Lee Hongki Pov
Aku merasa bersalah, aku sudah berjanji berhenti menemuinya, sudah berjanji untuk tidak membuat kekasihku terluka. Namun lagi-lagi aku menjadi orang bodoh. Aku memahami bahwa aku telah melakukan kesalahan.
" Kenapa melamun?" tanya Jaehan. Aku menggeleng tak menjawab, dan melanjutkan makan.
Sudah entah keberapakalinya aku keluar bersamanya tanpa memberi tahu Jonghun. Sudah beberapa minggu ini aku pulang dari bekerja tidak langsung pulang. Entahlah sejujurnya pertemuanku dengan Jaehan juga berlangsung tanpa ada janji. Tidak sengaja bertemu lalu berlanjut makan siang bersama. Sekali-kali pun menonton bersama, hal yang sudah lama tidak aku lakukan bersama kekasihku. Ahhh bukan bosan, tapi entahlah sulit menjelaskannya.
" Kenapa kamu nggak mau bilang sama Jonghun kalau kita bersama? kau tak takut jika dia tahu, bisa terjadi salah paham?" tanya Jaehan tidak enak, tapi aku hanya tersenyum.
" Sebenarnya memang terasa aneh, baru kali ini aku melakukan hal tanpa sepengetahuan darinya. Tapi dia selalu posesif dan cemburuan." kataku jujur. Aku sebenarnya sangat senang dengan sifat Jonghun, itu tandanya ia benar-benar mencintaiku.
...
Saat pulang, aku melihat Bass sedang mengobrol dengan Jiyoung, mereka sungguh terlihat akrab, jujur saja melihat Bass, aku merasa ada sesuatu yang aneh antara dia dan Jonghun. Tapi aku selalu berpikir tak ada apapun diantara mereka.
" Baru pulang Hyung? aku buatkan minum yah, pasti kau sangat haus." Bass menyambutku, aku tertegun, ini baru pertama kali ada yang menyambut kedatanganku seperti ini. Sebelum sempat menjawab, Bass langsung kedalam dan membuatkan minum.
" Duduklah." Jiyoung mempersilahkan aku untuk duduk.
" Kalian tadi mengobrol apa? kelihatannya seru sekali?" tanyaku kepo.
" Ahhh tadi aku bertanya kepada Bass, bagaimana harinya di kampus. Dan dia bercerita banyak kepadaku. Dia sangat populer, baru berapa minggu dia masuk, banyak sekali cewek yang ingin memiliki no Hpnya. Tapi dia menolak untuk memberi nomornya." kata Jiyoung bersemangat.
" Wah dia manis sih, jadi wajar langsung populer, tapi kenapa dia menolak didekati gadis-gadis itu?" tanyaku penasaran.
" Entahlah, katanya ia tak tertarik." kata Jiyong lagi.
" Kalian sepertinya mengobrol tentangku?" tanya Bass saat dia sudah keluar membawa minum dan camilan. Dia memberikan minum kepadaku.
" Ahhh ternyata pendengaranmu sangat tajam." komentarku.
" Eh hehe." katanya malu.
Kita pun melanjutkan obrolan dengan berbagai macam tema, sampai tak sadar hari sudah sore.
" Ahh aku mau mandi dulu." kataku lalu meninggalkan mereka.
Mereka pun memasak bersama, keduanya langsung akrab.Pemandangan yang sebenarnya agak menganggu, bahkan aku tak pernah seakrab itu dengan Jiyoung, ohhh ayolah, aku tidak iri, hanya saja, itu menggangguku. Setelah aku mandi, kubaringkan tubuh ini, rasanya aku kelelahan luar biasa, terkadang aku berpikir betapa jahatnya diriku terhadap kekasihku. Namun rasanya menganggu saat aku harus menjauhi temanku hanya karna keposesifan kekasihku.
Aku menatap langit-langit kamar ini, aku sekarang sudah tidur seranjang dengan kekasihku, bahkan sudah sering bermesraan tanpa batas. Namun kenapa aku masih merasa ada yang ganjil, dan aku tak memahaminya. Ohh ayolah, aku ini mencintainya, sangat malah, dia satu-satunya lelaki yang bisa membuatku leleh bahkan hanya karna senyumnya. Curahan perhatian dan kasih sayangnya yang menghujaniku bahkan mampu membuatku yakin bahwa kami akan selalu bersama selamanya.
Aku bahagia, bahkan sekian lama aku baru merasa bahagia hanya karna lelaki ini. Namun apakah kebahagiaan ini nyata? kebahagiaan ini akan berlangsung lama? ahhh aku tahu Tuhan tidak pernah membiarkan manusianya terlena akan kebahagiaan dunia. Aku tau setiap kebahagiaan pasti akan selalu ada, yah akan selalu ada harga yang harus dibayar, entah dengan apa.
