LY

79 24 5
                                    

Kantin sangat ramai siang ini, beberapa murid bahkan ada yang masih berdiri mencari tempat duduk untuk menikmati makan siang  mereka. Untungnya, Zeina cepat-cepat keluar kelas tadi, jadi ia bisa mendapatkan tempat duduk lebih dulu. Sembari menunggu pesanananya datang, Zeina memainkan tisu yang ada di atas meja sambil bersenandung pelan.

"Eh, Zen..." panggilan itu membuat Zeina Maharani menoleh, alisnya terangkat pada gadis cantik di depannya. Tasya, sahabatnya dari SD kelas 3 itu menyentuh rambut panjangnya. "Rambut gue gimana menurut lo?"

Zeina menyatukan alis, "Gimana apanya?"

Tasya berdecak, "Ih, gimana? Masih bagus nggak kalo panjang gini? Atau gue potong aja biar sama kayak lo?"

Zeina reflek memegang rambutnya yang memang hanya sebahu. Gadis itu beralih memperhatikan rambut Tasya yang hitam lurus melewati bahunya. Rasa iri diam-diam menyapa benak Zeina. "Bagus. Gitu aja, nggak usah di potong." kata Zeina kemudian mengalihkan pandangan.

Bibir yang dipakaikan lipgloss tadi pagi itu mencebik, bola matanya memutar. "Dari dulu kalo gue minta saran gituuu aja balasan lo."

"Ya mau gimana lagi, Sya?" ucap Zeina bersamaan dengan pesanan mereka yang datang. Gadis berkacamata minus itu tersenyum senang. Pasalnya, sudah sedari tadi ia merasa kelaparan.

"Lo nggak takut badan lo tambah lebar karna makan kayak gitu, terus?" tanya Tasya saat Zeina baru saja ingin menyuapkan baksonya. Tasya mengaduk jus alpukat tanpa gulanya kemudian kembali berkata. "Diet dikit kek, Zein. Nanti nggak ada cowok yang mau deket sama lo, tau."

Walaupun ucapan itu hanya sambil lalu, tapi cukup menyakitkan untuk Zeina. Gadis yang tadinya menggebu-gebu melihat makanannya datang kini terlihat tidak bersemangat.

Tasya mengeluarkan hpnya dari saku, gadis itu lalu membuka aplikasi kamera. "Gue vidioin, yah." sebelum Zeina memberi izin Tasya langsung mengarahkan kamera kepadanya yang sempat ia tolak.

"Apaan sih, Sya!"

"Duh, Zeina. Kalo makanan lo kayak gitu terus gimana bisa kurusss. " ucapnya kemudian berpindah kepada minumannya sendiri, "Kalo mau sehat tuh kayak gue, jus alpuket, nggak pake gula lagi. Hmm," Tasya tertawa kecil di akhir kalimatnya lalu menghentikan vidionya.

Zeina menatapnya tidak suka, "Gue nggak suka digituin, Sya." ucapnya tidak terima.

Tasya abai saja, gadis itu mengedit video yang tadi ia rekam kemudian menguploadnya di Instagram, tidak lupa meng-tag akun Zeina.

Zeina masih menatap Tasya tidak terima. Walaupun mereka sudah berteman cukup lama, tapi Tasya masih saja tidak mengerti apa yang membuat Zeina tidak nyaman.

Zeina menunduk menatap makanannya. Gadis keturunan chiness itu menghela nafas. Memangnya kenapa kalau ia menyukai makanan seperti ini? Memangnya kenapa kalau berat badannya kian bertambah? Memangnya kenapa kalau ia tidak secantik Tasya?

Dari dulu Zeina mengerti kalau Tasya membutuhkan dirinya hanya untuk bahan perbandingan. Tasya yang cantik sedang Zeina yang jelek. Tasya yang langsing sedang Zeina yang gendut. Tasya yang wajahnya mulus sedang Zeina yang jerawatan. Dan jika orang-orang sudah melakukan apa yang Tasya mau, rasa percaya diri gadis itu akan meningkat.

Dulu juga Zeina diam saja, malah ikut memuji Tasya dengan pujaan yang sangat berlebihan. Mungkin itu yang membuat seorang Tasya tumbuh dengan perasaan yang tidak peka akan sekitarnya, termasuk perasaan Zeina .

Zeina meraih hpnya di atas meja yang bergetar. Ternyata vidio yang di upload Tasya membuat hpnya tidak berhenti berkedip dari tadi. Baru beberapa menit yang lalu sudah ada sekitaran seratus orang yang melihat vidio itu, dan hampir lima puluh orang yang mengomentari.

Love YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang