Alifa-Hanan

22 2 0
                                    

"Udah siap kak? yok kita berangkat"

Aku melangkahkan kakiku ke hadapan Bunda. Rencananya, hari ini aku akan menuju ke tempat perlombaan dilaksanakan. Menurut arahan kami semua harus berkumpul di kantor camat untuk di breafing sebelum keberangkatan dan menuju kesana berama, jadi Bunda mengantarkanku menuju lokasi perkumpulan.

Perkenalkan, namaku Alifa Amanda Amanna. Seorang gadis berusia 15 tahun yang duduk dikelas 2 MAN terkenal di daerahku. Harusnya aku masih duduk dikelas 1 namun karena dulu aku cepat masuk sekolah, jadi aku termasuk yang muda di dalamnya. Saat ini aku dipercaya untuk kembali mewakili kecamatanku dalam sebuah even tingkat kabupten, setelah dua tahun sebelumya aku mengikuti even yang sama di cabang yang sama,  namun jenis yang berbeda. 

Tak sampai 180 detik kami sudah sampai ke lokasi. Aku bergegas menuju kerumunan peserta setelah sebelumnya berpamitan pada Bunda dan mendengarkan nasihat-nasihatnya. Agak menegangkan sebenarnya sih.

"Hai Alifa, udah sampe ya? Bantu Kakak boleh, jagain si Mela ya biar dia sekalian sama Alifa, kan ga mungkin Kakak titip ke Hanan karena dia pergi sama rombongan laki-laki semua"

"Oh, Iya kak, boleh kok sama Alifa aja gapapa."

Dia adalah Kak Yuna, Ibu dari Mela juga Bibi dari Bang Hanan. Kenapa dia menitipkan anaknya padaku bukan pada Bang Hanan? ya seperti katanya tadi, karena keponakannya terebut bergabung dalam rombongan laki-laki. Selain itu, kami juga saling mengenal karena adik perempuan Bang Hanan bersahabat dengan adik perempuanku, dan otomatis akupun juga dengan dengan adiknya hingga ke keluarganya.

"Alifa, Mela sama Alifa ya? Dia gak kenal siapa-siapa. Abang pun percaya sama Alifa, Bunda juga suruh jagain Mela sama Alifa, kan?" Suara Bang Hanan menghampiriku. Aku tersenyum lalu mengangguk dan menyetujui ucapannya.

***

Perjalanan kali ini agak menyenangkan bagiku. Kau tahu kenapa? karena aku bertukar pesan dengan Bang Hanan. Tidak, bukan karena aku menyukainya ataupun kami terlibat dalam suatu hubungan. Namun karena kami dekat, seperti teman dekat atau sahabat mungkin? Tapi aku tahu dia milik teman sekelasku, dan rasanya mustahil aku menyukainya. Tak tahu kedepannya karena hanya Tuhanlah yang berhak membolak-balikkan hati manusia, bukan?

Kami berbelok menuju kantor camat daerah tujuan, aku turun menghirup udara segar karena terlalu penat selama 45 menit dalam perjalanan. Aku melirik ke arah mobil tumpangan Bang Hanan, kulihat Bang Fajri menurunkan jendela dan tersenyum menggoda kepadaku. Apa maksudnya coba? 

"Cie yang SMSan sama Hanan..."

Aku membola, dari mana dia tahu hal tersebut? Ini pasti kerjaan Bang Hanan yang megatakan ha tersebut. Betapa malunya diriku.

"Bang Hanan pusing nih Alifa, nggak bisa kena AC. Nggak bisa jadi orang kaya katanya. Hahaha..." Aku terbahak mendengarnya, kulihat Bang Fajri semakin terbahak karena mendapat serangan dari orang disebelahnya dan dapat kupastikan bahwa itu karena Bang Hanan, karena terdengar suara Bang Hanan seperti marah karena dipermalukan. 

"Woi, ribut banget sih Jri. Buat malu aku aja kamu ini. Eh Alifa, nggak usah di open si Fajri, cemburu dia karena nggak ada yang ngechat dia." Seru Bang Hanan padaku setelah dia terbebas dari pengapnya mobil tumpangannya.

"Iya Bang, nggak masalah kok. Ohya, Abang masih pusing? Nggak bisa jadi orang kaya dong. Hahaha..."

"Ish, awas  yaa kamu Alifa. Ngeledekin Abang terus."

"Hahaha..."

Aku terus tergelak menertawakannya, sedangkan Bang Hanan tampak kesal juga malu karena aku meledekinya. Bang Fajri yang kini sudah berada disebelahnya pun turut bahagia melihat penderitannya. Maafkan aku Bang Hanan.

***

Aku memfokuskan diri untuk menatap panggung dan mendengar suara pembawa acara. Maklum saja, disekitarku sangat padat dipenuhi oleh para peserta dan official perlombaan. Malam ini malam pertama kami disini juga sebagai malam pembukaan acara yang dinanti-nanti. Aku sebenarnya enggan kemari, bukan sebab apa hanya karena agak sedikit malas bertemu dengan teman-teman semasa MTs ku dahulu. Entahlah, mungkin karena tidak sedikit kenangan yang bersarang didalamnya. Aku tak tahu.

Aku mencari-cari sosok yang tengah dekat denganku, Bang Hanan. Kucari ke barisan terdepan, tak terlihat. Kulirik kesisi sebelah juga tak mungkin. Akhirnya aku membalikkan badanku kebelakang dan sial, dia dibelakangku dan tengah menatapku. Aku membuang muka darinya, malu tentunya dan grogi juga sebenarnya. Padahal seharusnya biasa saja kan?

Setelah melewati berbagai prosesi acara akhirnya kami bisa bergegas pulang. Lelahku terbayarkan, tahukah apa itu? Ya tentu saja karena aku dan Bang Hanan berada dalam satu mobil. Namun, hanya bungkam yang dapat kami lakukan, bagaimana kami berekspresi sedangkan ada orang lain?

***

Publis 12/2/2019

Revisi 13/2/2019

Cerpen - Kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang