25. Awal Pembalasan

539 38 21
                                    

15 menit telah berlalu sejak keberangkatan Naruto dan Hinata dari rumah. Laju mobil tidak sedikit pun Naruto turunkan di bawah kecepatan 70 km/h. Pedal gas diinjak Naruto semakin dalam setiap detiknya, tidak peduli berapa pun laju kendaraannya, yang Dia pikirkan sekarang hanyalah Ino, Ino, dan Ino, semuanya demi keselamatan Ino.

Jarum speed o meter terus bergerak stabil di antara pertengahan angka 80 dan 100, sedangkan di bar angka speed o meter tercantumkan kecepatan yang naik turun antara kecepatan 88 Km/h sampai angka kecepatan 93 Km/h.

Untunglah tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang sore ini. Dan lalu lintas juga cukup lancar, jadi Naruto bisa dengan leluasa melewati kendaraan di depannya.

Tiin!! Tiinn!
Berkali-kali Dia membunyikan klakson karena ada kendaraan yang menghalangi di depannya.

Brum!
"Naruto-kun!" Pekik Hinata ketakutan.

Tanpa peduli dengan kendaraan di depan, Naruto langsung tancap gas hingga membuat kendaraan tadi langsung mengalah dan memberikan jalan.

"Minggirlah, sialan!!" Teriak Naruto melalui jendela pada pengendara mobil yang baru saja dilewatinya.

Tangan Hinata menyatu di atas dada, merasakan detak jantungnya sendiri yang berdetak berkali-kali lipat dari biasanya. Dia benar-benar ketakutan dengan cara Naruto mengemudikan mobil, dan lagi Naruto juga mengemudi dalam keadaan penuh amarah.

Tujuan Mereka adalah distrik 20 di dekat supermarket sekitar Kamii University. Kenapa Mereka ke sana? Karena Mereka yakin jika penculiknya pasti juga melewati jalan yang masih satu tujuan dengan jalan di sana. Mungkin dengan begitu Mereka juga bisa menyusul keberadaan Ino dengan lebih cepat.

Hinata memberanikan diri menatap Naruto yang ada di sampingnya.

Bibir terkatup rapat dan rahang yang mengeras, itulah yang didapati Hinata di wajah Naruto. Namun, ada satu hal yang membuatnya merasa sedih.

Mata Naruto, Dia melihat mata memicing Naruto yang berkaca-kaca. Terlihat sekali Naruto yang sangat sedih sekaligus marah. "(Aku tidak pernah melihat Naruto-kun sesedih ini...)" Hinata menatap iba pada Naruto.

Tangan kanan Hinata sedikit terulur, berusaha menggapai pundak Naruto. Namun sedetik kemudian, Dia mengurungkan niat dan kembali menarik tangannya.

Pandangan Hinata menunduk. Dia meratapi dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa. "(Apa yang harus kulakukan?...adakah yang bisa kuperbuat untuk Naruto-kun dan Ino-san?)"

Tangan Hinata terkepal erat. "(Ternyata, Aku hanya menjadi beban untuk Naruto-kun...)" Hinata menggigit bibir bawahnya sendiri.

Ting!
Suara notifikasi smartphone Hinata berbunyi. Secara otomatis layar smartphonenya juga ikut menyala.

"Cepat lihatlah, mungkin itu dari Mereka." Perintah Naruto dengan nada datar.

"Uhm."

Segera Hinata mengangkat wajah, dan langsung mengambil smartphonenya yang ada di dashboard.

Kunci layar digeser naik, dan langsung terbuka ke menu chatting WhatsApp. "Ini?" Gumam Hinata.

"Apa itu dari Mereka?" Naruto kembali bertanya.

Terdapat nomor tidak dikenal yang mengirimkan share location pada Hinata. "(Apakah ini dari Mereka?)"

Dan di bagian deskripsi juga terdapat pesan bertuliskan "Temui Kami di sana jika Kau ingin saudarimu selamat." Yang jelas-jelas adalah sebuah perintah sekaligus ancaman.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang