2

861 58 28
                                    

"Aku pulang!" Salam Kyungsoo, itu ditujukan pada penghuni rumah saat ia membuka pintu utama. Beberapa saat Kyungsoo diam menunggu balasan, tapi hingga beberapa menit berlalu tidak ada seorangpun yang menjawab salamnya. Ah ya, Kyungsoo baru ingat, orang itu sepertinya masih marah, dan ia tidak akan mungkin mau menjawab salamnya.

Kyungsoo lalu berjalan ke meja makan, ia mengangkat tudung saji yang menyembunyikan makanan di bawahnya, saat tujung saji terbuka, Kyungsoo langsung terbahak melihatnya. "Ya! apa ini? Kenapa sekalian saja tidak menyisakan apapun untukku?" Ucap Kyungsoo saat melihat hidangan yang ada di hadapannya. Kyungsoopun lalu membuka tempat menanak nasi dan benar saja di sanapun hanya ada beberapa butir nasi, jika di satukan dan diletakkan dalam mangkuk nasi memang bisa sampai beberapa suap, tapi tetap saja apa yang tersisa tidak bisa di sebut dengan sajian untuk makan malam komplit, bahkan makan untuk kucingpun lebih banyak dari itu.

Daripada marah Kyungsoo sebenarnya lebih merasa lucu, ia tidak menyangka orang itu akan berbuat begini, tidak menduga akan membalasnya dengan cara seperti ini. Mau tidak mau aku harus memasak ramyun dulu batin Kyungsoo. Maka iapun membuka kitchen set tempat menyimpan ramyun. Beruntung di sana ia masih mendapati sebungkus ramyun, jika itupun tidak ada sepertinya Kyungsoo harus menahan rasa lapar malam ini.

***

"Jihyuna.. ya!" Seru Kyungsoo sambil membuka pintu kamar. Di sana terlihat Jihyun dengan kimononya tengah duduk di meja belajar, rambutnya ia kucir, dan ia mengenakan kacamata yang khusus digunakan saat belajar. Mendengar suara pintu yang dibuka juga panggilan Kyungsoo Jihyun perlahan menoleh.

"Apa?" Jawab Jihyun dengan memperlihatkan wajah tidak berdosa dan seperti tidak ada kejadian apapun.

"Tidakkah itu keterlaluan?" Tanya Kyungsoo berusaha memperlihatkan ekspresi kesal.

"Apanya?" Tanya Jihyun pura-pura tidak tahu.

"Dua iris telur dadar gulung, dua helai daun sawi kimchi, sesendok sayuran, sepotong ikan yang hanya tinggal kepalanya, lalu beberapa butir nasi?" Ujar Kyungsoo, menyebutkan apa yang ia lihat di bawah tudung saji.

"Itu sudah banyak" Jawab Jihyun acuh.

"Tapi aku tahu kau tidak akan setega itu, karenanya kau masih menyisakan sebungkus ramyun" Ujar Kyungsoo menggoda Jihyun.

"Mungkin lain kali tidak akan kusisakan apapun" Balas Jihyun pada kata-kata Kyungsoo sambil memicingkan matanya.

Perlahan Kyungsoo menghampiri Jihyun, lalu menepuk kepala Jihyun lembut "Kita lihat nanti" Kata Kyungsoo sambil tersenyum lebut.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Kyungsoo Jihyun hanya mampu mempertajam tatapannya, dan menepis dengan kasar lengan Kyungsoo dari kepalanya. Kyungsoo tahu saat itu Jihyun merasa malu, dia tidak tahu harus berbuat apa ketika Kyungsoo bersikap seperti itu. Bagaimana mungkin Kyungsoo tidak tahu kepribadian Jihyun, ia sudah lama mengenalnya. Meskipun sikap yang Jihyun perlihatkan saat ini bukanlah sesuatu yang pernah ia jumpai dulu, tapi tetap saja Jihyun yang saat ini lebih sering bersikap ketus adalah Jihyun yang sudah ia kenal seperti mengenal dirinya sendiri.

"Aku akan tidur, kau jangan belajar terlalu malam" Ucap Kyungsoo kemudian berjalan menuju pintu.

"Tidur? Kalau kau seperti itu terus, jangan menyesal kalau tidak berhasil masuk universitas" Gerutu Jihyun.

"Aku juga mencintaimu" Ujar Kyungsoo. Iapun langsung menutup pintu kamar dengan tergesa karena Kyungsoo tahu, setelah kalimatnya itu yang akan Jihyun lakukan adalah melempar apa yang dipegangnya ke arah Kyungsoo. Dan memang benar begitu pintu tertutup sebuah buku mendarat tepat di belakangnya.

Truly, Madly, DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang