"Kenapa kau tidak pergi saja? Seperti waktu kau turun dan meninggalkanku sendirian di sini lima belas tahun yang lalu, Jimin?" Sore itu Jimin kira ia akan menemukan kencan menyenangkan lainnya dengan Yoongi. Tapi kata-kata yang kekasihnya itu berikan saat mereka duduk di salah satu bangku taman yang menghadap sebuah permainan jungkat-jungkit membuat Jimin terperangah tak percaya.
"Hyung, kau kenapa?" Jimin melontarkan Tanya saat disadarinya jika kondisi Yoongi sejak mengajaknya pergi terasa muram tanpa ada senyum atau genggaman tangan seperti biasanya.
"Aku tau kau tidak lagi memiliki perasaan apapun padaku, Jimin. Saat pertama kita dipertemukan lagi, hanya aku yang sebelumnya selalu mencari dan menunggumu. Aku yang memanggilmu saat kau hanya kebetulan lewat di sini. Kalau saja waktu itu aku tidak memanggilmu, kau tak akan pernah tau aku selalu duduk di sini dan menunggumu 'kan?" Yoongi mendenguskan napasnya, bibirnya menarik senyum separuh yang menyedihkan. Menunduk untuk memperhatikan rumput di antara sepatunya. "Kau bahkan tidak langsung mengenaliku, waktu itu." Jimin menyadari apa yang Yoongi maksud dari kata-katanya, dan itu membuat hatinya mencelos. Ia tidak pernah mengatakan pada Yoongi jika dirinya pun sebenarnya selalu mencari Yoongi sejak ia kembali ke Seoul.
"Hyung kau tidak mengerti! aku—" Jimin baru akan menjelaskan kesalah pahaman yang Yoongi pikirkan tentangnya saat Yoongi tiba-tiba berteriak.
"Iya! Aku memang tidak mengerti, Jimin! Kau selalu tersenyum. Walaupun aku salah kau selalu memaafkanku. Walaupun kau sakit kau selalu mengatakan baik-baik saja! Kau hanya ingin selalu terlihat baik. Kau menungguku muak dengan semua ini dan menyelesaikannya agar kau tidak jadi pria yang buruk dengan memutuskanku!" Yoongi menatap kekasihnya dengan mata merah penuh amarah, Jimin bersumpah ini kali pertama ia melihat Yoonginya terlihat semenyeramkan ini.
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu." Suara Jimin mengecil. Ia menahan air di matanya sekuat kelopaknya mampu. Kepalanya mulai pening saat menyadari apa yang selama ini ia lakukan untuk mempertahankan Yoongi jusrtu membuat pria yang amat dicintainya ini pergi.
"Jangan terus memaksakan diri untuk terlihat baik, Jimin. Harusnya kau mengatakannya sejak pertama. Kalau kau tak lagi punya perasaan sama denganku, hubungan yang kita miliki jadi percuma jika terus dipertahankan," Yoongi mulai melemahkan suaranya, "kita selesaikan saja sekarang." Jimin menunduk dalam-dalam bersama isakan dan air matanya saat Yoongi mengambil langkah menjauh.
Kali ini, bukan Jimin yang meninggalkan Yoongi di atas permainan jungkat-jungkit seperti lima belas tahun lalu saat ia harus pulang kembali ke Busan bersama orang tuanya. Kali ini Yoongi yang pergi meninggalkannya.
Karena kesalahannya sendiri.
=================
A YoonMin fanfiction
Serendipity In Our Seesaw Game
(special for Yoonmin Nation's GC anniversary)
Oneshot (5,9k words)
Mention all BTS members
BL
Hurt Romance, Slice Of Life, Friendship, Angst
Teen (PG13)
Disclaim :
Yang bukan milik saya hanya casts. Selainnya, plot tulisan dan apapun dalam ff ini milik saya yang saya dedikasikan sepenuhnya untuk Yoonmin Nation.
YOU ARE READING
Serendipity In Our Seesaw Game
Fanfiction•YoonMin• Jimin tak pernau tahu, jika caranya mempertahankan hubungannya dengan Yoongi justru membuat kekasihnya itu muak dan meninggalkannya. Pun, Yoongi tak pernah tahu, jika dengan ia meninggalkan Jimin, berarti memulai mimpi buruk yang membuat J...