Chap. 3

433 46 1
                                    

"Kurasa.. ada di sekitar sini. Tapi tak ada yang mencurigakan." Setelah merasa ada hal yang salah di daerah posnya, M-21 sesegera mungkin pergi memeriksa. Namun saat tiba, tak ada kekacauan yang terlihat. Di sana penuh dengan anak-anak, suasananya pun damai.

"Eh itu pak penjaga. Hai Pak! Apa yang sedang Anda lakukan di sini?" Tanya Ahra sok akrab.

Bukannya Ahra berbincang dengan bahasa Indonesia. Tapi, sekarang Atha yang tengah mengenakan translator. Keputusan itu diambilnya karena Ia yang tak terlalu paham bahasa Korea, juga keempat temannya yang tak begitu fasih dengan bahasa Inggris.

Setelah melihat secara langsung cara kerja translator yang didapatnya dari seseorang di bandara, Atha berniat tak akan memakainya lagi. Sekarang dan seterusnya akan lebih aman kalau Ia memakai translator yang dibawanya. Meski agak enggan karna ben- warnanya yang terlihat sangat feminim.

Kembali lagi ke percakapan mereka. Ternyata pak penjaga sedang berpatroli di daerah sekitar sekolah. Sebagai pengawas keamanan, Pak Tao -Kepala Sekolah- menugaskan mereka patroli di sekitar sekolah sebelum pulang. Dan kebetulan tempat mereka mampir sekarang ada di dalam kawasan pos pak penjaga. Kurang lebih begitu terangnya.

"Kalau begitu, Kami duluan Pak." Mereka berencana mengantarkan Atha ke rumah. Bukan tempat yang disediakan khusus untuk peserta pertukaran pelajar, Atha dari awal berniat  pulang ke rumahnya.

Sewaktu Ia kecil, Ia pernah tinggal di Korea. Alamatnya tercatat lengkap di sebuah kertas usang. Sepertinya kertas itu sudah tersimpan lama. Atha hanya ingat sedikit mengenai rumah itu.

Ternyata. Alamat yang ada di kertas itu mengarahkan mereka pada sebuah rumah. Ada 2 satpam penjaga di depan pagar. Mereka berjaga seolah akan ada maling jika berkedip sebentar saja.

Atha dan yang lain berjalan mendekat. Baru akan bertanya, salah seorang dari satpam itu memberi hormat pada Atha. "Tuan Tama sudah memberi perintah untuk menjaga Nona selama di sini." Terangnya setelah memperkenalkan diri.

Tuan Tama? Kak Tama?

Biar kujelaskan sedikit. Mengenai Kak Tama, Dia adalah kakakku. Sejak kecelakaan Papa dan Mama, Kak Tama yang mengambil alih perusahaan. Awalnya Ia menentang keras Aku ke negara ini. Walaupun alasanku kemari karena sekolah, Ia tetap menunjukan usahanya untuk mencegahku.

"Pak Joe." Panggilku pada salah seorang satpam yang berjaga.

"Ya, Nona?"

"Kukira rumah ini sudah.."

"Tuan Tama tak akan menjualnya tanpa persetujuan Anda, Nona." Mendengar itu Atha tersenyum lega. Ibaratnya seperti sebuah beban berat lenyap begitu saja dari pundaknya, Ia juga tak tau mengapa bisa selega itu.

"Silahkan masuk."

Pak Joe mengantar Atha dan keempat temannya masuk ke dalam. Sedangkan Bobae, satpam satunya yang kerap dipanggil Bobby, terus berjaga di depan gerbang.

Setelah Pak Joe kembali ke gerbang, teman-teman Atha berulah. Mereka melakukan tour dadakan yang dipimpin Ahra. Hingga satu persatu nyangkut di ruangan yang berbeda-beda.

Hanna yang berhenti keliling dan berkutat di ruang teknologi. Ahra di ruang olahraga dengan samsak yang terus ditendangnya. Chan mampir di ruang keluarga, iseng obrak-abrik ruangan dan ketemu belahan jiwanya, game. Hasa yang terparkir di dapur dilanjut main masak-masakan.

Sedangkan Atha? Melihat keempat temannya yang sudah memilih habitatnya masing-masing, Ia hanya bisa duduk diam di meja makan.

🐼

Jauh di belakang mereka...

