"KAK LIAAAAAAA!! "
Teriakan seorang gadis menggema di sepanjang lorong di salah satu rumah sakit di Jakarta. Membuat beberapa pasien yang tengah berobat memandang aneh pada gadis cantik dengan rambut sebahu namun penampilannya sungguh urakan. Celana denim lengkap dengan sobekan di bagian lututnya. Kaos oblong putih yang tertutupi jaket berwarna coklat. Dan jangan lupakan rambutnya yang luar biasa berantakan. Rambut hitamnya mencuat kesana kemari.
"Sopan Saeron. Sopannnnn"
"aduhh sakitttttt. Stop stop kak. Iya iya ampun deh" Saeron sontak merintih heboh kala telingannya ditarik dengan sadis oleh seorang dokter lengkap dengan jas putih kebanggannya. Itu Lia. Kakak satu-satunya yang Saeron miliki.
"ih! Entar kalo kuping gue lepas gimana? Harus di operasi dong? Terus abis itu di suntik? OMAIGAT ogah gue berurusan sama jarum keramat itu" baru beberapa detik jeweran di telinganya terlepas. Saeron sudah mengoceh tidak jelas. Membuat kakaknya hanya bisa menatapnya jengah.
"gue udah bilang berapa kali tentang sopan santun pas di tempat umum?"
Lia menatap tajam tepat pada manik kembar hitam adiknya dengan kedua tangan terlipat di dada.
Saeron hanya cengengesan tidak jelas merasa dirinya telah melakukan kesalahan.
"ehem. Lagian lu sih. Kebiasaan jelek dipiara. Kalo pagi tu sarapan. Udah disiapin juga sama bunda. Ga kasian sama bunda yang dari subuh udah sibuk?"
Sembari mengulurkan papper bag berwarna baby blue yang berisi kotak bekal makanan warna soft pink. Saeron ingat. Kotak bekal itu adalah kado yang dia berikan kepada kakak tersayangnya waktu hari kasih sayang tahun lalu.Lia mendengus pasrah. Meraih papper bag itu. Dan berbalik berjalan menuju ruangannya. Saeron yang merasa diabaikan menghentakkan kakinya kasar dan mengintili kakaknya.
"kan udah gue bilang. Kalo kesini langsung ke ruangan gue. Gausah sok jadi pasien lepas RSJ"
Lia berkata santai sambil mencomot sandwich dari kotak bekal yang dibawa adiknya tadi. Tanpa memperdulikan adiknya yang menatapnya memelas dengan kedua sisi pipinya dikembungkan, bibir mengerucut dan mata menyipit menatap tak terima pada Lia."tega banget sih. Adeknya sendiri dikatain pasien RSJ"
Saeron menangkupkan kedua tangannya pada wajah mungilnya dan menggelengkan kepalanya dramatis hingga membuat rambutnya yang berantakan makin berantakan tak karuan."itu rambut apa apaan sih lu tu kek orang abis tawur tau ga. Rapiin sono nih sisir" Lia mengambil sebuah sisir dari tasnya dan memeberikannya pada adiknya.
"ih lu cenayang kak?" pertannyaan yang keluar dari mulut adiknya membuatnya tersentak kaget.
"lu tawur sama anak mana bego. Ga ngerti lagi gue" memijit pelipisnya pelas. Lia hanya bisa pasrah dengan berbagai tingkah bar-bar adik satu-satunya itu.
"ya ga tawur juga kak. Tadi tu pas mau kesini gue ga sengaja nabrak cewek. Dianya mah gapapa toh gue juga ga sengaja. TERUS MAL-ADUH KAK SAKITTTT" Saeron mengaduh begitu tangan kakaknya terulur dan menjewer telinganya untuk yang kedua kalinya.
"Kim Saeron ini rumah sakit kalo lo ga amnesia, tempat istirahat orang sakit, gausah teriakk bisa dong dek?"
Lia menatap tajam Saeron. Yang ditatap hanya melengos malas. Pagi ini moodnya berantakan. Mulai dari bangun tidur yang sangat luar biasa tidak elit karena dia bangun dengan diikuti suara bedebum keras yang membuat tubuhnya serasa remuk. Lalu tidak sengaja menabrak seseorang yang berakhir dengan tarik menarik rambut. Sampai disini dia malah terkena omelan sang kakak. Memang sepertinya hidupny selalu penuh kesialan.
Saerong menghela nafas dalam. Menatap serius kakaknya.
"udah ngomelnya? Seneng ya adeknya selalu kena sial gini?. Udahlah ga guna gue disini mending gue pergi"Perfect With You || Kim Saeon
Klaten, 15 Maret 2020
-Nada-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect With You
FanfictionIni bukan tentang cerita romansa yang digandrungi anak millenial. Yang memberi sensasi berdebar baper hanya dengan sederet kalimat chesy yang menggelikan. Ini tentang Mark Lee. Pemuda tampan yang kata orang-orang nyaris sempurna. Berbanding terbali...