Dan mungkin kebahagiaan ini memang sedikit membuatku jenuh, entahlah ada yang hampa rasanya. Dan aku sedang mencari tahu hal ini, entah kapan kutemukan jawabannya. Aku memejamkan mata, sembari terus bertanya dalam diri, ada apa sebenarnya denganku? aku tak mengerti.
" Kau sedang tidur?" aku mendengar suara kekasihku dari pintu, dia berjalan mendekatiku dan melihatku sedang memjamkan mata. Aku sebenarnya baru saja ingin tidur, tapi meski masih dalam keadaan terbangun, nyatanya aku tetap memejamkan mata.
Dia mendesah pelan, sepertinya dia tak ingin membangunkanku.
" Jika kau sudah tidur, pasti kau tidak akan mendengar perkataanku." dia berjalan kearah kamar mandi.
" Aku sungguh merindukanmu, kau tau atau mungkin kau tidak sadar, akhir-akhir ini rasanya ada yang berbeda denganmu. Tapi aku tak tahu apa yang sedang kau pikirkan." aku mendengarnya, degup jantungku tak karuan, entah kenapa rasanya aku mendengar nada kecewa.
" Aku sungguh berharap kau sedang tidur, jadi kau tak akan tahu betapa aku merasa sangat bodoh karna berpikir aneh tentangmu. Mungkin kau hanya kelelahan, tapi seandainya memang ada yang mengganggumu, kuharap kau jujur padaku, agar aku tahu dimana salahku." katanya pelan sekali. Lalu kudengar suara kamar mandi tertutup dan Air menyala.
Aku membuka mataku, rasanya sesak aku mendengar perkataannya, dia ini bodoh atau bagaimana? apa sebenarnya ia tahu aku belum tidur?. Dari nada bicaranya, seolah dia merasa aku yang berubah? Apa iya aku berubah? Mungkin aku harus mencari tahu hal itu.
Setelah belasan menit berlalu, akhirnya ia keluar dari kamar mandi, bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek. Dia tidak melihatku, karna sedang mengusap handuk di wajahnya.
Aku memalingkan muka.
" Aku turun dulu, maaf tadi aku ketiduran jadi tak sempat menyambut kedatanganmu." aku membuka pintu.
" Ehh, jangan pergi dulu." aku terpaku dan masih memegang kenop pintu. Dia berjalan kearahku, dan memelukku dari belakang. Aroma shampo dan sabun yang wangi semerbak memasuki indra penciumanku. Deru nafasnya yang berat terdengar jelas, aku merinding karna ulahnya, namun jantungku berdegup tak karuan.
" Sebentar saja, aku ingin memelukmu." dia terdiam dalam posisi seperti ini. Dia yang lebih tinggi dariku, membuat dagunya menyentuh telingaku. Ahhh astaga, aku juga merindukannya, meski aku masih bertanya-tanya, kenapa seolah pelukan ini hampa, mungkin aku yang sudah gila, dan memang mungkin benar aku yang berubah.
Aku berbalik menatapnya, tangannya tidak berubah posisi, yang tadinya ada di bahu depanku, kini ada di belakang leherku. Kami saling bertatapan, tapi tatapan kami seolah ada emosi yang terpancar, aku menatap matanya yang sendu, seolah tatapan penuh pertanyaan.
" Apa yang membuat kamu berpikir ada yang berubah dariku?" tanyaku pelan. Dia menggeleng pelan. Dahiku berkerut, menunggu jawabannya.
" Entahlah, aku hanya merasa seperti kita baru memulai hubungan yang saling mempertanyakan posisi." jawabnya. Aku terdiam tak mengerti mengapa ia bertanya padaku hal ini, ahhh sungguh aku tak bisa berpikir kalau sedang berhadapan dengannya.
" Aku tahu, mungkin aku salah merasa kau berubah. tapi aku pikir kau seperti bukan dirimu yang biasanya. Mungkin aku yang salah padamu? " tanyanya. Aku terdiam, lalu menundukkan kepala, aku melepaskan tangannya.
" Kita makan dulu, nanti kita bicarakan hal ini. Mungkin kita memang harus saling terbuka lagi. Kau dengan persepsimu, dan aku dengan perasaanku." Kataku lalu meninggalkannya menuju tempat makan. Yah mungkin kita harus saling terbuka lebih lagi.
Hongki POV end
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
The One Season 2, ( MINE ) - End
FanfictionDia hanya milikku. The One season 2 Update sesuka hati wkwk