(1) Prolog

64 6 3
                                    

Cinta itu ibarat mata memandang hal yang sulit diinginkan,kadang berat untuk menerimanya,kadang lelah untuk merasakannya.

Ceritaku dimulai dari sini,ujian yang tak semudah aku bayangkan,

Namaku Ayla Putri Azzahra, mungkin kebanyakan orang memanggilku "Ayak" nama yang aneh menurutku, walau sebenarnya aku memanggil diriku sendiri Ayla, aku tinggal dengan golongan ras yang cukup kaya, pada dasarnya mereka bukanlah orang tua kandungku, itu yang membuatku selalu mengurung diriku sendiri untuk bertemu orang lain.

Ini adalah hari pertamaku masuk SMA, mungkin ini terdengar menakutkan bagiku, bagaimana tidak? Aku takut akan adanya "Perkenalan" .

Yah,cukup aneh si..awal memasuki gerbang ini aku merasa sebagian ragaku masih tertinggal dalam mobil, sepertinya aku akan pingsan melihat semua ini. Hari yang cukup cerah untuk mengurung niatku memasuki gerbang, tak lama seorang laki laki yang bagiku hampir sempurna ketampanannya berjalan didepanku, wajahnya membuat kedua bola mataku hanya fokus pada satu titik. Dia bertubuh tinggi,berkulit putih bersih seperti tak pernah melewati fase remaja. Matanya biru seperti keturunan Barat, asik memandangnya dari belakang, sampai sampai aku tak sengaja menabraknya,dia lebih tinggi dariku,sebenarnya hidungku terasa sakit untuk menabrak bagian punggungnya.

"Aduh,!" Cekikku kesakitan.

"Hey! Lo punya mata taruh dimana? Lo mau cium ketek gue? Gue tau lo naksir gue,secara gue ini cowok paling tampan disekolah ini. Waduh,hampir telat gue nih,kelas Fisika B dimana ya? Lo tau gak?" Cowok ini berbicara nyaris tanpa Spasi.

Aku hanya bisa menganga mendengar suaranya yang cukup keras itu.

"Woi! Ni anak bikin kesel aja,kalo gak punya mulut gausah sekolah! Emang orang tua lo gak ngajarin caranya ngomong?" Tegasnya sambil tertawa kecil.

Seketika tanganku tak tahan rasanya ingin menamparnya,benar saja,baru saja tanganku berayun menuju pipinya ,tanpa rasa bersalah aku berlari meninggalkannya. Aku sadar,yang ku lakukan tadi sangat tidak sopan.

"Tak apalah..siapa suruh mulai duluan." Aku kesal menggerutu sendiri.

aku merasa kebingungan mencari kelasku, baru tersadar sedari tadi dia mengucap kelas yang sama denganku, "Pasti dia marah besar." gumamku dalam hati.

Seolah olah,semenjak aku bertemu dengannya tadi, phobia ku akan orang-orang disekitarku hilang. Aku merasa tidak lagi ada rasa takut dalam diriku untuk bertemu orang-orang.
"Dokter yang hebat." lirihku sambil tersenyum picik.

Sambil berjalan menyusuri koridor, aku menemukan kelas bertuliskan "IXX Fisika B" .

"Ini adalah kelasku, ternyata aku belum terlambat."
Aku masuk kedalam,langkah kakiku seketika berhenti melihat cowok yang nyaris sempurna itu sudah duduk dibangku paling belakang.

"Wah wah wah..ni anak lagi?" Sindirnya dengan gayanya yang sok itu.
Sebenarnya bangku yang kosong hanya tersisa disamping cowok itu,tapi aku merasa malu telah menamparnya,bagaimana mau duduk disampingnya?

"Permisi...emm,boleh geser?."
"E.e.ee cowok yang tadi di depan gerbang kah?" Tanyaku dengan suara yang mulai melirih.

"Pura pura bego atau emang bego sih lo? Emang muka gue ini pasaran? Masa muka seganteng gue ini lo lupa? Ini gue yang tadi lo tampar didepan gerbang!" Suaranya yang keras mulai tambah mengeras.

Sampai sampai seisi ruangan terdiam,mata mereka terpaku memandangku, aku merasa seperti dikelilingi oleh musuh musuh bebuyutan Genji.

Sebenarnya aku heran,kenapa tidak ada yang berbicara sama sekali di kelas ini. Seketika mulut mereka semua terkunci dan menikmati kami yang mulai memanas dalam perdebatan.

