Senja Pertama Di Negeri Perantauan

3 1 0
                                    

  Disini aku bukanlah aku.  Aku terkekang dengan aturan yang mereka keluarkan. Mereka tak pernah mendengarkan apa yang aku ucapkan.  Mereka mengatakan semua tidakan mereka adalah untuk kebaikkanku.  Tapi,  bagiku tidak aku merasa asing dari diriku.  Mereka menempatkan aku diantara orang-orang yang berusaha mengubah akidahku.  So bolehkan aku memberontak? Tapi aku akan pergi dengan terhormat. Aku adalah gadis yang sudah saatnya untuk memilih apa yang aku yakini.  Harapanku hanya satu esok akan lebih baik.
    "aisyah, hari ini hari terakhir UN.  Ingat pesan bibi kamu harus masuk ke sekolah swasta yang terkenal itu." ucap bibi dengan bangga
     "ini saatnya aku memilih jalanku"gumamku.
     "maaf bi,  aisyah gak bisa masuk ke sekolah itu.  Aisyah ingin tinggal di Yogyakarta.  Disana ada sekolah yang Aisyah inginkan lagi pula disana sekolah negeri.  Jadi,  biayanya jauh lebih murah.  Dan juga akan lebih mudah untuk mencari perguruan tinggi yang Aisyah inginkan"jelasku dengan sangat berhati-hati
       "APA!!!  Kamu mau sekolah di Yogyakarta."teriak bibi dengan sangat keras.
      PUGH!!!
      Tamparan keras mengenai pipiku. Aku hanua terdiam mematung.  Memikirkam apakah yang ku katakan itu sebuah kesalahan. 
      "Cukup Aisyah, jangan mengada-ngada.  Kamu ngapain  mau sekolah di Yogyakarta. Mau gengsi-gengsian.  Kamu disana mau tinggal dimana?  Enakan disini  orang  tuamu  mewariskan  harta ini. hAhahaha. Kamu disana agar bibi selalu memberikan mu uang kan?  Kamu ngaku sajalah. Kamu ingin mengambil warisan ayahmu kan" ucap bibi dengan nada penuh kemarahan.
     "sudah bi,  aku tau selama ini bibi menghabiskan uang harta warisan ayah kan.  Aku sudah mengiklaskan semoga Allah membalasanya.  Dan kepergian ku ke Yogyakarta akan ku urus sendiri dan dengan uang jerih payahku sendiri.  Bukan dari warisan.  Apakah bibi tau selama ini aku bekerja part time di sebuah warung?  Tidak,  bibi tidak pernah tau apa yang aku lakukan bibi tak pernah peduli.  Tapi,  diluar sana bibi bercerita kepada dunia seolah bibi mengenalku.  Munafik!!  Apa yang aku lakukan ini demi mewujudkan cita-cita ayah yaitu  memiliki pendidikan tinggi.  Dan aku yakin disana ayah akan bangga padaku" ucapku sambil meninggalkan bibi yang masih mematung.
     Sesampainya aku di sekolah aku disambut oleh trio wok.. Wek dia sahabatku.  Sisil menghampiriku dan menangkupkan wajahku.
     "kenapa? Babak belur?  Habis balapan liar?  Atau lu main tong setan? "ucap sisil asal
    "sialan lu kampret.  Aku di pukul bibi. Aku juga mau pamit ke kamu aku mau pindah ke Yogyakarta. Aku mau melanjutkan  SMA disana." ucapku sambil menepuk pelan bahu Sisil.
    "kenapa bibi mengekang lagi?  Yah..  Berarti kita jauh dong! Aku sedih "ucap tutus yang akan mengeluarkan air matanya
     "lu main kesana.  Disana itu indah banget. Ingat,  tidak ceritaku tentang keindahan malam di candi borobudur.  Aku harap itu akan menjadi cerita yang selalu engkau kenang" ucapku sambil menatap mata teman-temanku. 
       "lu disana sama siapa? " tanya Aura khawatir.
       "ingat tidak,  dengan orang yang membuatku  tetap bersekolah disini.  Tante Naila dan Om Fahri bersama mereka aku akan menjalani hari-hariku." jelasku
       "mereka itu malaikat Aisyah. Bisa menolong kamu ketika kamu benar-benar terpuruk. Berterima kasih kepada Allah dan mereka.  Karena Allah titipkan mereka untuk menghiburmu" jelas Sisil
       "aku sangat bersyukur karena hal itu"ucapku sambil tersenyum
       Kring... 
       Jam ujian di mulai. Sebelum memulai mengerjakan Aisyah dan teman-teman berdoa agar apa yang mereka lakukan menjadi sesuatu yang baik kedepannya. 
     Nilai hasil UN telah diumumkan.  Dan Aisyah telah diterima di sekolah yang dia inginkan.  SMA 1 Yogyakarta dan bibi sudah pasrah dengan keputusan Aisyah. Ia justru senang karena ia dapat memeras aisyah, sementara disini dia menguasai harta warisan Aisyah.
     Hari ini adalah hari terakhir Aisyah semua sahabat dan keluarga kandung Aisyah berkumpul.  Dan tibalah saat mengantar Aisyah ke bandara.  Semua memeluk erat Aisyah pertanda mereka menyayangi Aisyah,  namun tidak dengan bibi.  Beliau tersenyum senang.  Ketika Aisyah berjalan kearahnya untuk salim tangannya dengan cepat menepisnya
     " sudah,  sana pergi.  Tenang aku yang menjaga hartamu. "ucapnya sinis
     Tak lama seluruh penumpang pesawat Aisyah dipanggil.  Dan Aisyab bergegas pergi sambil melambaikan tangan kepada sahabatnya.
     3 jam perjalan sekarang Aisyah sudah menginjakkan kaki di kota budaya.  Yup,  Yogyakarta kota yang indah dan kaya akan budaya.  Keluar pintu bandara Aisyah disambut oleh orang tua angkatnya. Mereka memeluk Aisyah dengan begitu erat.
      " hai sayanh selamat datang.  Mulai sekarang kamu panggil kami abi dan umi yah" ucap abi Farhan
      "iya,  abi dan umi.  Makasih udah ada dalam hidup Aisyah kalian adalah malaikatku" ucapku senang
      " iya,  kamu juga bidadari yang tuhan kirimkan untuk kami.  Sebelum kamu kerumah kami.  Kamu akan bertemu Fatimah. Anak kami , kita akan pergi ke rumahnya" jelas abi
     " loh, Fatimah tidak tinggal bersama kita bi? " tanya ku penarasan
     " tidak,  Fatimah punya rumah yanh lebih indah.  Kamu harus kesana bertemu dan berkenalan dengannya" jelas umi sambil mengelus-elus wajah cubby ku.
     Kami pergi ke rumah Fatimah. Namun,  abi Farhan malah memberhentikan mobil di sebuah pemakaman umum. Mereka mengisyaratkan kepadaku untuk turun dan mengikuti mereka. Aku berjalan hingga berhenti disebuah batu nisan.  Nisan itu bertulisan Fatimah Az-Zahra.
     "mi?  Fatimah sudah meninggal? "tanyaku hati-hati.
     "iya fatimah, sudah meninghal ketima usianya 1 tahun.  Dia mengidap penyakit talasemia. Dan nyawanya tidak tertolong.  Dia meninggal dengan tersenyum.  Senyumnya sama persis dengan senyum kamu" jelas Umi sambil larut dalam kesedihannya
      Aku mengusap pelan tubuh umi sambil memeluk bahunya
     "umi,  Aisyah tidak akan bisa menggantikan posisi Fatimah dihati umi dan abi.  Karena Fatimah punya ruang istimewa di hati abi dan umi.  Aisyah hanya mampu untuk membuat umi bahagia dan meredakan kesedihan umi.  Aisyah disini bukan sebagai Fatimah dan aisyah disini sebagai aisyah.  Kebahagiaan umi dan abi adalah keinginan Fatimah. Dan Aisyah akan berusaha mewujudkan apa yang Fatimah inginkan" jelasku
    Abi beranjak dari tempat duduknya dan memelukku erat
     "makasih kamu hadir dalam hidup kami.  Abi sayang kamu seperti kamu anak kandung kami" ucap abi sambil memelukku
     Aku duduk di depan nisan Fatimah.
     "Fatimah jangan takut aku disini bukan menggantikan posisimu dihati abi dan umi.  Aku akan melaksanakan amanatmu untuk menjaga dan membuat bahagia abi dan umi.  Aku harap kamu senang dengan kehadiranku.  Aku menyayangimu dan merindukan mu Aisyah" ucapku sambil mengusap nisan Fatimah
      Tangis kami di kala senja adalah janji yang kuucapkan untuk membahagiakan kedua orang tuaku seperti orang tua kandungku. Ya Allah izinkan aku menghadirkan senyum mereka kembali untuk membuat Fatimah tenang disana.  Aku menyayangimu Abi dan umi. Makasih udah hadir dan jadi malaikat penolongku.  Mengizinkan aku merasakan kehangatan keluarga itu lagi.  Terima kasih
     Ini adalah senja pertamaku di negeri perantauan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang