Tiga

18 5 0
                                    

Malam semakin larut, di luar hujan pun kian deras. Namun aku tak merasakan dingin, malah kehangatan.

Aku merasa seseorang memelukku dari belakang. 'ah.. bian kurang kasih sayang nih' batinku.

Ku dengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

Tiba tiba selimut yang tengah menutupi seluruh tubuhku tertarik, membiarkan angin yang masuk melalui celah jendela mengelusku.

"DEE... DEEE BANGUN!!"

teriakan itu membuatku terbangun, namun satu hal yang begitu mengejutkanku. Seorang peremuan tengah tidur di sebelahku.

Ya... Dari panggilannya, aku sudah mengenal dia. Siapa lagi kalau bukan adik bian yang selalu ia banggakan. Namun, kenapa dia bisa tidur di sebelahku? Batinku.

"DEE... BANGUN!!" Kini intonasi suaranya semakin tinggi. Wajahnya menyiratkan sebuah kemarahan.

"Ehmmm... Kakak. De, masih ngantuk nih" keluhnya.

PLAK

Sebuah tamparan mendarat begitu saja di wajah mulus wanita itu.

"Kak..." Ucapnya tertahan.

"Kenapa kamu tidur sama ragil?. Ohh jadi bener kata dia. Emang aneh si kenapa kamu nggak mau balik ke indonesia"

"Kakak udah coba buat nggak percaya, sampai tadi saat foto foto ini di berikan pada kakak. Tapi kali ini kakak bener bener kecewa sama kamu" ucapnya.

"Bi.. tunggu, gue nggak ngapa ngapain sama dia kok. Beneran. Bahkan aku juga nggak tau dia tidur di sini" jelasku ketika semua kata kata bian mulai nyambung di otakku.

"Gue tau lo. Dan sekarang gue mohon lo keluar dari rumah gue". Perintahnya, belum sempat aku menyanggah dia sudah kembali menyuruhku untuk pergi dari rumahnya menggunakan isyarat tangan.

Aku tak bisa menyangkal lagi dengan kondiri yang masih lunglai aku bergegas meninggalkan rumah itu. Bamun langkahku terhenti mendengar ucapan bian.

"Dasar pelacur"

*****

"Jadi kayak gini sebenernya kamu? Wanita yang selalu aku luhluhkan aku banggakan. Ternyata dia nggak lebih dari pelacur murahan yang dengan mudahnya memberikan tubuhnya pada orang yang sama sekali nggak dikenal". Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut kak bian. Dan kata kata itupun sangat menojokku.

"Kak... Maksudnya apa sih" tanyaku dengan mata yang mulai basah oleh air mata.

"Nggak usah ngelak lagi" ujarnya sambil beranjek mendekatai nakas. Ia membuka sebuah kotak dan mengeluarkan semua isinya di hadapanku.

"Apa ini? Jangan pikir dengan kamu lari ke korea, kamu bisa nyembunyiin hal ini? Dan bodohnya aku selalu membela kamu"

"Kamu itu udah kayak adik aku sendiri walau pada kenyataannya kamu cuman anak asuh papa sama mama"

"Dan kamu tau betapa malunya kakak pada sungra kalau ternyata kamu itu ikatan menggodanya. Sungra itu sahabat kakak dan nggak sepantasnya kamu menggodanya seperti itu" Rahang Bian semakin mengeras menahan amarah yang begitu memuncak. Amarah yang olehnya telah ia tahan semenjak bertahun tahun lalu.

"Kak..."

"Don't to call me"

"Bereskan barangmu itu dan jagalah jarak denganmu karena aku sudah muak dengan itu" ucapnya sambil menunjuk lembaran lembaran foto yang berserakan di lantai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang