Jakarta Macet

3 0 0
                                    

Liyora Atmadjaya, sudah hampir satu jam ia duduk di kursi sudut kafe itu. Segelas milkshake pesanannya sudah tinggal setengah gelas saja.

Ia celingukan jengkel harap-harap cemas bahwa Andrew akan lupa dengan pertemuan mereka. Alih-alih bosan, Liyora sejenak memejamkan matanya dan menyandar nyaman pada bangku empuk yang didudukinya.

Tidurnya terasa makin nyaman kala lagu Payung Teduh berjudul untuk perempuan yang sedang dalam pelukan dari laptop abu-abu miliknya mengalunkan irama perlahan.

Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam
Menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini

"Mungkin karena kau, sedang cantik-cantiknya.." Gumam seseorang yang suaranya sudah Liyora hafal di luar kepala.

Ia membuka matanya perlahan setengah sadar, dan kejutan berupa kembang warna-warni menyambut matanya yang hampir terbuka.

"Hmm.." Dehem gadis 17 tahun itu menggeliat. Ia nampak sejenak melihat rangkaian bunga warna-warni itu dan menurut tangan berjam tangan hitam itu sampai ke wajahnya.

"Hay.. Sampe tidur gitu ya nungguinnya. Maaf ya, Ra, Jakarta macetnya parah." Ucapnya meminta maaf, "Nih, sebagai permintaan maaf aku."

Liyora mengerjap beberapa kali dan menerima bunga itu lantas membawanya untuk ia hirup wanginya, "Alesannya Jakarta macet mulu deh. Yang lain kek." Ucapnya kembali menciumi bunga itu.

"Hehe, sekalian beli bunga itu buat kamu, Liyoo."

"Yaampun, kamu tu daripada beli bunga lama, mending kesini buruan, aku tuh keburu ngantuk, Andrew."

"Iya, besok enggak lagi." Akhirnya mengacak rambut gadisnya gemas, "Yaudah yuk, jadi minta diajarin ngedit video nggak?"

"Iya lah, udah nunggu lama masak nggak jadi." Antusiasnya berdiri dan memberesi barang-barang, sebuah tas ransel untuk laptopnya dan tas kecil santai untuk wadah ponselnya.

"Kemana?" Tanya Andres mengangkat sebelah alis.

"Cari yang lesehan aja enak kali, Ndrew. Keknya kalo duduk bakal pegel deh." Ujarnya tersenyum meringis memperlihatkan gigi putihnya.

"Yaudah, okee." Setujunya merangkul bahu wanita kedua yang ia cinta setelah ibunya. Mungkin.

***

Andrew Rafath Ardianta, orang yang sudah hampir satu tahun ini menemani hari-hari Liyora. Bukan tanpa alasan, gadis itu berharap supaya Andrew akan jadi pelabuhan cinta terakhirnya.

Tangan kokoh Andrew mulai mengotak-atik video di laptop kekasihnya yang malah bersandar lemas di bahunya. Kepala gadis itu sesekali hendak jatuh dan ditahan Andress dengan tangan kirinya.

“Liyoo..” Panggilnya lembut, “Kamu ngantuk banget, ya?”

Jari Andrew menepuk pipi Liyora agak keras sehingga membuat gadis itu terperanjat bangun dan berbicara dengan semangat layaknya orang sehat biasa.

“Gimana? Abis itu gimana? Aku dengerin kok, Ndrew.”

“Kepala kamu tu berkali-kali mau jatuh. Gimana kamu bisa denger?” Protes Andrew setengah tertawa.

Gadis itu mengusap wajahnya malas, “Hmm.. Aku ngantuuk banget. Semalem, Zahra nangis aja. Mana nggak berenti-berenti lagi. Kan jadi brisik.” Jawabnya kembali bergelayut manja di bahu kekasihnya.

Andrew mengusap rambut Liyora dan mencium puncak kepala gadisnya, "Jadi kangen deh sama adek kecil."

"Kamu jarang main sekarang. Zahra suka nanyain, Ande mana Ande mana, gitu."

Kekasih Liyora itu tertawa kecil, "Iya, nanti aku mampir."

Gadisnya mengangguk dan mulai memperhatikan tangan Andrew yang dengan cepat mengotak-atik video film pendek buatan kelompok Liyora yang harus dikumpulkan minggu depan.

"Seneng deh punya pacar anak multimedia."

"Modus, ya." Goda Andrew mencubit pipi Liyora.

***

506 kata gaes..

Buat prolog keknya segitu dulu ya

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, vote or comment.

See you next part

Salam
Penulis yang suka nyekrinsut quotes galau:)

MONOKROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang