Mobil Jeep itu berhenti tepat pada sebuah jurang yang begitu banyak pepohonan di sekitarnya, mereka turun dari mobil kemudian menuruni jurang itu perlahan. Lalu membaringkan Steven ke semak-semak belukar, mereka merobek baju Steven seperti apa yang di perintahkan oleh Nona Muda. Salah satu anak buahnya mengambil ranting runcing dan menusuknya ke baju Steven. Kemudian mengacak-ngacak rambut Steven lalu menimbun tubuhnya dengan sedikit tanah, mereka membuatnya seolah-olah seperti sebuah kecelakaan yang Steven sendiri lakukan.
Tak memakan waktu lama mereka segera meninggalkan Steven dalam keadaan tak berdaya. Nyatanya mereka membuang Steven ke jurang yang jarang kendaraan berlalu lalang.
Sekitar beberapa jam, Steven tersadar, ia merintih, pandangan nya kabur, masih sekilas kesadaran. Ia meraba lengannya yang koyak, kemudian matanya diusap kasar.
"Dimana ini?" Ia melihat sekeliling, tempat yang sangat asing.
Matanya masih melihat sekitar, ia sedang memikirkan apa yang telah terjadi. Namun ia tak mengingat apapun.
Ia mengusap wajahnya kasar, merutuki otaknya yang tak mampu mencerna kejadian-kejadian sebelumnya.
"Shit" ia menghela napas, kemudian segera beranjak. Ia berjalan pincang, kepala nya masih pusing.
Jemari nya reflek meremas lengan, ia merasakan kulitnya teramat sakit.
Di liriknya lengan itu, terdapat koyakan lebar, ia berpikir sejenak. Bahkan ia tak berkelahi sebelumnya tetapi sudah terdapat luka yang besar.
Ia berjalan terus berjalan mencari tempat yang ia kenali, sampai akhirnya ia tiba di sebuah ruko kecil reot yang di huni oleh teman nya.
Steven menyelonong masuk kedalam ruko yang pintunya bersolasi, "Hallo?"
Pria dengan perawakan tinggi berkulit hitam keluar dari balik hordeng, tangannya menggenggam pistol kecil.
"Hey, Lexon" Seru Steven.
Pria itu menyipitkan matanya, "Steven?"
Steven mengangguk, jemarinya masih sibuk menggenggam erat lengan nya yang koyak.
"Apa kabar?" Lexon menghampiri Steven, "Kau kenapa Stev?"
Steven tak menjawab apapun, dengan segera Lexon membuka lemari kecil dan mengambil alkohol serta perban.
Lexon menarik tangan Steven untuk duduk di kursi.
"Kau selalu menyepelekan lukamu," Lexon membuka alkohol itu kemudian menyiramnya ke lengan Steven.
Steven meringis. Dengan segera Lexon membalutnya dengan perban.
"Masih untung lukanya belum terlalu parah, jika parah kau akan kehilangan satu tanganmu," Lexon memaki Steven, tetapi Steven hanya membalas dengan tawa kecil.
"Tak usah tertawa, sekarang ceritakan kenapa kau bisa begini."
Steven menggeleng, "Tak tahu, aku tak mengingat apapun, ketika bangun sudah berada di jurang, ku rasa aku pingsan"
Lexon menggeleng mendengar cerita kawan seperjuangan nya yang tak pernah berubah, awal mula ia mengenal Steven memang tak pernah bagus kulitnya, karena selalu ada goresan luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steven Brayde. (✔️)
Adventure© SUDAH DITERBITKAN. Note : Tersedia juga PDF nya. 《 21+ 》Banyak mengandung unsur kekerasan serta adegan panas. Harap bijak dalam memilih bacaan. ⚠️ (Plagiator dilarang membuka !!!) ●●● Steven, lelaki bermata hazel, bertubuh gagah dengan bandana hit...