"mbak bangun mbak udah pagi, nanti telat sekolahnya." Suara teriakan dan ketukan pintu Bi Ijah disambut dengan seorang anak perempuan berbadan tinggi, bentuk tubuhnya ideal, matanya bulat indah,bulu matanya lentik. Dan senyumnya sangat menghangatkan
Iya, dia adalah Senja. Nama lengkapnya Senja Widyadhari Mangunkusumo.
"Ohh sudah bangun toh, mbak Senja ini selalu lebih dulu dari Bibi. Apa bibi yang kurang kecepetan bangunin mbak ya?" Tanya Bi Ijah dengan nada segan.
"Gapapa kok Bi. Gak perlu dibangunin juga Senja pasti bakal bangun kok. Senja udah gede Bi. Gak usah khawatir." Jawab Senja dengan menampilkan senyum teduhnya.
"Iya udah kalau gitu langsung sarapan aja yok mbak. Itu Mas Niko sudah menunggu di meja makan." Ajak Bi Ijah.
Senja kembali tersenyum lalu mengangguk, dia menenteng tasnya. Lalu mengikuti Bi Ijah turun ke lantai bawah menuju ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, sudah ada Niko kakak laki laki Senja, dan Raden adek laki-laki Senja sedang menikmati sarapan.
Senja meletakkan tasnya dikursi lalu menyambar dua keping roti disusul dengan mengoles selai coklat.
"Mamah mana?" Tanya Senja, masih sibuk dengan rotinya.
Bi Ijah terdiam sejenak, "sudah berangkat ke kantor dari shubuh mbak."
Ekspresi Senja datar, tidak ada raut wajah sedih ataupun kesal. Benar benar datar, seakan akan sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Situasi hampa tanpa kedua orang tuanya yang akan menanyakan bagaimana kabar sekolahnya, bagaimana teman-temannya, bagaimana pelajarannya.
Begitupun dengan Raden dan Niko. Niko yang sudah menduduki dunia perkuliahan di semester 6 dan Raden yang masih menduduki bangku SMP kelas 2. Mereka semua terlihat seperti sudah pasrah akan keadaan. Seperti tiga anak yang sudah hafal dengan cerita hidupnya.
"Terus Papa kapan pulang?" Celetuk Raden.
Ekspresi Bi Ijah kembali tidak enak, lalu dengan ragu menjawab "Kata Mama dinas Papa diperpanjang sampai bulan depan mas Raden."
"Alesan basi banget." Tukas Senja sarkastik.
Niko tersenyum sambil menghela nafas, "udah lanjutin dulu aja sarapannya ntar pada telat."
Setelah mendengar ucapan Niko suasana kembali hening. Mereka semua sibuk menikmati sarapan pagi mereka. Tanpa kehadiran orang tuanya. Walaupun secara materi kehidupan mereka sangat cukup tidak pernah kurang apapun. Tapi tetap saja mereka ingin kehadiran orang tuanya.
***
"Senjaaaaaaaaaa" teriak anak perempuan berponi dan berbando bunga-bunga dikepalanya.
Namanya Amel, teman sekelas Senja. Lebih tepatnya, sahabat dekat Senja. Masih ada dua lagi sahabat Senja, tapi mereka beda kelas. Senja dan Amel duduk di kelas XII-IPA 1 dan duanya lagi duduk di kelas XII-IPA 2.
Senja menoleh kearahnya, lalu kembali menghadap ketas-nya dan mengeluarkan headphone Beats-nya. Kemudian melingkarkan headphone itu dilehernya. Seperti biasanya, dia memang terkenal anak yang acuh dan selalu memakai headphone kemana mana tidak peduli sekitar.
"Senjaa ya ampun gue tuh manggil elu kali. Berasa ngomong ama batu dah." Oceh Amel dengan bibir mengerucut.
"Kenapa?" Tanya Senja singkat.
"Lu tau gak sih gosipnya bakal ada anak baru disekolah kita. Dan kabar baiknya anak baru itu cowok Jaaaa." Amel terlihat sangat bersemangat bahkan senyumnya sangat lebar, seperti baru ketimpa uang milyaran. "Parah Ja! Gue seneng banget ya ampun." Sambung Amel lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionDia anak perempuan yang sangat pendiam. Wajahnya tanpa ekspresi, jarang tersenyum, bahkan bicaranya pun sedikit. Dia lebih senang sendiri, walaupun dia sering terlihat kumpul dengan beberapa teman dekatnya. Tapi, ntah kenapa dia selalu dipandang se...