Happy Reading! ~

601 124 37
                                    


.
.
.
 

     Park Jihoon itu tidak menyukai hujan, karena ia akan dengan mudahnya terserang influenza dan demam jika terlalu lama berdiri di bawah hujan yang mengguyur bumi. Jihoon juga tidak menyukai naik bis, lebih tepatnya, tidak menyukai keadaan bis yang akan penuh dengan berbagai usia dan gender. Namun, sekarang ia malah harus berlari dari halte hingga sekolah dibawah rintikan hujan yang turun sejak matahari belum menampilkan sinarnya. Sialnya lagi, ia lupa membawa payung karena terburu-buru. Dengusan keluar dari belah bibirnya sepanjang koridor menuju ruang kelas yang terletak di lantai 3. Walaupun hanya tetesan hujan, tapi, tetap membuat seragam yang dikenakan Jihoon maupun rambutnya basah. Berani bertaruh, ia pasti akan demam setelah ini.

Derap langkahnya sampai di ruang kelas, tanpa membuang waktu, Jihoon segera menjatuhkan diri di atas kursi. Membuat kaget Junkyu, teman sebangkunya diserang rasa penasaran. Tidak biasanya, seorang Park Jihoon yang terkenal dengan sifat yang berisik dan ramah, kini, datang dengan wajah yang sulit untuk dijelaskan. Junkyu berdeham, "Jihoon, kamu baik?"

Jihoon bergumam, menanggapi pertanyaan Junkyu masih dengan wajah diletakkan disisi lengan yang ia lipat di atas meja.

"Sepertinya nggak, kamu sakit, ya? Lihat, seragam bahkan rambut kamu basah." Ujar Junkyu khawatir. Jika Jihoon hanya diam, tentu, ia sedang dalam mood yang buruk.

"Junkyu, aku ba —hatchim," Jihoon bersin. Bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. "Oh, rupanya aku lagi nggak baik," ujarnya lesu. "Kamu lihat Yoonbin?" tanya Jihoon dengan posisi menghadap ke Junkyu. Yang ditanya, hanya mengangguk walau sedikit khawatir melihat temannya ini. "Sejak pagi dia berlatih basket dengan Haruto. Karena itu, aku datang lebih pagi dari biasanya." Jelas Junkyu.

Jihoon terdiam. "Serius? Dia nggak kasih tahu aku soal ini," menghela napas. Jihoon lantas bercerita, "Bahkan, hari ini aku berangkat naik bis karena nyaris telat menunggu Yoonbin. Kamu tahu 'kan, hujan sejak semalam masih berlanjut, aku kehujanan sepanjang perjalanan. Lihat," Jihoon menunjukkan telapak tangan kanannya pada Junkyu. Dimana terdapat goresan merah, bukan hanya satu, tapi cukup banyak. "Jariku terkena kawat tadi."

"Sebentar, Yoonbin nggak jemput kamu? Padahal, dia tahu kamu nggak suka hujan, ceroboh pula. Aduh, untung kamu nggak kesasar tadi. Terus lihat, gimana bisa tangan kamu kena kawat, sih. Kita UKS aja, ya, Ji?"

Refleks, gelengan yang di dapat Junkyu. "Nggak, deh. Pelajaran pertama guru Lim, aku nggak mau berakhir dengan tugas yang dikasih sangat banyak. Mending, aku dikelas aja. Yoonbin juga nggak balas chat aku sama sekali, dan, hei! Aku nggak mungkin nyasar jika cuma pergi ke sekolah." Ucap Jihoon kembali diiringi dengan bunyi bel yang berbunyi dan masuknya Guru Lim ke dalam kelas. Untuk sejenak, Jihoon rasa ia harus bersabar diri hingga kelas selesai.



"Kita ke UKS aja, yuk? Kamu kayaknya demam, badan kamu panas." Itu Junkyu yang sedang membujuk Jihoon untuk ke UKS. "Atau, kamu mau izin pulang?" Lagi, hanya gelengan yang didapat. "Aku panggil Yoonbin kesini, ya?"

"Nggak! Aku nggak mau ketemu Yoonbin," Jihoon sedang merajuk rupanya. "Kita ke UKS aja, aku nggak minat buat ke kantin." Jihoon berdiri, nyaris terjatuh. "Aduh, pelan-pelan! Kamu jatuh, aku nggak kuat gendongnya, Jihoon." Junkyu segera mengapit lengan Jihoon dan membawanya ke UKS dengan selamat. Sedangkan Jihoon hanya bergumam, "Aku nggak seberat itu, Junkyu!"

Kini, Jihoon sudah berbaring di salah satu ranjang yang kosong. Rupanya benar, ia demam. Junkyu menatap Jihoon was-was. "Tunggu sebentar, ya, aku mau ke kantin beliin kamu makanan." Ujarnya dan segera berlari keluar dari UKS meninggalkan Jihoon yang bahkan belum sempat menjawab.

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang