Aku bukan perempuan yang akan mengejar gebetannya dengan berbagai cara agar dia menjadi suka.Cukup aku pendam dalam diam.Lantas ketika akhirnya ia yang aku mau datang menawarkan rasa,salahkah jika aku terima?
•••••"Gue mau kita putus!"
Kalimat itu mendarat tepat digendang telingaku.Bagaikan granat,ucapannya sukses membuat hatiku meledak.Mati-matian aku mencari alasan agar bisa keluar rumah tanpa harus mendapat omelan panjang Ayahku.Karena aku bukan perempuan yang bebas pergi kemana saja tanpa alasan.Hidupku tak sebebas itu.Dan ternyata ini hasilnya.Sorot matanya yang dingin,mungkin dinginnya melebihi es dikulkas rumahku,menjelaskan jika dia tidak bercanda.
Aku terdiam,mengerjapkan mata beberapa kali.Sejujurnya hatiku membara sampai padam dengan sendirinya dan mungkin sudah habis hingga hanya menyisakan serpihan abu.Tapi otakku berusah tetap berpikir normal.
Dan aku tertawa saja.
Tawa yang akhirnya mengundang tanya."Kok lo ketawa?" tanyanya bingung,setelah tawaku mereda.
Masih teringat jelas di-ingatanku,satu minggu yang lalu,atau tepatnya tujuh hari sebelum hari ini dan pada hari yang sama.Dia menyatakan perasaannya padaku.Tidak ada yang spesial dari caranya.Hampir sama seperti laki-laki pada umumnya.
"Laura," panggilnya pelan.Kala itu kami sedang duduk ditepi alun-alun kota.Dihari minggu dia mengajakku jalan.
"Ya?"
"Gimana,ya,ngomongnya.Gue tahu mungkin ini terlalu cepat.Tapi gue percaya,Tuhan nggak mungkin mempertemukan kita tanpa alasan.Gue mau lo,Ra.Jadi pacar gue ya?"
Aku tercengang,jujur saja aku kaget luar biasa.Tapi anehnya pipiku menghangat,mungkin sudah bersemu merah.Aku sadar dia baru saja putus dari kekasihnya.Perempuan yang cukup aku kenal,namun kami tidak dekat.Dia teman satu sekolahku,satu angkatan namun beda kelas.
Tetapi aku menyukai Rivan,jauh lebih dulu sebelum mereka dekat dan akhirnya jadian.Aku,menyadari perasaan aneh yang akhirnya tumbuh dihati dari senyuman yang dia berikan saat aku datang ke UKS.
Saat itu,hari Senin.Dimana dihari itu,setiap siswa-siswi diwajibkan mengikuti upacara bendera.Upacara yang bukan sekedar upacara biasa.Bagi SMA kami,upacara adalah cara bagi Kepala Sekolah untuk mempererat tali silaturahmi diantara kami.
Sialnya saat upacara baru berjalan sekitar lima belas menit,napas ku terasa habis diserap matahari pagi.Padahal saat itu masih hangat-hangatnya.Asma yang sudah menemani hidup ku sedari kecil,nyatanya tak pernah mengijikanku menyelesaikan upacara.Dari pada harus jadi bahan perbincangan dan dikenal satu sekolah hanya karena pinsan padahal upacara baru dimulai,aku lebih memilih menepi ke UKS.
Dan disana,dia menyapaku ramah,meski begitu dia hanya mennganggapku perempuan lemah.Rivan Yudhana,siapa yang tidak kenal?Si ketua PMR sekolah,tubuhnya tinggi tegap,kulit sawo matang dan senyum hangatnya seolah memberi nyawa baru dalam hidupku.
"Makanya,minta napas sama Tuhan,jangan cuma setengah-setengah.Ribet kan jadinya." candanya,lalu tertawa.
Aku yang sedang duduk ditepi ranjang sembari mengatur napas hanya tersenyum.Dia memang digemari teman-temannya karena selain baik,dia juga asik.
"Ini diminum,cuma ini yang tersedia disini.Gue tinggal dulu,semoga cepat sembuh." Rivan memberikan satu tablet obat asma dan sebotol air mineral.Dia tersenyum tulus dan aku bisa merasakan itu.Aku pandangi satu tablet obat yang ia beri,sebenarnya aku sudah sedia sendiri obat yang aku dapat dari dokter.Tetapi karena dia yang memberikannya jadi aku simpan saja,sebagai kenang-kenangan.
Setelah hari itu,tanpa disadari kami semakin dekat.Kami sering bertemu tanpa disengaja.Dan kesempatan itu kami gunakan untuk mengobrol.Dari obrolan sedikit serius sampai akhirnya melenceng jauh entah kemana.Disitu aku tahu,dia suka mengkhayal hal-hal konyol yang tidak masuk akal.Dia lucu,selalu bisa mencairkan suasana.Dan aku nyaman bersamanya.
Sampai akhirnya,keakraban itu tiba-tiba terhalang jarak.Karena perlahan dia seolah menjauh.Bebrapa kali bertemupun tak ada lagi obrolan hangat diantara kami.Hanya sebatas sapa dan menanyakan kabar.Dan aku akhirnya tahu apa alasannya.Dari jarak yang telah ia ulur,aku bisa melihat dia mulai dekat dengan seseorang.
Lalu pada akhirnya aku mendengar kabar dia telah jadian dengan seorang perempuan bernama Sandra.Bahkan waktunya sangat tersita oleh perempuan berwajah tirus itu.Karena tak sekalipun aku melihat Rivan sendiri,selalu ada Sandra didekatnya.
Karena aku bukan perempuan yang dengan berbagai cara mengejar gebetannya agar dia menjadi suka.Maka cukup aku simpan perasaan ini dalam diam.
Sampai akhirnya waktu itu tiba,waktu dimana angin segar membawa kabar bahwa hubungan mereka telah bubar.Sandra yang tanpa alasan meminta putus dari Rivan.Itu kabar yang sempat beredar.Sebenarnya ada sedikit celah yang membukakan pintu kesempatan agar aku bisa kembali dekat dengan dia.
Lalu siang itu,saat jam istirahat kedua.Aku datang ke UKS,Asma aku kambuh sehabis olahraga.Dan bodohnya aku tidak membawa obat hirup yang biasa aku gunakan.Dengan sangat terpaksa UKS menjadi tempat pertolongan pertama.
Disana aku bertemu dia,setelah cukup lama haya memandangi dia dari jauh.Dia tidak seperti biasanya,wajahnya sayu seperti tidak ada semangat hidup yang bisa dia perjuangkan.Tidak aku sangka sia selemah itu.Padahal aku yakin,sakit yang ia rasakan tak sesakit penderitaanku selama ini.Antara Asma dan memendam cinta sendirian.
"Luka itu jangan dibiarkan menganga.Kena bakteri nanti bisa infeksi." Aku memberinya plester luka.Aku tahu itu tidak berguna.Tapi setidaknya aku berusaha menghibur.Dia paham maksudku dan aku bisa melihat dia tersenyum.
Dari kejadian itu kami menjadi dekat kembali.Dan hanya dalam hitungan hari dia mengungkapkan perasaannya.
Perasaan yang sebenarnya hanya sebuah lelucon.Ajang pelampiasan dari rasa sakit hatinya karena sudah dicampakkan Sandra.Gadis yang paling ia puja sejagad raya.
Kenyataannya,baru satu minggu dari pertemuan kami saat dia menembakku dan aku terima.Dia menyatakan pengakuan sebaliknya.Jika seminggu yang lalu dia ingin bersama ku,maka hari ini dia ingin pisah.Tanpa sebab tanpa alasan seperti apa yang Sandra telah lakukan.
Oleh karenanya aku tertawa,aku paham setelah mencerna semuanya.Tapi aku tidak mudah dipatahkan,meski sakit karena dibodohi tetapi penderitaanku melebihi itu semua.Jika dia ingin melampiaskan amarahnya kepadaku,karena kepada Sandra dia tidak bisa.Maka dia salah.
"Lo salah jadiin gue pelampiasan.Gue bukan lidi yang dengan mudahnya lo patahin dengan tangan lo sendiri."
"Cukup tahu rasanya jadi tempat pelarian.Tapi selamat,kamu gagal.Karena aku sudah belajar rasanya patah sebelum kamu patahkan."
#END#
Ter-inspirasi dari kejadian nyata.
Tetapi ceritanya saya kembangkan.Ada yang pernah mengalaminya juga ...
Atau mungkin lebih ....?Jangan lupa tinggalkan jejak...
Matur suwun😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Kisah
Short StoryTulisan adalah cara ku mengungkapkan perasaan yang tak bisa kusampaikan lewat lisan. Hanya beberapa kumpulan cerpen,semoga berkesan.