi mengembung. Tanpa sadar Jooheon tertawa.
"Coba kau buka jendela dan rasakan udara dingin pagi, Hyung."
"Itulah yang membangunkan aku, Kyunnie."
Jooheon melempar pandangan ke luar. Kabut pagi menutupi gedung-gedung tinggi. Terlalu pagi untuk bangun, tapi tidak apa. Jendela apartementnya menghadap kota Seoul dari ketinggian belasan meter. Di bawah sana, jantung Seoul terus berdetak seperti jantung pelari.
"Pagi yang sibuk di Seoul," Jooheon bergumam. Langkahnya membawa tubuhnya mendekati jendela yang terbuka lebar dengan desis angin pagi yang dingin.
"Hm, dan kau?"
"Entahlah, mungkin minum beberapa liter alkohol pagi ini," Jooheon menjawab tanpa beban sambil melirik botol Wine kosong di samping jendela. Beberapa malam yang lalu-mungkin-Jooheon menghabiskan berbotol-botol untuk tidur. Tidak ada yang salah dengan melakukan hal yang sama.
"Kapan terakhir kali kau makan?"
Jooheon mengusap dahinya yang tiba-tiba berkeringat. Kapan tepatnya? Jooheon tidak tahu?
"Entahlah," Jooheon menjawab putus asa.
"Ayolah, hyung."
Jooheon mendudukkan dirinya pada sebuah kursi. Kakinya bertumpu di bibir jendela. Berpikir sejenak sebelum menuang Wine ke dalam gelas dan menyesap isinya perlahan. Sensasi menggelitik di lidahnya hanya berlangsung beberapa detik sebelum menghilang di tenggorokannya.
"Hyung."
Jooheon tersenyum. Membayangkan Changkyun yang selalu bersikap sok dingin dan keren itu merengek jengkel. Jooheon merindukan ekspresi wajah itu. Sepanjang napas yang dia miliki.
"Aku merindukanmu, Changkyun."
Tidak terdengar jawaban untuk waktu yang lama. Jooheon hanya mampu menundukkan kepala sambil tersenyum miris. Merasa sangat konyol. Wine kembali menyentuh ujung lidahnya. Menggelitik. Sensasi yang telah menemaninya menghabiskan kebisuan hari.
"Hyung, bagaimana yang lain?"
Jooheon tanpa sadar menghela napas lega. Entah karena Changkyun yang tiba-tiba kembali bersuara atau karena pertanyaan yang terdengar. Jooheon menarik napas perlahan, merasa berat untuk beberapa saat.
![](https://img.wattpad.com/cover/177183633-288-k882881.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung, Don't Apologize [END]
Fanfiction"Hyung, jangan meminta maaf!" Suara itu terdengar lagi. Memperingatkan Jooheon bahwa dia tidak perlu menghukum dirinya sendiri, tapi Jooheon menolak untuk mengakuinya. Semua ini memang salahnya.