A Story & The Beginning

16 3 2
                                    

"Hari ini aku akan ceritakan sebuah kisah tentang seorang raja diktator yang kejam!"

"Loh, kok tentang seorang raja yang kejam sih kak?"

"Memangnya kenapa? Bukankah kalian menyukai cerita tentang kerajaan?"

"Tapi bukan tentang seorang raja diktator, kak."

"Iya betul, pasti ceritanya tentang bunuh-bunuhan."

"Aku takut kak!"

"Loh, kalian kira cerita yang biasanya tidak ada bunuh-bunuhannya?"

Ketiga anak itu terdiam, mereka saling tatap di keheningan malam yang terasa dingin. Sampai salah satu anak yang usianya lebih tua itu tertawa memecahkan keheningan malam dan membuat ketiga anak yang terdiam itu berjengit kaget dan menatap horor anak yang sedang tertawa tersebut.

"Kakak jangan bikin kaget dong! Udah tau ini lagi malam jum'at." Protes anak bersurai hitam itu sambil menatap sebal anak yang lebih tua itu.

"Hah? Emangnya sekarang malam jum'at ya?" tanya anak itu menggoda ketiga adiknya.

"Ish kakak!" rengek seorang gadis yang sedang memeluk boneka beruangnya.

"Hahahaha... baiklah, kalian ingin aku lanjutkan ceritanya tidak?" tanyanya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Baiklah, coba ceritakan, kak." Pinta ketiga adiknya itu secara bersamaan.

"Nah gitu dong." Sang anak tertua itu pun tersenyum sambil mencari posisi duduk yang nyaman untuknya.

"Kisah ini terjadi di sebuah Negeri-"

.....

"Yang Mulia Anderson, kami menerima laporan bahwa sekelompok pemberontak sedang melancarkan aksinya di desa-desa terpencil. Mereka menyandera para penduduk dan merampas harta dan persediaan pangan mereka, sepertinya mereka akan memaksa para penduduk untuk masuk kedalam kelompok mereka." Ujar seorang prajut yang sedang membungkukkan badannya di hadapan seorang laki-laki bersurai putih.

"Segera lancarkan Operasi Teratai! Lalu panggilkan Tuan Rafles." Titahnya sambil memandang dingin prajurit tersebut.

"Baik Yang Mulia." Jawab sang prajurit sambilundur diri meninggalkan ruangan tersebut.

Lalu tak lama kemudian, datang seorang laki-laki berperawakan kurus dengan senyum separuh yang menghiasi wajahnya. Ia membungkuk "Yang Mulia memanggil saya?" tanyanya dengan suara seraknya yang terdengar menyeramkan.

"Rafles, apa yang terjadi? Mengapa masih ada sekelompok orang yang melakukan pemberontakan?" tanya sang raja geram.

"Maafkan saya yang mulia, tapi saya tidak tahu dengan pemberontakan tersebut. Ah, mungkinkah mereka adalah para bandit yang diasingkan oleh Yang Mulia?" jawab lelaki bersuara serak itu sambil membungkuk.

"Untuk seukuran bandit, mereka terlalu berani untuk melakukan pemberontakan."

"Akan tetapi Yang Mulia, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkinkah seseorang telah mencuci otak mereka dan mempersenjatai para bandit untuk melakukan pemberontakan?"

"Omong kosong! Siapa orang yang berani mengkhianatiku?!"

"Mungkinkah mereka seseorang yang tidak puas dengan sistem pemerintahan, Yang Mulia?"

"Rafles! Segera cari tahu siapa orang itu, dan selesaikan masalah ini secepatnya!" titah sang raja dengan muka memerah menahan marah.

"Baik Yang Mulia, saya izin untuk undur diri." Jawab Rafles sambil membungkukkan badannya dan pergi keluar dari ruangan tersebut sambil menyeringai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Historian : Le dictateurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang