chapter 2

13 3 2
                                    

Ada yang nunggu gk nih?
        "Jangan harap!"
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
    
   Oke!gk usah basa basi...😅😅

             Happy reading....😙😉😉





Sepi.

Hening.

Seperti biasanya.

Shinta membuang nafas lelah,memang shinta berharap apa?kehangatan keluarga?rasanya saat ini sudah sangat mustahil.

Shinta segera mengganti sepatunya dengan sandal rumah dan bergegas menuju kamarnya.

Rasanya sesak jika hanya menemukan kesunyian di ruangan yang besar dan hanya ada dirinya disini.sendiri.

Begitu memasuki kamarnya yang di dominasi warna baby pink,shinta  melempar tasnya sembarang dan segera merebahkan tubuhnya pada ranjang

Shinta mebutup matanya,mencoba membiasakan keadaan yang sudah terjadi tiga tahun belakangan

Rasanya...masih kemarin ibu menyiapkan sarapan bersama dan bekal untuk ia bawa

saat ayah mengantarnya sekolah

saat pulang ia di sambut dengan ibunya yang sedang memasak di dapur

Saat ia masih menyalami tangan ibunya

Saat ibu menyuruhnya agar segera mengganti baju

Saat ayahnya pulang kerja dengan ibu dan dirinya menyambut kedatangan ayah di depan pintu dan ia langsung memeluk ayahnya erat

Saat menonton tv bersama

Saat ia belajar dengan ayah

Saat ibu memarahinya jika ia tak mau makan dan berakhir di suapi

Saat-saat itu..

Saat-saat hangat itu..

Ia amat rindu..

Ia ingin kembali saat tiga tahun lalu..

Saat hanya ada kehangatan yang menyelimuti keluarga kecilnya

Bukan kesepian dan keheningan seperti saat ini..

Tiba tiba saja dadanya sesak mengingat memori itu.

Karna ia tau jika itu adalah suatu kemustahialan

Tapi..apakah salah jika ia berharap lebih dan memohon pada Tuhan berharap memori itu terwujud kembali?

Perlahan lahan air matanya meluruh,shinta masih memejamkan matanya dan mulai mengeluarkan isakan kecil

Rasanya lelah.dan berat.ia harus tersenyum dan tertawa di saat hatinya kosong dan kesepian.

Tapi..bukankah itu pilihannya?demi orang-orang yang ia sayangi?

Setidaknya mereka tak perlu khawatir.ia tak mau berbagi kesedihan dan ia hanya ingin memberi kebahagiaan.

Walau dirinyapun tak bahagia.

Tapi..bukankah memberi kebahagiaan untuk seseorang yang kita sayangi akan membuat hati kita tersenyum bahagia?

Dan itulah kekuatanya yang membuat ia kuat sampai saat ini dengan terus menanti orang tuanya untuk memeluknya dan kembali bersatu seperti dahulu

Shinta menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan,berharap rasa sesak di dadanya segera hilang

Shinta bangkit dan segera menuju kamar mandi.dengan begitu fikirannya akan lebih tenang dengan guyuran air yang membasahi tubuhnya.

                    ●●●●●●

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang