2

30 2 0
                                    

Sudah pukul dua pagi, namun Albar belum juga menunjukan tanda tanda bahwa dia akan tidur, meski matanya terus meminta untuk beristirahat. Namun, Albar terus bersikeras untuk menyelesaikan paket soalnya. Sekeras apapun Albar berusaha untuk tetap terjaga, namun tetap saja lelahnya tak bisa dipungkiri. Alhasil Albar tertidur di meja belajarnya, dengan lampu belajar yang masih menyala.

Tepat pukul empat pagi, selesai sholat malam Keenan sengaja, menghampiri kamar adiknya. Didapatinya lagi Albar tidur di atas meja belajar, dengan tumpukan soal soal, belum lagi lampu belajar yang masih menyala terang. Kakaknya itu tau, bagaimana perasaan Albar. Karena dia pernah ada di posisi adiknya itu, sebelumnya. Atau bahkan mungkin, Keenan lebih parah dari pada ini.

Keenan mengambil beberapa soal yang berserakan di atas meja belajar, diusapnya kepala adiknya itu, lalu tersenyum. Keenan duduk di lantai, lalu mulai mengerjakan soal soal adiknya itu. Dia tau, mungkin adiknya akan marah besar, jika mengetahui kalau kakaknya lah, yang mengerjakan soal soalnya.

Paginya, Albar mendapati dirinya, bangun di atas kasurnya. Namun tentu saja, dengan leher yang terasa sakit. Dia yakin kakaknya telah memindahkannya, malam tadi. Albar melirik sebenter ke atas meja belajarnya, yang sudah rapih. Dan mungkin saja, ada beberapa soal yang sudah di kerjakan oleh Mas Keenan, Albar, yakin itu. Padahal sudah beberapa kali Albar melarang, Mas Keenan untuk membantunya mengerjakan paket soal soalnya.

“Bar, sore maen PS yuk!” Dirangkul pundak adiknya, yang baru selesai mandi.

“Sok banget mau ngajak maen PS, orang biasanya kalah mulu” Sombong Albar, sambil menggantungkan handuknya di tempat menjemur pakaian.

“Sombong yah, adeknya mas sekarang”

“Bukan sombong, emang kenyataan” Albar berjalan, meninggalkan Keenan sendirian.

Karena kebetulan hari ini Keenan ada kelas pagi, jadi Albar bisa bareng sama Keenan. Lumayan, irit ongkos. Meski selama perjalanan, Keenan terus saja mengoceh. Dari mulai memberi tips bagaimana cara mengerjakan soal, sampe tips bagaimana gosok gigi yang baik. Keenan ini, emang random orangnya. Untung Albar, sabar.

Albar melangkahkan kakinya, masuk ke kelas. Sejujurnya hal terberat dalam sekolah bukanlah soal pelajaran yang sulit, namun sulitnya ketika Albar harus bertemu dengan orang orang licik. Bagaimana tidak, kelas Albar yang terkenal katanya berisi anak pintar. Padahal nyatanya tidak, semua teman sekelasnya hanya mencari muka.  Mereka kenyataanya, hanyalah ingin memanfaatkan satu sama lain. Demi mendapatkan apa yang mereka mau.

“Bar, lo udah liat hasil ulangan fisika kemaren?” Tanya Haikal, teman sebangku Albar. Sambil melemparkan sekotak susu yang tadi ia beli di kantin, yang langsung ditangkap Albar.

“Belom, yakin gue. Nilainya pasti kecil” Ujarnya santai, lalu menyandarkan tubuhnya  pada senderan kursi.

“Terus gue apa kabar” Tawa Haikal, yang disambut dengan gelak tawa dari Albar.

Haikal ini teman Albar, sejak kelas 5 SD. Haikal pindahan dari Surabaya, beruntung mereka masih bisa akrab sampai detik ini. Dan Haikal ini, selalu mengingatkannya pada temannya yang jauh disana.

BRAK!

Seseorang menggebrak meja Albar, dengan secarik kertas ditangannya.

“Bisa banget ya, lo santai santai gini. Padahal keadaan kelas lagi genting gini” Tatap Ezra serius. Bahkan tak hanya Ezra, teman sekelasnya kini sedang menatap sinis, pada Albar.

Albar, dan Haikal yang memang sedang santai santai. Karena ini waktu istirahat.

“Apaan sih lo?” Haikal bertanya dengan muka terheran heran

“Nilai kelas kita turun semua, dan kelas sebelah lebih unggul!”

“Terus?”

“INI SEMUA GARA GARA LO ALBAR!” Ezra menunjuk, tepat ke mata Albar.

“Kok gue?” Tentu saja Albar heran, kenapa dia?

“Ya lo, kalo punya ilmu bagi bagi dong!”

“Gue udah coba membantu, gue selalu jawab pertanyaan kalian. Bersyukur dong!” Albar bangkit, lalu berjalan menuju pintu kelas. Diikuti Haikal.

“Cih! Dasar Anak Anjing”

Albar yang mendengarnya,menghentikan langkahnya. Lalu…..

BHUAK!

Satu pukulan mendarat, di pipi Ezra.
Albar menarik kerah baju Ezra, lalu mendorongnya ke sudut ruangan.

“Cih, lo cuman anak anjing, bangsat! Bisa lu cuman nurut sama emak bapak lo! Makanya, lo anak anjing!” Dengan, ekspresi mengejek. Seenaknya Ezra, berbicara.

Selanjutnya, tak perlu dijelaskan. Tentu saja adegan baku hantam, antara Ezra dan Albar.

Kini Albar sudah di rumah, tentu saja sedang disidang oleh Ayah ibunya. Karena mendapat laporan, bahwa anaknya berkelahi, dengan temannya. Ayahnya langsung menuju sekolah, dan sekarang menatap serius Albar, yang sedang diobati oleh ibunya.

“Ayah gak pernah ngajarin kamu, buat berkelahi” Ayah mulai angkat bicara, setelah kurang lebih 30 menit hanya memperhatikan Albar.

“Albar cuman mau, ngebela diri” Jelasnya.

“Gitu yah?”

“Yah, semua temen sekelas Albar, nyalahin Albar. Gara gara nilai fisikanya kecil semua, terus Albar sampe dikatain Anjing. Terus, Albar harus diem ajah, gitu?” Albar bangkit, lalu masuk ke kamarnya.

Dia menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, lalu menatap langit langit kamarnya.

“Bar..” Kakaknya masuk, tanpa mengetuk pintu. Biasanya Albar langsung ngomel, tapi kali ini tidak.

Albar bangun, lalu duduk. Diikuti oleh Keenan.

“Mas ngerti, wajar seumuran kamu emosinya masih belum bisa terkontrol”

“Ya pasti emosi lah, orang Albar dikatain Anjing”

“Gak papa, mas bangga. Mas ajah dulu, boro boro berani begitu”

“Tuh kan, emang dasarnya Mas Keenan tuh penakut”

Keenan hanya bisa mengacak ngacak,rambut adiknya itu. Sambil tertawa

“Dasar, yaudah jadi gak, maen PSnya?”

“Ayok!”
.
.
.

Haikal Pragiaksara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haikal Pragiaksara

Haikal Pragiaksara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ezra Melviano

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang