Kawan, teman dan lawan.
Setelah waktu itu aku berdiri, sampai aku lupa menyadari.
Seorang kawan memanggil-manggil namaku, dari sebelah ujung jalan sana,
Menengok aku kearah suara itu, terlihat senyum yang merekah tanpa terlihat palsu ia lemparkan langsung ke hadapanku,
Yah dia lagi dia yang selalu bisa buat aku kembali melemparkan senyum.Hari mulai menyore, kebiasaan demi kebiasaan setiap hari mulai habis terlakoni.
Kita kembali merumuskan apa lagi yang bisa kita lakukan selain kebiasaan yang selalu kita ulang-ulang setiap hari.Ada perdebatan yang menyadarkan,
Aku dan dia adalah manusia dimana sesekali mungkin cara pandanganya berbeda, tak jarang dari kita ada rasa tak saling suka, tapi kita tak pernah saling menanam luka, bahkan jika sedang tak saling suka rasanya kita tak pernah saling meninggalkan tapi kita hanya saling mendiamkan dan kembali berujung saling memaafkan, setelah kita sadar bahwa tak baik berdiam tapi mendendam, dan pertengkaran hanyalah jalan menuju kesepian. Bukankah kita itu teman yang selayaknya selalu membutuhkan, seperti halnya manusia kebanyakan, yang perlu kita sadari dan hargai adalah waktu, waktu yang berbeda kapan kita butuh dia dan kapan dia butuh kita.Jangan pernah kita menganggapnya lawan, meski tak lagi bersamaan, sebab pernah ada waktu yang mendekatkan kita dengannya, namun kita lupa menghargai keberadaannya bahwa kita pernah menjadi sepasang teman. Tapi sebatas untuk sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang tak di restui
RomansaSepasang kekasih yang saling mencintai, namun harus terpisah karena tak direstui, akan tetapi keduanya menyadari memaksa berjuang hanya akan menjadikannya anak yang durhaka, untuk itu keduanya memilih saling merela untuk melepaskan.