2 화

654 175 33
                                    


Dihukum tidak boleh keluar ruangan pribadinya, bagi Jeje hal itu sangat sulit dibandingkan ia harus membaca buku di perpustakan kerajaan. Tetapi, ia tidak bisa membangkang hukuman ini. Wajah cantik Ibundanya sangat marah saat ia berkata bertemu dengan seorang pria di luar sana.

Ia tidak tahu kenapa sang ratu sangat marah mendengar hal itu. Apa karena desas desus beredar bahwa ia yang dari kerajaan awan akan dijodohkan dengan kerajaan pigeon. Tidak, ia tidak mau. Bahkan kakak-kakaknya saja belum menikah. Ia masih muda untuk sebuah pernikahan.

Tetapi, ia benar-benar merasa penasaran dengan sosok pria yang ia temui di sana. Seketika, pipinya merona merah dan ia langsung menutupinya dengan kedua tangannya. Astaga, kenapa ia merasa malu seperti ini.

Menggeleng pelan, Jeje lantas duduk di atas sofa. Ia mengambil gelas teh yang disediakan dayang penjaga. Memiringkan kepala, tiba-tiba ia teringat tentang sayap. Ia melirik sayapnya dan mengerjap.

Apakah benar sayap Ratu Elle sudah tidak ada?

Atau, sayap Ratu Elle di sembunyikan seperti apa yang pernah ia baca dalam buku di perpustakaan?

Tidak, Jeje tidak bisa bertanya langsung pada Ratu Elle. Itu mungkin akan membuat ibundanya marah sekali. Tapi ia ingin tahu. Apa ia harus bertanya pada Yang dan Wook? Mencecap sedikit tehnya, mungkin Jeje bisa bertanya pada kedua kakaknya itu kecuali bertanya pada kakak tertua mereka.

Berdiri, Jeje memanggil salah satu dayang. Ia tersenyum dan menggandeng lengan sang dayang, "Tolong panggilkan Wook dan Yang, aku ingin bertemu mereka."

"Ratu Elle tidak membolehkan anda untuk—"

"Kenapa tidak?" menyela dengan rengekan, Jeje memasang wajah polos. "Mereka kakakku, aku ingin bertemu mereka. Aku bosan berhari-hari berada di sini!"

Dayang itu terlihat bingung. Ia melirik dayang yang lain dan mereka mengangguk. Sebenarnya Ratu Elle tidak membolehkan mereka menurutku keinginan Jeje. Tetapi, kedua orang yang ingin ditemui Jeje adalah kakaknya. Mungkin Ratu Elle tidak akan masalah.

"Baiklah Putri, kami akan memanggilkan Pangeran Wook dan Pangeran Yang."

Tersenyum, Jeje lantas berlari kecil kembali duduk di sofa. Ia memiliki beberapa permintaan selain pertanyaan pada kedua kakaknya. "Terima kasih," ujarnya kala dua orang dayang mulai keluar dari ruangannya untuk memanggilkan kedua kakaknya.

Jeje menunggu dengan sabar, hingga pintu ruangannya terbuka dan memunculkan sosok kedua pria gagah itu. Ia tersenyum senang dan berdiri menghampiri kedua kakaknya.

"Wook, Yang, aku rindu," rengeknya dan menarik kedua lengan kekar itu untuk di bawa ke sofa. Jeje melirik ke arah dayang dan meminta mereka untuk keluar.

"Kenapa kau manja sekali hmm?" tanya Yang dan mengacak rambut Jeje dengan lembut.

"Kau dihukum Ibunda?" Wook tertawa dan mengambil kue yang ada di atas mejanya.

Mengerucutkan bibirnya, Jeje ingin sekali memukul Wook. Ia menghela napas dan menatap kedua kakaknya. "Aku ketahuan Mama melewati perbatasan terlarang, dia memarahiku dan menghukumku!"

Kontan Wook dan Yang tertawa mendengar pengakuan Jeje. Mereka berdua tidak menyangka bahwa Jeje akan senekat itu dan jelas, Jeje masih terlalu kecil untuk paham bagaimana cara menyelinap yang baik untuk mengelabuhi seluruh istana termasuk Ratu Elle, ibunda mereka.

"Kenapa menertawakanku?" ia menghentakkan kaki dan menatap dengan kesal pada kedua kakaknya.

"Kenapa kau berani melanggar aturan Mama, Je?" Yang bertanya, pria tampan itu menatapnya dengan lekat. Andai Yang bukan kakaknya mungkin ia akan jatuh cinta pada pria itu.

Jeje mengerjap, kemudian bicara tanpa ingin menutupi. "Aku membaca buku di area terlarang. Aku masuk ke sana dengan cara sembunyi-sembunyi. Di sana mengatakan bahwa kita akan menemukan keajaiban diluar kerajaan awan. Dan itu benar, aku ke sana beberapa kali ekorku berkilauan dan aku bertemu seseorang seperti kalian tidak bersayap!"

Mata Wook terbelalak, sementara Yang mengernyitkan keningnya. Sungguh mereka tidak tahu bahwa adik mereka yang terlihat biasa saja akan senakal dan senekat itu. Berpandangan, Wook dan Yang kemudian menatap Jeje.

"Apa lagi yang kau baca di sana?" tanya Wook.

"Banyak, tapi paling menarik hal itu. Wook aku ingin tahu sayapmu kau sembunyikan atau kau memang tidak bersayap seperti pria tampan yang kutemui di sana?"

Nah, pertanyaan itu akhirnya diajukan oleh Jeje. Yang memijat pelipisnya, dan Wook segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Melihat ekspresi berbeda dari keduanya, Jeje mengernyitkan kening.

"Wook, Yang, kenapa diam?" tanyanya.

Wook menatap Jeje, ia mengerjap sejenak sebelum berucap, "Je, kau pernah mendengar bahwa kita bisa menyembunyikan sayap kita dengan suatu cara dan mantra khusus?"

"Jadi kalian melakukan itu?" tanya Jeje dengan penuh semangat. Ia juga ingin melakukan hal itu.

"Tidak, kami tidak melakukannya," Yang memberi jawaban. Dan Wook mengusap wajahnya.

Jeje bingung, apa maksud Yang dan Wook. Mereka tidak melakukannya. Apa kah itu berarti bahwa sayap mereka patah? Terbelalak, Jeje menatap bergantian kedua orang itu.

.
.
.

Eyd ga beraturan typo dimana" no edit.

Eyd ga beraturan typo dimana" no edit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang ~ .

Yang ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wook.

.
.
.

The Legend Of Mermaid and FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang