01

61 3 0
                                    

Mengingat kisah masa kecil

Sore di Jakarta kali ini.

Tidak ada senja terindah di sini, di meja kerja dengan mata memandang monitor leptop yang masih menyala, dengan halaman kerja yang setiap harinya ku buka.

Rindu rasanya aku berpulang pada masa kecil dulu, dimana masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan bagiku, bagaimana dengan masa kecil kalian, apa seperti masa kecilku? Yang tentunya menyenangkan setelah ku ingat-ingat kembali.

Masa kecil terindahku adalah ketika bercanda ria bersama kawan-kawan, bermain sampai lupa makan dan juga lupa untuk pulang, padahal ibu yang selalu khawatir akan anaknya telah begitu resah menanyakan keberadaanku, akan tetapi aku masih saja asyik bermain tanpa kenal waktu.

Susana desa terlalu indah untuk ku ungkap dengan kata, karena keramahan dan juga kebaikan orang-orangnya jarang sekali ku temui di kota, mungkin ada tapi hanya sebagian saja.

Dingin desa tak ada kalahnya, menemani mentari pagi terbit dari sebelah timur, perlahan ia meninggi menghangatkanku yang berdiri tepat mengarah ke hadapannya, sinarnya memecah kabut yang menyelimuti.

Langit perlahan terlihat cerah setelah kabut penyelimut semuanya terpecah, terberai menuju hilang.

Biru langit mulai nampak terpancar indah di iringi dengan awan-awan yang mulai berkeliaran, suara burung pun ikut berkicawan meramaikan suasana.

Orang-orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tapi aku masih saja terdiam menikmati hangatnya mentari yang kian detik berpindah posisi, tak ku sadar ia telah meninggi berada tepat sedikit lebih atas dariku.

Aku terlalu asyik menikmati, sampai aku lupa telah berapa lama aku berdiri.

Di desa ini aku mengerti, terlalu indah keindahan jika di nikmati, akan tetapi terlalu sedih kesedihan jika untuk diratapi.
Jadi kesimpulannya semua tergantung dari bagaimana kita menyikapi.



Yang tak di restuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang