Dan kenyataan, membawaku kembali dari mimpi-mimpi kemaren yang terlalu indah. Senyum yang terlalu lebar, dan tawa yang terlalu membahana. Dan kini, aku kembali. Pada sudut sepi di ruangan lantai tiga, menatap tetesan demi tetesan membasahi kaca pembatas ruang. Ah ya, sudah waktunya kembali.
Untuk hati yang telah membuatku tersenyum meski sekejap, terima kasih. Sepertinya pengharapanmu untuk masa depan memenuhi dadaku dengan perasaan haru. Tapi, setelah kufikirkan kembali. Aku hanya sanggup terdiam. Karna langkahku, langkahmu. Terpisahkan jarak yang begitu menganga. Aku takut, hanya dirimu yang sanggup menuju titik itu. Sedang aku, tertinggal jauh dibelakangmu. Aku takut. Dia akan mengirimkanmu takdir yang lebih baik, takdir dimana aku tak tertulis didalamnya bersamamu
YOU ARE READING
Assalamu'alaikum Rindu
RomanceTentang bagaimana untuk memilih diam, untuk setiap butiran cinta yang meletup-letup. Tentang memilih acuh terhadap rindu yang semakin deras bersama hujan. Dan tentang sebuah harapan yang meski indah namun tak memiliki jalan untuk dipilih