Meski sempat kehilangan jejak, M-21 berhasil menemukan sumber yang membuat alat pendeteksi berbunyi. Pekerjaan yang mudah baginya. Karena orang yang dimaksud berpenampilan sangat mencolok.

"Sesuai dugaan.. di tempat ini ada tikus mainan berkeliaran."

Sudah pasti ucapan itu ditujukan pada M-21. Wanita itu terlihat geram lantaran targetnya lepas karena dihadang orang tak dikenal. Dengan sekali pandang saja Ia tau kalau orang di depannya itu bukan manusia biasa.

"Siapa Kau? Apa yang Kau lakukan di sini?" Tanya M-21.

"Mainan sepertimu berani bertanya padaku?" M-21 hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. "Kau berani menyeringai?!"

"Apa bedanya? Kau juga mengeluarkan bau busuk."

"Kau mau tau?" Baru saja hendak menunjukan kemampuannya, wanita itu sadar kalau ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk bertarung. Karena alat di pergelangan tangganya tiba-tiba berbunyi. "Kau beruntung." Lanjutnya kemudian berlalu pergi.

M-21?

Seperti yang sudah dijelaskan, hari masih terang. Terlalu berbahaya jika bertarung di saat-saat begini. Lagipula.. daripada mengejarnya, ia malah terpikir satu organisasi manusia yang kemungkinan ikut andil menjadi penyebab orang seperti itu datang  kemari.

Untuk mengetahui kebenarannya, Ia bergegas pulang. Mendiskusikan setiap masalah yang ada sudah menjadi kebiasaannya. Tak terkecuali dengan masalah ini. Tao dan Takio juga harus tau tentang orang itu.

Sedangkan di kediaman mereka..

Tao dan Takio terus mengawasi cctv. Setelah menemukan keberadaan M-21, fokus mereka tak pernah lepas barang sedetikpun dari layar. Percakapan yang mereka dengar dari alat komunikasi M-21 turut melengkapi kekurangan rekaman cctv itu.

Setelah melihat sampai tuntas, kurang lebih objek pikiran mereka sama. Yakni organisasi manusia yang sempat membahayakan peradaban beberapa waktu lalu. Tapi, sudah lama sejak kepemimpinannya diambil alih. Pemimpinnya bukan lagi musuh mereka. Lalu ada perlu apa sampai ada manusia modifikasi datang ke wilayah mereka?

Ya, manusia modifikasi. Begitu mereka menyebutnya. Manusia yang bukan lagi manusia, tepatnya di dalam tubuhnya mengandung organ lain yang bisa berupa organ hewan maupun organ makhluk lain atau parahnya berisi teknologi. Hal ini dilakukan oleh manusia-manusia tamak untuk mendapatkan kekuatan.

Caranya mudah, hanya tinggal bongkar pasang organ yang diinginkan. Mau mencoba? Tinggal hubungi.. eh. Tapi, apakah eksperimen biadab seperti itu masih dilakukan?

Tao dan Takio duduk berhadapan dalam keheningan. Mereka sama-sama tak tau harus mulai darimana. Masalah ini mengarah pada satu orang, tapi apa yang Ia pikirkan sampai berbuat demikian?

Dilain tempat..

Dalam sebuah ruangan yang berisi banyak teknologi termaju di dunia, ada seorang pria berambut pirang tengah membaca sebuah laporan dengan cermat. Dahinya berkernyit. Tak seperti biasanya, kini Ia terlihat gundah.

Brak...

Pintu lab terbuka. Suara gaduh menghiasi pendengaran Frankenstein. Tentunya hal itu berhasil memancing emosi Frankenstein.

"Hey!" Ia tercekat saat mengetahui siapa yang membanting pintu... "T-tuan?"

"Frankenstein."

"Ya, Tuan?"

"Kau sudah dengar?"

Pandangan Frankenstein mendadak gusar. "T-tuan bukankah sudah waktunya Kau-"

"Tidak. Ayo pergi!"

"Anda akan kembali ke tempat itu?"

"..."

"Tuan, Anda belum sembuh."

"..."

"Tuan..."

*

Makin ramee :v

Organisasi apose?

Masih inget Papa Frank dan Tuannya?

Semoga suka ♡
Vote bintangnya,
Kalo ada yang deket ngapain ngarepin bintang yang jauh?

Ye gak?

Part kali ini banyak pindah-pindah tempat. Semoga kalian masih ngeh sama maksud Saya...

Noblesse SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang