Lelaki berkulit pucat itu mengusap wajahnya kasar lalu menghembuskan napas kasar. Mata tajamnya tak henti menatap layar besar didepannya dengan sesekali melirik layar kecil yang terdapat tepat dibawah layar besar.
Tangan terampilnya tak tinggal diam menekan tuts piano yang berada disamping tubuhnya. Matanya tetap terjaga dengan keadaan kepala yang hampir pecah berkeping-keping. Perasaan gelisah tak urung ikut andil menemani malam menjelang paginya didalam studio bertuliskan, 'Genius Lab' tepat didepan pintunya.
Kepalanya kembali berdenyut. Ini efek karena lelaki itu jarang memejamkan mata dan lebih sering menghabiskan waktu senggangnya di studio. Itu suatu rutinitas atau bahkan kewajiban yang lelaki itu tidak boleh lewati disepanjang hidupnya.
Min Yoongi. Lelaki gila musik itu bernama Min Yoongi. Rapper asal Seoul, Korea yang namanya sudah tak asing didenger telinga negara asalnya ataupun negara lainnya. Namanya melambung tinggi walaupun musik yang ia bawakan beraliran Beat dengan tempo cepat, namun sukses membuat beribu-ribu orang meneriaki namanya ketika lelaki 26 tahun itu menginjakan kakinya diatas panggung panas dan luas.
Yoongi mengambil segelas kopi Americano nya yang hampir dingin pada meja kecil didekatnya. Mengecap— membiarkan indra perasanya merasakan pahit dan manis yang mendominasi lidah.
Segurat lengkungan bertumpuk tercetak jelas di dahinya. Sebenarnya Yoongi lelah dan ingin beristirahat, merengganggkan otot-otot tubuhnya yang sepertinya sudah menegang, lebih mirip dengan kawat pagar.
Ada lagu yang harus ia selesaikan. Menyesuaikan suara dan instrumen yang terdengar selaras namun masih terdengar kurang dan kurang ditelinga Yoongi. Lelaki itu tak akan puas bahkan jika dunia menguncang bumi.
Menurut Yoongi, pekerjaan yang disepelekan akan menumpuk dan membuat dirinya kesusahan setengah mati. Maka dari itu seorang Min Yoongi tidak akan membiarkan kegiatannya terbengkalai sampai ia selesai dan terlihat sangat sempurna.
Pikirannya kacau dari setahun yang lalu. Nafsu makannya tak lagi membuncah. Min Yoongi bahkan lebih mirip zombie hidup.
"Halo Min Yoongi— Nara mengalami kecelakaan besar didaerah Gangnam. Kami sudah mengurusnya, jangan terburu-buru."
"Sialan!!"
Yoongi menarik rambutnya brutal. Ia benci ketika suara itu terngiang-ngiang ditelinganya dan berakhir dengan mengendap lama tak ingin pergi. Mengganggu segalanya bahkan dapat menghancurkan.
Nara— Choi Nara. Designer muda terkenal dan sukses diumurnya yang bahkan baru menginjak usia awal kelapa dua. Gadis dengan rambut pendek legat, bulu mata yang lentik, dan alis yang tebal, bukankah itu suatu kombinasi yang amat sangat sempurna?
Ya, sangat. Sangat sempurna bagi Min Yoongi. Choi Nara sangat berharga bagi Yoongi. Gadis yang fotonya selalu bertengger apik disebelah komputernya. Gadis dengan pose menggemaskan, tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit indah.
Tapi itu hanya bisa Yoongi lihat di foto yang terbungkus bingkai kecil. Choi Nara hilang, lebih tepatnya meninggalkan Yoongi untuk selamanya. Meninggalkan Yoongi bersama serpihan kenangan yang setengah mati Yoongi pungut dan susun kembali. Walaupun susunan itu belum sempurna, mengingat Min Yoongi bukanlah lelaki yang terlalu membanggakan momen istemewa selama ia menjalin hubungan.
Rasa menyesal pasti ada karena Yoongi tak lagi atau bahkan tak pernah mengingat barang sedikitpun hal manis selama ia menjalin hubungan dengan gadis Choi itu. Hubungannya hanya seputar Min Yoongi yang menyayangi Choi Nara, dan Min Yoongi yang melindungi Choi Nara dari segala hal. Memberikan setitik perhatian yang berhasil mengacak pertahanan hati Choi Nara kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epouch
FanfictionMin Yoongi terjebak. Min Yoongi tak lagi bisa bergerak dalam lingkaran kesakitan yang ia lukiskan sendiri. Min Yoongi bisa mati terbakar akan keinginan yang bahkan ia sendiri tak bisa miliki. Min Yoongi tak lagi memiliki rumah walaupun hanya sekedar...