Menurut Eratosthenes yang pernah berusaha mengukur luas bumi dua ribu tahun yang lalu, lebarnya planet dengan tujuh benua ini diperkirakan mencapai Empat puluh enam ribu dua ratus lima puluh km.
Gila! luas banget ya.
Kebayang dong, gimana harus berusaha menemukan dia yang katanya adalah tulang rusukmu atau separuh bagian dari hatimu di tempat seluas ini. Pasti susah! itu menurut pemikiran manusia. Tapi ... tidak dengan Allah.
Karena dia punya sejuta satu cara, untuk mempertemukan mereka yang telah tertulis akan saling melengkapi sejak di lauhul Mahfudz dulu kala. Begitupun dengan aku saat ini.
Aku rasa, ini cara Allah mempertemukan kami. Dijadikannya dunia ini serasa sempit bagaikan permukaan daun talas.
Tak terduga, kami berjumpa.
Eittss! Jangan nyinyir. Aku bukannya terlalu percaya diri. Tapi ... feeling aku yang mengatakan demikian. Hoho
Karena sejauh apa pun jodoh dikejar, jika dia memang bukan jodohmu maka tak akan bertemu. Tapi, sebesar apa pun rintangan yang ada jika dia adalah jodoh kita, maka tak ada sesiapapun yang dapat menghalang.
Amboooyyy ... pandai sangat lha bibir ni berucap, kan? Heran juga sejak kapan jadi sebijak ini.
Bang Farid. Benarkah dia jodohku?
* * *
"Selamat pagi, semuanya ...," sapaan itu datang dari seseorang yang telah dengan tega mengganggu ketenangan hatiku belakangan ini. Bikin makan tak enak, mandi tak basah, tidurpun jadi tak nyenyak. Ck!
Siapa lagi?
"Rul, dia ...."
Alhasil, minuman yang tadinya ingin ku masukkan ke kerongkongan, malah mampir dulu ke saluran pernapasan, "uhukk!!"
Yap!
Aku kelesek gaess. Perih ... perih banget."Rul, kamu gak apa-apa," Maira memandangku khawatir.
Jelas saja. Entah seperti apa wajahku saat ini. Sakitnya tersedak itu seperti tertelan sianida didalam secangkir kopi. Et dah, jadi keinget berita pembunuhan beberapa waktu yang lalu. Di tambah lagi kehadiran si doi yang ternyata oh ternyata, merupakan dosen algoritma terbaru pengganti pak Lukas yang menghilang entah kemana.
Omegot. Berasa kayak kisah cinta di cerbung-cerbung di wattpad tau, gak.
Dosenku kekasihku, atau ... Sayangku pak dosen algoritma. Huahahaha
Ok, next!
" Ehem ... Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan saya Farid Muhammad, dosen baru pengganti pak Lukas pada mata kuliah algoritma. Mulai hari ini, saya akan menyampaikan mata kuliah tersebut. Saya harapkan kerja samanya dari kalian semua agar proses permatakuliahan ini bisa berlangsung dengan lancar."
"...."
Hening. Tak ada yang menjawab. Mereka semua termasuk aku speechless sekaligus terpesona oleh lelaki tampan beralis tebal itu.
"Ok, well ... sebelum memulai pelajaran, ada yang ingin bertanya?" katanya kaku menatap satu persatu wajah kami yang masih dipenuhi rasa terkesima.
Ck!
Kesal juga aku. Kalau begini ceritanya, bisa semakin kecil kesempatanku untuk menjadi kekasihnya. Secara, member kelas ini kebanyakan para gadis, sih. Malah cantik-cantik. Huh!"Mmm ... gak ada yang mau bertanya?"
"Saya bang! eh, maksudnya pak," seruku yakin mengacungkan tangan.
* * *
" Rul, tadi itu kamu keren banget tau, gak?" Maira mengacungkan jempol ke hadapanku dengan raut bangga.
Aku cuma bisa nyengir. Sadar kalau sepertinya aku sudah sedikit berlebihan. Tapi, mau bagaimana lagi, persaingan semakin ketat. Dapat tertangkap mataku si April juga sepertinya menaruh perhatian pada Abang berbaju biru.
Tidak! Tidak akan kubiarkan gadis lain mendekatinya.
"Kira-kira, dia illfeel gak ya, Mai?"
"Ah, enggak lah. Mana mungkin. Malah dia tadi sempat senyum senyum gitu sebelum keluar." Maira menjelaskan dengan pandangan menerawang.
Benarkah? Jujur aku sedikit gugup. Tapi demi cinta, apa pun kulakukan.
Eaaaaakkkkk ....
Hari pun berjalan tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah sebulan dia menjadi dosen algoritma dikelas kami, yang artinya sudah empat kali pula kami saling bertatap mata.
Hihi. Lagunya bertatap mata. Padahal itupun karena dia mengajar didepan kelas dan selalu ku ganggu dengan lirikan manja dan lambaian tangan.
Bahagianya ... iya, aku bahagia. Serasa dunia perkuliahan ini semakin berwarna karenanya. Bang Farid si dosen tampan yang juga rupa rupanya begitu Soleh. Beberapa kali kulihat dia masuk ke masjid, dan ternyata jadi imam disana. Calon suami idaman lah pokoknya.
Tapi ....
Dia kok dingin, ya? tiap kali aku lambai-lambai tangan, dia cuma melirik sekilas lalu bersikap biasa. Pernah sekali ku kejar begitu perkuliahan selesai untuk memberikan kotak bekal makan siang, dia cuma bilang ..."Makasih ya, kalau gitu saya permisi dulu. Assalamualaikum."
Begitu. Kan bikin keki.
Apa dia gak suka aku? memang, aku kurang apa? Cantik udah, pinter juga iya, malah ramah lagi. Hmmm ....
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Berbaju Biru
RomanceKetika seorang wanita jatuh cinta, dia hanya akan dihadapkan pada dua pilihan. Menjadi seberani Ibunda Khadijah Radhiallahu Anha yang dengan yakin mengirim utusan meminta Rasulullah sebagai suami, atau meniru Fatimah Az-zahra yang menyimpan sendiri...