"Situasi ini membuatku tak nyaman. Lebih baik aku meminta maaf duluan,karna tidak pantas jika seorang perempuan berdebat dengan laki laki." Cemasku dalam hati.

"Emm..gini, aku minta maaf tadi udah nampar kamu, soalnya kamu yang mulai duluan si! Kamu ngatain aku begitu..gimana gak emosi coba?" Balasku dengan suara yang mulai melirih.

"Gue?! Gak salah denger ha?!! Hahahahah.. jelas jelas lo yang gak sopan nabrak gue,kenapa gue yang disalahin ogeb!!" Serunya sambil menunjuk bagian samping keningku.

Lagi lagi,mata mereka memandangku dengan sinis,aku tidak tahan dengan situasi seperti ini.Aku merasa dipojokkan saat itu,tak ada seorangpun yang membantuku. Aku berlari meninggalkan kelas,seolah olah dunia ini tidak adil bagiku. Baru saja Phobia ku ini mulai menghilang,aku kembali merasa seperti tak ada semangat untuk kembali ke kelas.

"Aku takut!!.."Dibawah tangga aku menahan kecemasan,ini sangat menggangguku,perlahan tetesan jatuh dari mataku,rupanya aku menangis.

"Arghh! Kenapa aku menangis? Toh hanya anak itu. Kenapa harus menangisinya?" Gerutuku merasa sok kuat.

----------------**--------------------**-----------

"Apa gue terlalu kasar ya?"
"Yakin,gue terlalu berlebihan. Kasian juga si."Ucap cowok itu sedikit cemas.

Ternyata,dia menghampiriku yang sedari tadi sedang duduk dibawah tangga.

"Ehh..jangan nangis dong,gue kasar ya? Sorry , I'm if too rude."
Dia meminta maaf kepadaku,

"Mm,maaf ya?. Gini gini....kenalin gue Darren,"
Dia seperti tak punya dosa,dengan
gampangnya dia memperkenalkan dirinya padaku.

Aku langsung menatapnya,dengan mataku yang sembab,dia mengusap air yang sedari tadi menetes dipipiku.

"Maaf ya,gue minta maaf...lo boleh tampar gue sekali lagi kok. Kalo lo mau si.." Dia tersenyum kecil kepadaku. Seolah tubuhku terkunci kaku ketika menatapnya.

"Eh..apaan sih lo?! Main pegang pegang aja! Emang gue cewek apaan?!" Aku mengeluarkan seluruh kemampuanku untuk menentang perbuatannya.

"Heheheh,kalo jadi pelawak pasti laku." Jawab Darren sambil berdiri kembali.
"Ayo masuk kelas,mau gue temeni ke kamar mandi buat cuci muka?" Ajaknya.

"Lo gak denger apa gimana? Gue mau sendiri. Kalo mau masuk kelas ya sonoh,gak usah sok peduli."Tegasku sampai keringatku perlahan menetes.

"Lo kok nyolot? Tadi dikelas lo sok polos,pake minta maaf segala lagi! Giliran gue yang minta maaf lo malah bikin mood gue ancur."Ucap Darren yang sepertinya mulai marah

"Loh?ya jelas gue nyolot. Kan lo duluan yang bikin gue malu sama temen temen satu kelas. Apa lo gak punya urat malu ha?!"Balasku yang mulai bergidik kesal.

"Dasar cewek aneh!!"Darren meninggalkanku sendiri.

"Huffttt...akhirnya pergi juga,ohh jadi namanya Darren? Wkwkwk duren kali!" Aku sendiri mulai berjalan menuju kelas,mencoba meninggalkan semua Phobia yang sebenarnya menyiksaku.

Aku ingin menjadi seseorang yang normal seperti lainnya,mengubah hidup,jalan,dan pola pikir yang berbeda dari anak jaman sekarang,ingin menjadi seseorang yang lebih dewasa itu susah. Masalah seperti ini tidak bisa langsung kuselesaikan,bagaimana nanti di dunia kerja? Masalah melanda bertubi tubi. Walau aku merasa,aku butuh dorongan dari orang terdekat,bahkan kasih sayang dari orang orang disekitarku tidak menjamin kebahagiannku, bagamaina tidak? Kedua orang tuaku (bahkan bukan orang tua kandungku) tidak bisa menyisihkan separuh waktunya untukku,mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Aku sempat berfikir, kenapa mereka harus mengadopsiku dulu?jika aku diabaikan seperti ini.

.............

The Most True Love [chapter1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang