#01🌧

129 12 9
                                    

"Ryosukeeee. Sini ayok" panggilmu dari teras rumah. Aku hanya duduk dan menonton dirimu yang sedang bermain dengan air hujan.

"Ihh Ryo-kun! Ayolah. Kita mandi hujan" pintamu. Lalu aku yang tak tega melihatmu sendirian di teras sana, memutuskan untuk berjalan mendekat kearahmu.

"Hihi, kita mandi hujan yaaa" katamu sambil menarik tanganku menuju jalanan bebas yang sangat luas dan kosong itu.

"Yuri, kenapa dijalan? Main di teras rumah saja dong" pintaku tetapi kau malah menggeleng.

"Ih Ryo-kun! Itu ga seru. Teras rumahku sangat kecil, beda dengan rumahmu" katamu sambil menatap kearahku.

Aku hanya bisa mendengus pasrah dan tersenyum kecil kearahmu.

"Baiklah, tapi jangan kelamaan mainnya. Nanti kamu bisa sakit"

"Baiklah. Yuri akan!" katamu dan setelah itu kau malah asik bermain dengan air hujan yang turun sangat deras.

Kau malah menjauh dariku. Kau meninggalkan aku yang masih diam melihat kearahmu yang dengan asiknya bermain hujan.

Tapi, kenapa sekarang kamu malah diam? Kau mematung disana. Kau memandang kesuatu arah dan aku memutuskan untuk mengikuti arah pandangmu.

Kau-

"YURI AWAS!" jeritku kearahmu.

Kau tak memperdulikanku. Kau malah diam dan terus menatap cahaya lampu mobil yang datang kearahmu.

"YURI! AWAS!"

Aku lari kearahmu dan-

"YURII!" jeritku tak karuan ketika melihatmu yang sudah terbaring di jalanan beraspal itu dengan berlumuran cairan merah yang banyak.

Aku berlari kearahmu yang tak sadarkan diri itu. Pengemudi yang menabrakmu langsung turun dan melihat kearahmu.

"Maafkan aku. Aku akan membawanya kerumah sakit sekarang" kata pengemudi itu sambil gercep membuka pintu penumpang.

Aku juga langsung mengangkat tubuhnya yang munyil itu dan membawanya masuk kedalam mobil itu.

Aku membaringkan tubuhnya dan membiarkan kepalanya berada dipahaku.

Aku telat. Aku telat untuk menarikmu. Aku telat! Sialan kau Ryosuke.

•••

Yuri. Yuri. Yuri. Nama itu yang terus aku sebut didalam hatiku.

Aku mondar mandir. Memikirkan kamu. Aku terus berdoa agar kamu selamat. Aku terus terus mengucapkan "Kau pasti selamat" aku percaya kau bisa selamat. Kau pasti-

"Apakah anda keluarganya?"

Seseorang bertanya kearahku. Dan dia adalah dokter yang menangani Yuri.

"Tidak. Saya kekasihnya. Maaf, tapi bagaimana keadaannya?" tanyaku

Ku lihat dokter itu sedikit menghela nafas dan menatap sayu kearahku.

"Keadaannya sedang kritis. Dia butuh donoran darah. Jika ada yang berkenan untuk mendonorkan darah, bisa hubungin administrasi rumah sakit" kata dokter itu sambil meninggalkan aku yang mematung.

Aku tak percaya. Berapa banyak darah yang sudah habis didalam tubuhmu? Hingga kau memerlukan donor darah?

Aku langsung berlari kearah administrasi dan meminta agar darahku didonorkan untukmu.

"Saya ingin mendonorkan darah saya untuk pasien bernama Chinen Yuri" kataku cepat

"Maaf, jika anda ingin mendonorkan darah. Anda harus memeriksa darah anda sebelumnya, apakah itu cocok dan sehat untuk pasien" kata suster yang berdiri pas didepanku.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang