Sella, seorang remaja yang punya banyak kelebihan. Tubuh yang tinggi, paras yang cantik, dan otak yang cerdas. Kehilangan kedua orang tuanya membuatnya harus tinggal di Panti Asuhan, tidak membuatnya patah semangat. Setiap hari ia terus berdoa untuk kedua orang tuanya di surga. Hingga suatu hari, ada suami istri yang ingin mengangkatnya menjadi anak angkatnya.
Matahari kembali menyinari bumi. Sella terbangun oleh teriakan Rita, teman sekamarnya di Panti Asuhan selama hampir 8 tahun ini. Rita bertubuh agak gemuk, tapi ia juga pintar seperti Sella. Sella segera beranjak dari tempat tidurnya, sholat Subuh, makan, lalu mandi. Pukul 06.00 Sella dan temannya pergi ke sekolah.
Panas menyengat tubuh. Pukul 14.00 Sella dan Rita pulang ke Panti Asuhan menggunakan angkutan umum. Sampai di Panti Asuhan Sella dan Rita terkejut ada sepasang suami istri dan anaknya yang ada disana. Sella dan Rita masuk lewat pintu samping.
Tiba-tiba, Bu Anti masuk ke kamar Sella. Bu Anti mengetuk pintu kamar, Sella bergegas membuka pintu kamarnya.
"Sella, ayo ikut ibu ke ruang tamu. Ada yang mau menemuimu." ajak wanita paruh baya tersebut.
"Baik bu" jawab seorang remaja berparas cantik.
Sella berjalan di belakang mengikuti Bu Anti menuju ke ruang tamu.
"Perkenalkan Sella, ini ada Pak Andi, Bu Sinta, dan anaknya Seli." ucap Bu Anti dengan sumringah.
"Selamat siang bu pak, saya Sella." ucap Sella dengan sopan.
"Selamat siang Sella. Wah kamu cantik sekali." ujar Pak Andi menatap Sella kagum.
"Terima Kasih pak"
"Sella, kedatangan beliau kemari ada hal yang penting yang ingin mereka bicarakan." kata Bu Anti.
"Iya nak. Saya harap nak Sella mau menerima tawaran kami." ucap seorang wanita cantik di samping Pak Andi.
"Ada apa ya bu?" jawab Sella yng terlihat deg-degan.
"Begini nak, saya ingin kamu menjadi anak angkat kami" ucap seorang laki-laki gagah dengan tersenyum.
Sella terkejut, perasaannya acak aduk. Bu Anti terlihat menatap Sella dengan tatapan bahagia. Sella menatap Bu Anti, ia ingin Bu Anti membantu menjawab, beliau pun mengangguk.
"Mmm...Saya mau pak" dengan wajah bahagia.
"Alhamdulillah...Terima kasih. Kira-kira kapan kami bisa menjemputmu?" tanya Pak Andi.
"Mungkin hari Rabu saja" ujar Sella dengan sedikit gugup.
"Baik nak" ucap Pak Andi dengan wajah bahagia.
"Yey...Aku bakal punya kakak" kata seorang anak perempuan berusia sekitar 13 tahun.
Satu jam setelah berbincang-bincang. Keluarga Pak Andi pamit pulang. Mereka akan menjemput Sella pada hari Rabu. Dari hari ini sampai hari Rabu akan Sella gunakan untuk berpamitan dan beres-beres.
Selasa malam keluarga Panti Asuhan mengadakan makan malam sekaligus acara pamitan Sella. Sella mengucapkan kata-kata perpisahan dan terima kasih. Keluarga Panti Asuhan sedih karena Sella harus meninggalkan mereka, apalagi Rita yang sejak tadi terus menangis. Ia tidak ingin berpisah dengan sahabatnya. Sella berjanji akan menjenguk Panti Asuhan ini setelah dia pergi dari sini. Sella menenangkan Rita.
Rabu, pukul 4 sore, Sella dijemput keluarga barunya dengan mobil. Sella memeluk Rita yang sejak tadi menangis. Di mobil abu-abu milik Pak Andi, Sella dan keluarga barunya berbincang-bincang tentang banyak hal. Seli, anak kandung Pak Andi dan Bu Sinta terlihat senang karena sekarang ia punya seorang kakak sekaigus seorang teman.
Bertahun-tahun Sella tinggal di rumah Pak Andi dia diperlakukan sama seperti anak kandung. Sella dan Seli bermain layaknya saudara kandung. Karena jarak umur mereka hanya 2 tahun, mereka bersekolah di tempat yang sama.
Sore itu, seperti biasanya Sella dan Seli bermain di halaman rumah mengenakan baju tidur seperti biasanya. Dari pukul 15.30 tadi, dua kakak beradik itu bermain lari-larian. Tapi kejadian sebelum-sebelumnya terulang lagi. Saat Seli terlihat kelelahan setelah bermain, dia tiba-tiba duduk dan sesak nafas. Sesak nafas yang awalnya hanya diabaikan, sore itu Seli juga mengalami sakit dada. Sella berteriak memanggil kedua orang tuanya. Orang tuanya segera menghampiri Sella dan Seli. Mereka segera membawa Seli ke Rumah Sakit.
Seli dibawa ke IGD. Pak Andi, Bu Sinta, dan Sella menunggu diluar sambil berdoa. Dokter keluar dan mengajak orang tuanya berbicara tentang penyakit Seli. Pak Andi, Bu Sinta, dan Sella terkejut ketika dokter mengatakan bahwa Seli mengalami gagal ginjal. Seli dirawat di Rumah Sakit, kedua orang tuanya dan Sella terus berdoa untuk kesembuhan Seli. Seminggu kemudian, Seli diperbolehkan pulang.
3 hari setelah kepulangan Seli ke rumah, ia kembali menjalani aktivitas seperti sediakala. Ia tetap bersekolah dengan diantar dengan ayahnya dan bermain-main seperti biasanya. Tapi ia menjaga dirinya dengan lebih hati-hati. Ia harus banyak minum agar tidak dehidrasi. Sella juga membantu menjaga kesehatan Seli. Sella kadang mengingatkan agar Seli tidak kelelahan.
Sore itu, Sella dan Seli bermain di halaman belakang rumah. Sella menaiki sepeda hitam dan Seli yang menaiki sepeda putih terlihat asyik bersepeda di sekitar kolam. Tapi, Seli tiba-tiba terjatuh dari sepedanya. Brukk.. Sella yang mendengar suuara itu meneh ke belakang.
"Seliiii..." teriak sang kakak.
Sella mengampiri tubuh sang adik yang terbaring di tanah. Ia segera memanggil orang tuanya. Saat itu di rumah hanya ada Bu Sinta. Mama segera memanggil Pak Anton, satpam di rumah untuk menggotong Seli ke mobil. Bu Sinta membawa Seli ke Rumah Sakit. Sella menelpon ayahnya, memberi kabar tentang Seli.
Seli dibawa ke ruang IGD. 15 menit kemudian ayah mereka datang, bertanya kabar Seli, dan duduk di kursi. Setelah sekitar 1 jam, dokter keluar dari ruang IGD.
"Bagaimana kondisi putri saya dok?" tanya mama dengan wajah panik.
"Saat ini anak ibu telah mengalami gagal ginjal kronis. Ia harus dirawat di Rumah Sakit dan menjalani cuci darah 2 minggu sekali." ucap dokter cantik tersebut.
Mama menangis, papa memeluk mama, dan aku meminta ijin pada dokter untuk menjenguk adiku. Didalam aku menatap adiku yang terbaring lemah dengan berkaca-kaca. Aku selalu berdoa untuk kesembuhanmu dek, ucapku dalam hati.
Saat tersadar, aku, mama, dan ayah membujuk Seli agar ia mau cuci darah. Awalnya Selu menolak, tapi lama kelamaan ia mau menuturi permintaan kami.
Sudah hampir 5 bulan Seli menjalani cuci darah. Saat waktunya cuci darah, kelurganya selalu menemaninya. Selain cuci darah, Seli juga harus mengkonsumsi obat-obatan. Seli terkadang merenung, memikirkan keadannya. Tapi, kakaknya selalu berusaha menghiburnya. Orang tuanya bertanya pada dokter cara lain apa agar ia bisa tidak cuci darah lagi. Cara lainnya adalah dengan transplantasi ginjal. Dokter memberi tau syarat-syarat orang yang boleh mendonorkan ginjalnya pada Sella.
Butuh waktu lama untuk mencari pendonor ginjal yang cocok. Pak Andi dan Bu Sinta tidak cocok menjadi pendonor bagi Seli karena ternyata mereka memiliki diabetes. Kedua orang tuanya masih menunggu mukjizat dari Allah SWT. Setiap malam mereka terus berdoa untuk putrinya.
Siang itu, ketika Pak Andi, Bu Sinta, Sella, dan Seli berkumpul di ruang keluarga, menonton TV.
"Ayah, mama bolehkah aku berbicara?" tanya Sella.
"Ada apa nak?" tanya ayah.
"Apakah aku boleh menjadi pendonor ginjal untuk Seli?"
Sontak semua terkejut. Kedua orang tuanya tidak menyangka jika anak angkatnya rela berkorban sesuatu yang begitu berharga untuk anak kandungnya. Seli langsung menoleh ke kakak angkatnya itu, dia berkaca-kaca.
"Apa nak?Kamu ingin menyumbangkan ginjalmu?Mengapa?" tanya ayah heran.
"Ayah dan mama telah menganggapku sebagai anak sendiri. Merawat dengan penuh kasih sayang. Aku tidak bisa memberi apa-apa. Mungkin ini tidak ada apa-apanya dibanding semua yang telah bapak dan ibu berikan. Aku ingin ayah, mama, dan Seli bahagia."
"Terima Kasih nak. Hatimu sungguh mulia. Semoga Allah SWT membalas ketulusanmu."
Seli mendekati Sella, memeluknya, dan menangis. Mama duduk disebelah Seli, memeluk kedua putrinya.
"Kapan kita ke doker ma?"
"Besok kita berangkat ya sayang" ujar mama sambil mengelus rambut Sella.
Hari Minggu, keluarga bahagia itu pergi ke Rumah Sakit. Sella menjalani berbagai test. Ia berharap hasilnya cocok dengan ginjal Seli. Saat mendapat kabar bahwa ginjal Sella cocok dengan Seli, kedua kakak beradik yang smaa-sama memilik paras cantik itu berpelukan. Mereka smagat bersyujur atas kejadian ini.
1 minggu berlalu, Sella dan Seli sudah siap di ruang operasi. Mereka serta Pak Andi dan Bu Sinta beharap agar semua berjalan lancar. Butuh waktu sekitar 3-4 jam untuk operasi ini. Sella dan Seli masuk ruang operasi pukul 15.30 dan operasi selesai pukul 19.45. Dan operasi berjalan dengan lancar.
Seli dan Sella terbangun setelah sekitar 1 jam tidak sadarkan diri setelah operasi.
"Makasih ya kak" ujar Seli lirih sambil menatap kakaknya.
"Iya dek. Semoga kamu lekas sembuh" jawab Sella.
Pak Andi dan Bu Sinta terlihat berkaca-kaca.
"Terimakasih ya nak" ucap mama sambil mencium Sella.
"Iya ma" jawab Sella lirih.
Seli dan Sella pulang setelah 1 minggu di Rumah Sakit. Tapi 4 hari lagi mereka harus kembali lagi untuk kontrol. Kabar bahagia mengahampiri mereka.
"Selamat pak, anak anda saat ini dinyatakan sembuh" ucap pak dokter.
Kami bertatapan, berkaca-kaca.
"Alhamdulillah" ucap kami bebarengan.
"Selamat ya dek." ucap Sella sambil memeluk adiknya.
1 bulan, tiba waktunya libur panjang. Saat terima raport Sella mendapat rangking 1 dan Seli mendapat rangking 3. Orang tua mereka bangga pada prestasi kedua anaknya. Karena masuk 3 besar, ayah dan mama memberi hadiah yitu berlibur ke lur negri.
Pagi yang cerah. Keluarga bahagia itu duduk bersantai di piggir kolam renang rumah mereka.
"Liburan kali ini kalian mau kemana?" tanya ayah tiba-tiba.
"Mmm..kemana ya?Kalau kakak ingin pergi kemana?"
"Aku terserah aja sih dek" jawab Sella sambil menatap Seli.
"Gimana kalo kita liburan ke luar negri aja kak?" tanya Seli dengan wajah sumringah.
"Boleh tuh, tapi mau kemana?" jawab Sella sambil tersenyum.
"Kalo aku maunya ke Singapura" kata Seli sambil membenarkan rambutnya.
"Mmm...boleh juga tuh" ujar Sella.
"Jadi kalian mau ke Singapura?" tanya mama sambil tersenyum.
"Iya ma, hehe" ujar Seli yang sejak tadi sudah cengar-cengir.
"Oke deh kalo gitu" jawab ayah.
Sore harinya ayah dan mama pergi ke bandara untuk membeli tiket. Mereka memilih penerbangan pada pukul 20.00. Rencananya mereka akan berlibur di Singapura sekitar 1 minggu. Sehari sebelum keberangkatan, mereka menyiapkan keperluan. Sella dan Seli sejak tadi sudah tidak sabar.
Keesokan malamnya, pukul 19.00 mereka sudah tiba di bandara. Mereka tiba di Singapura setelah sekitar 2 jam 25 menit memgudara. Dari bandara, keluarga mereka segera pergi ke hotel. Paginya, ayah, mama, Sella, dan Seli pergi ke tempat wisata. Mereka sangat bahagia.***End***
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Saudara Angkatku
Short StorySella, seorang gadis remaja yang tinggal di Panti Asuhan. Suatu hari, ada sepasang suami istri yang memiliki seorang putri, ingin mengangkat Sella menjadi anak angkat mereka. Ternyata anak kandung mereka memiliki sebuah penyakit. Sella memberikan se...