Prolog

14 3 3
                                    

Hari ini adalah hari pertama Araya Nakahara untuk masuk ke sekolah barunya, ia adalah murid pindahan dari Bandung yang akan bersekolah di SMA Tunas Bangsa, Jakarta. Kepindahannya ini dikarenakan kepindahan kerja ayahnya ke Jakarta.

Dengan rambut yang dibiarkan terurai dan sedikit liptint untuk menutupi bibirnya yang pucat karena gugup, ia harus segera mencari ruang kepala sekolah untuk menanyakan keberadaan kelasnya.

Araya Nakahara berdiri manis didepan koridor membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh karena kemanisannya. Mata sipitnya yang berbentuk pelangi, hidung yang lumayan mancung, bibir pink yang pas dengan bentuk wajahnya, dan kulit putih bersihnya yang mengenakan seragam sekolah baru.

"Kelas aing teh dimana yah? Semoga kelasnya anaknya baik-baik." Gumamnya agak keras menyebabkan beberapa murid menoleh kepadanya.

"Buset, noleh semua." Cengir Raya dan segera bergegas menuju ruang kepala sekolah sebelum dirinya membuat malu.

Sepanjang perjalan Raya menuju ruang kepala sekolah, langkahnya tak luput dari tatapan murid-murid SMA Tunas Bangsa yang menatap kepo dengan dirinya, beberapa ada yang memberi tatapan seperti mengatakan 'Anak baru ya?' namun dibalas dengan senyuman khas raya yang menampakkan sederet gigi rapi dan mata lengkung pelanginya.

Akhirnya ia tiba disebuah pintu yang tertulis diatasnya 'Ruang Kepala Sekolah'. Dengan segenap kegugupunnya, ia pun membuka pintu tersebut.

***

Jam pelajaran pertama akan segera dimulai, namun seorang laki-laki yang duduk dipojokan belakang dekat AC, tertidur pulas akibat terjaga menonton bola semalam.

"Woy Gar! Bangun! Bentar lagi Madam Meisa datang!" Teriak Bimo teman sebangkunya yang baru datang masuk kelas.

"Apasih Bim! Gak usah teriak bisa kali." Omel laki-laki yang barusan diusik tidurnya.

"Heh, Anugerah Tegar!  Gue kasih tahu sama lo ya, lo tuh kebo susah banguninnya." Omel balik Bimo.

Tegar yang disebutkan namanya tadi merapikan rambut hitamnya yang sedikit berantakan akibat tidur sekilasnya, namun tidak menghilangkan ketampanan wajahnya yang selalu dipuja seantero gadis Tunas Bangsa. Mata hazelnya kontras dengan alis tebalnya, kulitnya yang bisa dikategorikan putih, lesung pipi yang hanya bertengger dipipi kirinya, hidung mancung, bibir pink yang sangat menggoda jika sedang tersenyum dan tingginya yang semampai karena seorang atlet basket.

"Bacot lo Bim, mingkem gih." Ucapnya kepada Bimo teman sebangkunya.

Bimo hanya diam cemberut melihat tingkah teman sebangkunya tersebut, ia harus sabar menghadapi Tegar yang merupakan sahabatnya sejak masih bocah SD sampai kelas sebelas sekarang.

Seperti yang dikatakan Bimo tadi, Madam Meisa sang guru peminatan Bahasa Prancis sudah berdiri didepan pintu kelas memperbaiki letak buku Bahasa Prancis serta kamus tebal yang berada ditangannya, dibelakangnya diikuti seorang gadis manis yang menunduk malu.

Seketika kelas menjadi sunyi, beberapa murid menerka-nerka siapa gadis manis dibelakang Madam Meisa.

"Duduk siap grak!" Teriak Rega selaku ketua kelas di XI IPA-3.

Semua murid menegakkan duduknya dan melipat rapi tangannya diatas meja seperti anak SD yang menuruti perintah sang ketua kelas.

"Dit bonjour!" Perintah Rega lagi kepada teman-teman sekelasnya.

"Bonjour Madam!" Serentak semua murid kelas XI IPA-3 mengucapkan salam kepada Madam Meisa.

"Bonjour aussi!" Sahut Madam Meisa yang kini sudah berdiri didepan papan tulis.

"Anak-anak, kalian kedatangan teman baru. Silahkan Raya, perkenalkan diri kepada teman-teman." Madam Meisa duduk dikursi guru dan mempersilakan Raya didepan kelas untuk memperkenalkan diri.

"Hai semua, pertama-tama kenalin nama saya teh Araya Nakahara. Pindahan dari Bandung. Semoga kita bisa berteman ya." Sapa Raya dengan sedikit logat sundanya yang sulit untuk dipisahkan darinya.

"Geulis pisan euy!" Sorak Tiyo anak laki-laki dibarisan meja paling belakang yang menimbulkan siulan bersahutan untuk menggoda Raya.

"Sok atuh duduk sama akang!" Teriak Tayo sikembaran Tiyo yang duduk tak jauh dari kembarannya.

"Sini aja teh, sama babang gans!" Ikut Bimo, membuat Tegar membekap mulutnya.

Tegar yang sedari tadi hanya diam melihat kedepan menyaksikan Raya memperkenalkan diri cukup terhibur, baginya ini pertama kali ia melihat gadis semanis Raya.

"Apa-apaan sih lo Gar! Lumayan ada cewek cakep disini, biar gak serasa homo gue sama lo mulu!" Omel Bimo karena Tegar membekap mulutnya.

"Jangan Neng! Jangan duduk disini! Banyak pedofil bahaya!" Sambar Tegar membuat seisi kelas tertawa menyaksikannya yang menirukan pedofil genit yang mengedipkan sebelah matanya.

"Sudah-sudah! Kalian ini ribut sekali.
Raya, kamu boleh duduk disebelah Zeta." Tunjuk Madam Meisa ke bangku kosong disebelah Zeta.

Raya pun menuruti perintah Madam Meisa dan duduk disebelah Zeta, mejanya berada persis didepan Tegar.

"Hai Raya! Sini-sini duduk." Sapa Zeta ramah kepada Raya sembari menarikkan kursi untuk Raya.

"Makasih Zeta." Balas Raya dengan senyum manisnya.

"Oke pelajaran akan segera dimulai, anak-anak silahkan buka buku halaman 26."

Tidak ada lagi keributan seperti tadi, kini hanya menyisakan suara Madam Meisa yang mengajar.

***

Hai semuanyaa! Selamat membaca cerita pertamaku ya :) semoga kalian menyukainya hehe. Jangan lupa tinggalkan jejak ya, boleh vote dan komen. Makasih semuaaa :)

Tungguin update cerita reason yaaa!

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang