Suasana club begitu ramai. Banyak lautan manusia sedang menari di dance floor, alunan musik yang begitu meriah sampai memekikkan telinga bagi yang mendengar dan lampu club mulai memancarkan cahayanya keseluruh ruangan. Banyak manusia yang bersorak-sorak dalam club ternama itu. Mereka tak sendirian, dengan ditemani pasangan dan berakhir entah kemana. Berbeda dengan laki-laki satu ini. Ia hanya duduk melihat gerumbunan manusia yang ada didepannya. Bahkan ia tak sendiri, ia dengan dua teman sepermainannya yang juga laki-laki. Jangan anggap kalian dia ditemani perempuan. Karena ia sudah punya pasangan sendiri dan pacarnya sedang ke salon kecantikan. Memang perempuan gitu kan?
"Gila! Cewek tuh sexy banget, njir.." teriak Aldi menunjuk cewek dengan lihainya menari sambil menikmati alunan musiknya, dia yang punya club ini. Wajar saja setiap hari tak pernah absen berkunjung ke club.
"Apaan sih nyet. Lo ganggu aja dari tadi. Budek nih telinga gue" komentar Satya. Aldi hanya mendengus sebal pada teman yang satu ini. Memang Satya cuek setengah mati sama kayak temannya yang dari tadi diam tanpa menyeruput minuman yang sudah ia pesan.
"Nape lo? Kok muka lo ditekuk kayak kain pel gitu?" tanya Satya diangguki Aldi.
"Iya. Napa lu? Kalau ada masalah, kan bisa cerita ke gua. Pasti kita bantu tenang aja. Ya nggak Sat?"
"Sat... Sat. Emangnya muka gua bangsat gitu?" ucap Satya tak terima. Memang mereka kalau udah bertemu ujung-ujungnya pasti berantem.
"Berisik kalian berdua. Hus... huss... sana. Jangan bacot" kata Angga yang akhirnya bersuara juga.
"Ye.. dibantu malah ngusir. Inget, club ini milik gue. Jadi, jangan ngusir gue" jelas Aldi sombong.
"Hadeh... iya, gua cerita nih. Tapi jangan kaget setelah ini"
flash back on...
Suasana gemuru tengah terjadi pada keluarga serba mewah itu. Mereka tengah membicarakan sesuatu yang sudah pasti ada yang menentang hal itu.
"Mami, nggak bisa kayak gini. Ya masak aku harus nikah sama orang yang nggak aku kenal sih bahkan sama anak SMA. What the heel!? It's impossible" bantah Angga.
"Cukup Angga. Jangan bantah mami lagi. Sehari saja kamu tak buat marah mami nggak bisa? Pa, anakmu tuh gimana?" Tanya Elena, mami Angga.
"Kan anak kamu juga mi" jawab Andre, papa Angga.
"Kalian semua egois. Aku bisa cari sendiri calon istri aku. Nggak usah acara ngejodohin segala. Apa kata orang-orang? Aku tuh masih 23 tahun pa"
"Ikut aja kata mamimu, ia benar. Kami tahu kalau kamu sudah punya pacar dan kami sudah tahu seluk beluk pacarmu. Dia hanya manfaatkan uangmu saja" jelas Andre.
"Dia tuh nggak seperti yang kalian kira. Aku cinta dia dan aku akan menikahinya segera" jawab Angga dan maminya hanya menghela nafas saja. Pusing dengan kelakukan anaknya yang kelewatan nakal dan dingin.
"Kalau kamu tetap ngotot, papa akan cabut fasilitas yang kamu gunakan dan papa akan coret kamu dari anggota keluarga, ingat itu!" ancam papnya.
flash back end....
"Apa! Lo mau nikah! Dan sialnya, sama anak SMA?! Wahh... hebat lo. Anak SMA lo embat juga Teriak Aldi sampai orang-orang di penjuru ruangan menoleh pada sumber suara dan Satya langsung membungkam mulut cabe Aldi.
"Lo bisa diam nggak sih.. orang-orang pada melihat kita nih!" ujar Satya dan Angga hanya menggelengkan kepala.
"Terus lo terima perjodohan ini?" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merried With 17 th
FanfictionWhat?! aku tak percaya semua ini. gua masih sekolah dan kecil. 23 tahun?! ya, masa sih aku nikah sama om-om. apa kata dunia? - Delia sungguh mengerikan. bagaimana bisa aku menikah sama anak 17 tahun . papa sudah gila! bagimana mungkin tinggal dengan...