Prolog

5.3K 96 3
                                    

"Pagi sayang, tumben udah bangun?" sapa Yoona menyambut kedatangan putrinya. Sedangkan appanya hanya diam dan tenggelam dalam berita koran.

"Pagi juga Eomma, Appa, eehhh.... Oppa mana?... Pasti masih tidur...dasar keboo!" tiba - tiba ada seorang yang menonyor kepala Nayeon.

"Enak bener tu mulut kalo nyablak."

"Bodo amat mulut - mulut gue napa lo yang rempong!."

"Aduuh," pekik Jeubum karena tonyoran dari Nayeon.

"Udah - udah diam kalian tu ya brantem mulu, sama - sama nggak ada yang mau ngalah. Damai sehari gitu bisa nggak sih pusing dengernya!!."

"Dia duluan Eomma," tunjuk Nayeon pada Jeubum.

"Enak aja lo duluan kalik," tunjuk Jeubum balik.

"Udah....diam!, buruan makan keburu telat tau rasa kalian," potong Eomma.

"Iya eomma!," jawab mereka berdua bersamaan.

Hening...

Suasana diruang makan, hanya terdengar dentingan peralatan makan. Mereka sibuk dengan makanan masing - masing sampai makanan mereka habis.

"Appa dan Eomma mau bicara suatu hal yang penting berhubungan denganmu," Appa Nayeon membuka pembicaraan di tengah keheningan. Sontak membuat Nayeon menelan salivanya karna terkejut, tidak biasanya Appanya mau bicara serius dengannya.

"Nde?," sahut Nayeon fokus pada Appanya.

"Appa dan Eomma sudah merencanakan untuk masa depan kamu," kata appa Nayeon. Nayeon langsung membulatkan matanya mendengar penuturan Appanya.

"Eh?, maksud Appa?," tanya Nayeon, yang penuh tanda tanya dengan perkataan Appanya. Ia tak paham akan arah pembicaraan Appanya itu.

Menghela nafas. "Appa akan menjodohkanmu, dengan anak teman Appa," tuturnya lagi dengan sedikit tegas.

Perkataan Appanya berhasil membuat Nayeon terkejut, sampai tersedak air liurnya sendiri.

"Tapi, Appa Nayeon kan masih kuliah dan Nay juga mau menitih karir dulu, jalan Nayeon masih panjang Appa," menunjukkan puppy eyesnya.

Appa Nayeon menatap Nayeon dengan tajam. "Tidak ada penolakan," tegasnya. Kemudian mulai bangkit dan meninggalkan ruang makan.

"Aish jinjja, aku tidak mau" rengek Nayeon.

"Turuti saja kata Appa mu!," Nayeon mendengus lalu meninggalkan meja makan. Sendari tadi Jeubum hanya menyimak pembicaraan mereka, karna dia sudah tau tentang hal itu.

                           ******

"Eomma,Oppa mana? Udah mau telat nih," seru Nayeon yang tak menemukan batang hidung oppanya.

"Oppa mu sudah berangkat duluan. Kamu lama sih udah sana berangkat naik Taxi."

"heemm yaudah aku berangkat dulu ya Mma," sembari menjabat tangan Eommanya.

                            *****

 

"Yaelah macet lagi, masak iya gue jalan kaki," karna jalanan macet dan udah mau telat. Nayeon pun memutuskan untuk turun dari taxi kemudian jalan kaki lebih tepatnya lari.

"Udah Pak saya turun disini saja," ujar Nayeon.
"Iya Nona."

Nayeon turun di pinggir jalan dan berlari sekencang mungkin menuju kampusnya. Tanpa memperdulikan banyak orang yang melihatnya heran.

"Semua ini karna Oppa, gada akhlaq tu orang adek sendiri di tinggal."

"Awas aja nanti gue tentang tytydnya."

Dosen Killer... (Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang