4. Mati Rasa Menjelang Ending

43 18 9
                                    

Sabtu, 02-02-2019

Selamat hari Sabtu...!

Hai..., kamu yang masih berjuang menjadi penulis seperti aku yang masih terus berjuang dan belum sepenuhnya dari penulis.

Apa kabar hari ini?

Apa ceritamu hari ini?

Apa kabar naskahmu hari ini?

Pasti ada yang sedang meng-eksekusi ceritanya sepertiku.

Maksudku, sedang berjuang mengakhiri hubungan, ups, mengakhiri ceritamu, atau mencari ending yang tepat.

Yup, kali ini aku bakal bahas itu!
Seperti aku sekarang yang lagi berusaha menyelesaikan Lost My Baby. Sampai tidurpun nggak nyenyak, kebangun terus kepikiran naskah, buka hape, intip tokoh terakhir mereka lagi apa, terus mau berakhir seperti apa.

Nah, saat sedang meng-eksekusi sebuah cerita, kadang kita ilang feel, atau bahkan mati rasa. Kalau menurutku jangan paksa untuk berakhir secepatnya dengan ceritamu. Bahaya! Cerita bakal selesai tapi nggak berkesan, seperti hubunganmu dengan salah satu mantanmu. Mungkin.

Terus gimana?
Masalahnya ini harus selesai, dan harus cepat meneruskan judul lain.

Begini, kalau aku sih, lebih baik mampir dulu nerusin naskah lain.
Daripada harus membuat cerita berakhir dengan nggak jelas. Atau memaksakan salah satu tokoh berakhir dengan kematian hanya untuk merebut simpati pembaca, bukan mutlak kebutuhan cerita.

Saat ini aku sedang proses ending Lost My Baby. Tiba-tiba ilfeel, harus gimana akhirnya. Aku paksakan seperti apapun nggak bakalan bisa mengakhiri cerita tanpa rasa. Maksudku, tanpa benar-benar ketemu alur yang tepat hingga akhir. Bukan dipaksakan berakhir.

Ketika masalah seperti ini muncula aku lebih baik berhenti dulu. Berhenti di sini belum tentu refreshing, total tanpa menulis. Kalau kamu ingin seperti itu silahkan. Tapi kalau aku lebih memilih tetap menulis. Melanjutkan judul lain sedikit-sedikit. Kemudian kembali ke cerita yang masih proses ending tadi, buat dirimu mengerti kedua tokoh maunya berakhir seperti apa. Happy atau sad ending. Kebetulan aku ingin happy ending untuk Baby dan Marco dalam cerita Lost My Baby yang bikin aku jatuh cinta banget sama cast-nya yaitu Pevita Pearce dan Adipati Dolken. Yang sangat pas dengan karakter di sini adalah Pevita Pearce. Jadi aku sesekali intip instagram-nya, atau buka youtube yang ada dia. Dari situ bisa timbul sedikit ide bisa jadi bumbu terakhir dalam cerita. Kemudian gunakan otak untuk berpikir ulang cerita yang sedang kita fokuskan ini genrenya apa. Kebetulan Lost My Baby genrenya drama keluarga, tentu saja dibumbui banyak drama. Kemudian cari reverensi cerita yang sejalan dengan ceritamu baik dari novel maupun film. Atau, sekedar mendengar lagu juga bisa. Dan karena masalah terbesar Baby di sini adalah rasa cemburu dan kekhawatiran nggak bisa punya anak, jadi kemarin pas lagi mentok banget nggak tau mau nulis apa, aku kepikiran film Test Pack. Nah, itu juga dari novel. Nggak harus nonton dari awal, temukan saja inti ceritanya seperti apa.

Dari situ aku berpikir untuk mengakhiri, happy ending sah-sah aja karena memang kebutuhan ceritanya seperti itu. Sebelum mampir ke film Test Pack, aku sempat berpikir akan mematikan salah satu tokoh dan membuat pembaca penasaran siapa dan kenapa dia sampai mati. Oh, no... no...! Bukan seperti ini! Aku nggak akan tega matiin salah satu tokoh hanya untuk merebut simpati dan rasa penasaran pembaca. Nggak banget! So akhirnya setelah mampir sejenak ke film Tesp Pack aku tahu happy ending itulah yang pas dengan Lost My Baby tanpa embel-embel kematian. Dan satu lagi, bukankah happy endingnya sebuah cerita juga dilewati dengan masa sulit, dengan airmata dan perjuangan sampai mempertahankan untuk happy ending. So, nikmatilah ceritamu. Tinggalkan sejenak ketika ilfeel atau nggak tau harus gimana lagi menghadapi mereka. Dan kamu akan tahu seperti apa akhir yang diinginkan tokohmu.

Semoga bermanfaat.

Happy writing...!

📝

Kopi dan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang