Gara gara kejadian kemarin, Naya jadi malu kalau ketemu orang lain di kantin. Karena kejadian kemarin juga malam ini dia berlatih menari di kamarnya.Dia memeragakan gerakan yang diajarkan. Meski berulang kali salah dia tetap melanjutkannya sambil membayangkan seolah dia menari bersama Ken. Tubuhnya tidak terlalu kaku setelah beberapa percobaan.
Dia melihat nampan saji yang berisi makan malamnya. Dia bertekad untuk melanjutkan sampai dia bisa, baru setelah itu dia akan makan.
Waktu terus berjalan dan malam semakin larut. Naya membaring tubuhnya di kasur dan tanpa sadar dia perlahan terlelap.
---
Naya berada di aula untuk latihan lagi. Ekspresinya melembut efek malu kejadian kemarin lusa masih menyisa. Hari ini Ken tidak hadir latihan padahal Naya ingin sesumbar kalau dia sudah menguasai bagiannya. Naya tidak ambil pusing, bahkan dia harusnya bersyukur kalau Ken tidak ada.
"Oke cukup sampai disini. Besok tinggal bagian penutupan." Kata si sutradara.
"Gimana latihannya?" Tanya Mira bersandar di daun pintu.
"Hm. Moooodddhhhhuuusssssssss." Jawab Naya melihat kelakuan temannya.
Mira sengaja buat ngejemput Naya, sekalian modus melihat anak kelas IPA yang ganteng ganteng. Sudah bukan rahasia kalau anak cowok IPA tuh lebih ganteng dari anak cowok IPS.
---
Sekarang Ken sedang berada di tongkrongan yang jadi tempat ngumpul bersama teman temannya. Asap rokok mengepul di tempat itu, hal yang biasa terjadi di tongkrongan cowok SMA.
Ken menghisap rokoknya, sesekali diselingin obrolan dan tawa.
"Tumben banget lo cabut. Gue pikir lo udah tobat." Kata Fian. Sudah beberapa minggu Ken tidak ke tempat tongkrongannya
Ken menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Fian merasa ada masalah jadi dia gak begitu banyak tanya.
Ken menghabiskan waktu seharian di tongkrongannya. Dia tidak beranjak dari sana sejak pagi. Mungkin bau seluruh badannya sudah bau rokok sekarang.
Saat menjelang larut malam Kem baru pulang ke rumah dan ketika dia masuk hanya sepi yang ia dapat.
Masalah kemarin malam sedikit bermasalah dengan orangtuanya. Ken langsung masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sebuah kursi yang menghadap ke jendela besar. Dia merenung memandang lampu taman di depannya.
Pikirannya terus berkilas balik pada kejadian semalam di mana dia bertengkar dengan ayahnya. Dia sempat berpikir memangnya kenapa jika dia suka berkeliaran malam malam? Memangnya kenapa jika dia merokok dan dia suka bolos? Toh ini hal yang biasa bagi remaja.
Ayahnya terus memaksanya untuk memilih jalan yang tidak Ken inginkan. Kemarin dia bertengkar karena ia ingin kuliah astronomi. Tapi ayahnya memaksa untuk kuliah management bisnis untuk meneruskan perusahaan keluarganya.
Ken bisa menerima jika harus dimarahi setiap ketahuan membolos, dia rela dipukuli jika ketahuan merokok, tapi dia tidak bisa menerima untuk membuang impiannya.
Tapi kemarin dia mendapat kabar bahwa perusahaan ayahnya tidak dalam kondisi stabil dan akibat pertengkaran kemarin ayahnya masuk rumah sakit.
Dia tahu keluarganya membutuhkan dia, jika saja kakaknya tidak memilih untuk pergi dari rumah ini tidak akan pernah terjadi.
Haruskan dia mengikuti aturan orangtuanya? Atau dia harus menjadi anak durhaka dengan memilih jalan hidupnya sendiri?