Dopple Ganger

2.3K 272 77
                                    

"Sebentar lagi aku akan mati...''

Naruto menyemburkan minuman yang sudah masuk ke mulut tanpa bisa ditahan. Matanya membelalak menatap sahabatnya yang duduk berhadapan dengannya. Mengamati wajah serius Sasuke yang sedikit basah. Kenapa basah? Tentu saja karena dia menyemburkan minuman dalam mulutnya ke depan dimana sosok Sasuke ada disana, untung saja reflek Sasuke cukup bagus. Dengan gesit tangannya menyambar vas bunga di depannya. Digunakan untuk melindungi wajahnya, tapi tetap saja ada sebagian air yang mengenai wajahnya.

"Kau jorok sekali sih'' keluh Sasuke. Menyambar selembar tissu yang memang disediakan untuk pengunjung cafe di setiap meja. Mengelap wajahnya yang terkena semburan Naruto.

Tapi bukan sepenuhnya salah Naruto kan. Bagaimana mungkin pemuda pirang itu tidak kaget saat tiba - tiba sahabatnya itu menariknya ke cafe terus diam beberapa lama sampai Naruto mengira Sasuke tengah mengerjainya lalu saat akhirnya Sasuke membuka mulut, pemuda itu bilang akan mati.

"Kau sakit parah apa?''

Satu jitakan mampir di dahi Naruto. Si pemilik dahi mengaduh lalu mengusap dahinya yang kena jitak. Mendelik marah karena merasa tidak salah tapi Sasuke menganiayanya.

"Aku tidak sakit parah. Seminggu yang lalu aku baru saja cek kesehatan ke dokter dan hasilnya bagus'' sembur Sasuke tidak terima.

"Terus kenapa kau bilang akan mati? Apa kau berniat bunuh diri? Kau pasti lelah bersaing denganku mendapatkan Sakura sampai berpikir seperti itu'' Naruto membulatkan matanya, dengan cepat meraih tangan Sasuke menggenggamnya dan menatap pemuda itu dengan serius.

"Jangan lakukan itu Sasuke'' Naruto sangat serius kali ini. Ekspresinya mirip sekali dengan pemain serial kejar tayang yang episodenya sampai ribuan. Intinya berlebihan ''Hanya karena Sakura lebih menyukaiku bukan berarti kau memilih jalan pintas seperti ini'' lanjutnya masih dengan ekspresi yang sangat pasaran.

"Cih... siapa juga yang mau bunuh diri'' Sasuke menyentakan tangan Naruto hingga terlepas. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, memperhatikan pengunjung lain di cafe itu. Beberapa orang melirik dan menatapnya curiga. Bagaimana tidak curiga, tinggal di Jepang dimana tingkat bunuh diri sangat tinggi lalu mendengar topik seperti itu dibicarakan di depan umum tentu membuat orang penasaran.

Sasuke memperlihatkan tatapannya yang paling mematikan pada para pengunjung yang memperhatikannya. Memperingatkan mereka untuk tidak ikut campur urusannya.

"Aku sudah bilang kan aku tidak menyukai Sakura, jadi untuk apa bersaing denganmu''

"Begitukah?'' Bola mata Naruto membulat "Syukurlah kalau begitu'' Pemuda pirang itu menghela napas lega sembari mengusap dada, senang dengan apa yang di dengarnya.

"Lalu kalau kau tidak sakit dan tidak berniat bunuh diri kenapa kau bilang akan mati'' Naruto meminum jus jeruk miliknya, kali ini tanpa tersedak.

Raut wajah Sasuke berubah murung. Wajahnya menunduk dengan sudut bibir tertarik ke bawah.

"Aku melihat doppelganger ku'' ucapnya pelan.

"HAHH... APA?"

Satu jam sebelumnya.

Sasuke baru saja keluar dari ruang guru setelah selesai membantu salah satu guru mengoreksi tugas teman - temannya. Berjalan dengan wajah datar namun menyimpan kekesalan tiada tara pada guru bermasker yang sudah memberinya tugas tambahan padahal yang namanya mengoreksi tugas siswa itu kewajiban guru kenapa harus dia yang melakukannya. Kalau begini apa yang dikerjakan guru itu. Oh... Sasuke tahu. Pekerjaan guru berambut silver dan selalu memakai masker itu adalah membaca buku porno bersampul hijau yang selalu dibawanya kemana - mana bahkan saat mengajar.

Dopple GangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang