"Tapi aku tak tahu dimana itu. Dan sekarang aku harus bersama Ayah 5 hari kedepan" gumamku.
Tak lama setelah Ibu pergi, akupun pergi ke klinik yang ibu maksud untuk menemui Dokter Wijaya. Karena aku sedikit lupa tentang kota ini, alhasil aku tersesat saat ingin pergi kesana. Namun, setelah bertanya dengan beberapa orang, akhirnya aku sampai di Klinik Medika Citra.
"Permisi, aku ingin menemui Dokter Wijaya."
"Apakah anda sudah membuat janji?"
"Iya. Atas nama Miko Wardana"
"Oh, iya. Dokter sudah memberitahuku tentang itu. Silahkan, ia sudah menunggumu didalam"
Dengan segera aku menuju keruangan yang dimaksud. Setelah masuk, aku melihat seseorang di dalam yang langsung menyapaku.
"Halo, kamu pasti Miko. Terima kasih sudah datang. Senang bertemu denganmu" ujarnya sambil tersenyum.
"Senang juga bertemu denganmu. Oh iya, ini ada souvenir dari kotaku. Ini dari orang tuaku"
"Terima kasih"
"Dokter Wijaya, bolehkah aku bertanya seperti apa hubunganmu dengan orang tuaku?"
"Bisa dibilang aku adalah teman lama mereka. Dan juga ini bukan pertama kalinya aku bertemu denganmu"
"Benarkah?! Maksudku aku tak begitu mengingat bagaimana aku sebelumnya" kataku sedikit terkejut.
"Kamu tak mengingatnya?" ujarnya heran.
"Iya. Kurasa aku mengalami Amnesia"
"Aku mengerti. Kurasa kamu adalah anak yang aktif. Dan aku pertama kali bertemu denganmu saat aku bekerja di Rumah Sakit di kota ini"
"Rumah Sakit? Kenapa aku di Rumah Sakit? Apa aku sedang sakit waktu itu?"
"Sepertinya.. Aku juga tak begitu mengingatnya. Maaf aku tak bisa banyak membantu"
"Tak apa. Itu sudah cukup membantuku. Oh iya, karena aku sudah mengantar hadiah dari orang tuaku, kurasa aku akan segera pulang"
"Sebentar. Karena kamu sudah datang, kenapa tidak memeriksa kesehatanmu. Tentu saja gratis hehehe..."
"Terima kasih. Tapi kurasa tidak perlu. Aku sedang dalam kondisi yang baik"
"Mungkin kamu merasa sedang sehat. Tapi kamu pasti lelah setelah perjalanan jauh ke kota ini. Orang tuamu memintaku untuk mengecekmu. Apa kamu merasa ada yang salah?"
"Oh, begitu. Umm... minggu lalu aku tak sengaja mengiris jariku. Tapi sekarang sudah tak apa. Dan juga aku sedang sariawan"
"Sariawan yah.. kalau begitu buka mulutmu"
Dokter Wijaya pun mengecek kondisiku. Setelah selesai melakukan pengecekan, ia lalu mengambil obat untukku.
"Silahkan. Tapi jangan bilang pada orang tuamu aku memberi obat. Kalau tidak aku akan terkena masalah. Mungkin aku akan ditangkap"
"Maksudnya? Ini bukan sesuatu yang buruk kan?" tanyaku agak khawatir.
"Hahaha... aku hanya bercanda. Dokter selalu punya teman untuk diperiksa. Tapi ini pertama kalinya sejak aku tak punya teman hahaha..."
"Hahaha.." aku hanya bisa tertawa dengan bingung.
"Maaf, aku tak terlalu bagus dalam bercanda. Ok, kembali ke topik. Sejujurnya aku tidak disarankan untuk memberi obat ini. Jadi biar ini jadi rahasia diantara kita"
Diapun menyerahkan obatnya dan segera kuminum.
"Obat ini memiliki aroma yang sangat kuat"
"Yaa... obat itu memang memiliki aroma yang aneh. Bicara soal aroma aku baru saja membeli lilin aroma terapi"
"Benarkah?'
"Ini dia. Aromanya menenangkan bukan?'
"Kurasa... aku mengenal bau ini. Aneh. Kenapa tiba tiba aku mengantuk?"
"Miko, kamu baik baik saja? Kamu pasti kelelahan sete-----..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionMalam datang dengan tak henti membawa mimpi. Yang selalu mengingatkannya tentang janji yang ia buat. Janji yang dibuat dengan seorang gadis, entah siapa. Tapi satu hal yang ia yakini Gadis itu berharga untuknya