"Hey.. kamu.." tunjuk seorang mahasiswa yang sedang mengajar di kelasku. Ya, saat ini kelima orang mahasiswa itu sedang mengajar di kelasku. Dan saat ini kami diberi tugas untuk menceritakan sebuah cerita dengan tema bebas.
"Hey.. kamu.." ujarnya lagi. Aku pun tersadar dari lamunanku saat mahasiswa yang memanggil namaku itu, berdiri di depanku sembari melambai-lambaikan tangannya tepat di depan mukaku.
"E.. saya, kak?" Tanyaku gugup.
"Iya, kamu. Siapa lagi? Saya sudah panggil nama kamu berkali-kali. Eh, malah sibuk nglamun."
"Amran.. Amran.. perasaanku tadi kamu nggak manggil namanya.." Ujar salah satu temannya itu yang kuketahui bernama Kak Reza sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Ya.. maksudku kan.. aku nunjuk dia dari tadi. Tapi, dia-nya nggak peka-peka."
"Curhat?"
"Nggak, ya udah kamu tunggu apa lagi cepat maju dan ceritakan ceritamu."
"Maaf, kak. Tadi aku nunggu kakak berhenti berdebat." Jawabku polos.
Tanpa menunggu sanggahannya, aku sudah berlari ke depan papan tulis untuk menceritakan sebuah cerita.
Di depan, aku sempat terdiam beberapa saat karena bingung mau cerita apa. Hingga akhirnya Kak Amran menyuruhku untuk menceritakan sebuah cerita horor.
"Cerita horor saja. Nggak usah protes!"
"Ekhm.. baiklah saya ak.."
"Perkenalkan dulu nama kamu siapa?" Ujar Kak Amran memotong ucapanmu."Baik, kak. Perkenalkan nama saya Azalea Khaliqa Dzahin. Biasa dipanggil Lia. Disini saya akan menceritakan sebuah tragedi yang menyebabkan adanya hantu Kuntilanak di desa ku."
"Wait. Itu beneran, dek?" Tanya Kak Zahra.
"Iya benar, kak.."
"Tap.."
"Udah. Kalau takut keluar aja." Potong Kak Akash.
"Aku nggak takut. Ya, sudah silakan cerita.." ujar Kak Zahra mempersilakanku.Aku pun memulai untuk bercerita.
"Di sebuah desa yang cukup jauh dari tempat tinggalku, ada sekelompok keluarga yang terdiri dari seorang Ayah, Ibu, dan anak perempuan.
Sang ayah masih sangat memegang teguh tradisi nenek moyang. Sehingga, sang ayah mempunyai sebuah selendang turun-temurun yang dikeramatkan sejak dahulu. Konon katanya, selendang itu mempunyai kekuatan ghaib yang bisa menerbangkan pemakainya. Anak gadisnya itu , tidak mengetahui ke-keramat-an selendang milik ayahnya.
Suatu hari, si anak gadis itu mendapatkan tugas dari sekolahnya untuk membawa sebuah selendang yang akan digunakan untuk keperluan menari. Ia pun bertanya pada ibunya, 'Bu, apakah ibu punya selendang?' Tanyanya. Sang ibu pun menjawab, 'Tidak, nak. Ibu tidak mempunyainya. Memang untuk apa kamu mencari selendang?' Jawab dan tanya sang ibu. 'Hanya untuk tugas sekolah.' Jawab si gadis singkat. Dia kesal pada ibu-nya karena jelas-jelas waktu itu sang ibu membawa sebuah peti yang berisi selendang dan sebuah keris.
Si gadis pun masuk ke dalam kamarnya dan memikirkan apa yang mungkin disembunyikan oleh ibu-nya. Karena penasaran, akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk mencari tahu apa yang ada di dalam peti itu.
Ia pun berjalan keluar kamarnya dengan sangat pelan tanpa menimbulkan suara sama sekali. Dia sangat penasaran dengan isi peti yang dimiliki oleh ibu-nya.
Tak lama kemudian, si anak gadis itu sampai di kamar yang terletak di sebelah kanan kamar ora ng tuanya. Kamar itu adalah satu-satunya tempat yang paling mungkin untuk menyembunyikan sesuatu. Karena kamar itu tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali ayahnya. Sebab yang melarang itu ayahnya.
Tanpa pikir panjang si gadis masuk ke dalam kamar terlarang itu yang kebetulan sedang tidak dikunci. Matanya langsung mengarah ke sebuah peti yang selama ini membuatnya penasaran.
Ia pun berjalan mendekati peti. Sesampainya di dekat peti, dia langsung mengambil selendang itu dan menyampirkan di pundaknya.
Tak lama kemudian, si gadis langsung terbang ke atas menabrak atap rumah.."
BRAK.. BRAKK..
Terdengar suara jendela yang ada di kelasku membuka dan menutup secara tak wajar selama beberapa menit. Setelah itu, berhenti.
Tak lama kemudian, terdengar teriakan nyaring seseorang yang sepertinya sedang marah.
"Apa ku bilang! Jangan minta siapapun untuk menceritakan sebuah cerita horor!" Teriak seseorang dari luar kelas. Kulihat Kak Reza dan Kak Sofia berjalan memasuki kelas ini. Mereka terlihat sangat marah pada Kak Amran.
"Reza? Apa yang terjadi? Mengapa seperti ini?" Tanya Kak Akash pada Kak Reza. Tapi, Kak Reza diam tak menjawab.
Tak lama kemudian, Kak Sofia menggumam, "Dia sangat marah."
"Apakah di..a a..da di sini, kak?" Tanyaku gugup.
"Ya. Dia disini. Berdiri di sebelah kiri jendela itu." Kata Kak Sofia sambil menunjuk ke arah jendela yang letaknya paling pojok.
Tiba-tiba, salah satu temanku yang duduk di bangku sebelah jendela itu, tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Yaa.. aku sang..at marah! Tapi juga sangat sedih karena kamu! Telah menceritakan tentang ibu dan ayahku! Ka..mu mengingatkanku kembali! Itu membuat sedih. Hi hi hi.."
"PERGIII, KAMU! KELUAR DARI TUBUH ANAK ITU. DIA TIDAK BERDOSA." Teriak Kak Reza pada hantu itu.
"Hi Hihihi.. baiklah. Tapi, aku ingin kau.. merasakan apa yang kurasakan! Hihihi.."
Blesh. Temanku yang kerasukan, Sandra telah pingsan di mejanya.
"ADA APA DISINI??" Teriak seseorang di pintu. Semua kepala manusia yang ada di kelas 9A pun menoleh ke arah pintu.
Terlihat bapak wali kelas sedang berdiri di sana sembari berkacak pinggang.
"JELASKAN! KENAPA SALAH SATU MURID KU PINGSAN DI SANA???" Teriaknya lagi. Kami pun hanya bisa diam tak bersuara sama sekali.
"Bapak.. tolong maafkan keteledoran kami.." cicit Kak Akash.
"Apa maksudnya?" Tanya Pak Bambang, wali kelasku.
"Ka..mi telah dengan lalai membiarkan teman kami, Amran.."
"Jangan bilang kalian menyuruh salah seorang muridku untuk menceritakan sebuah cerita yang tidak boleh diceritakan di hadapan banyak orang?"
"Cerita yang tidak boleh diceritakan di hadapan banyak orang?" Ulang Kak Amran.
***
Haii..
Teman-teman..
Ini cerita pertamaku dalam genre horor. Jangan lupa vote dan comment ya..Lanjut or stop?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selendang Keramat
Horror"Tolong!!! Kumohon tolonglah aku!!" Teriak seseorang di belakangku. Aku pun menoleh ke belakang. Tapi, tidak kutemukan siapa-siapa. Inilah kisah yang dialami oleh Azalea dan teman-temannya. Berawal dari ketidaktahuannya akan bahaya sebuah cerita. Az...