Bagian 1

22 1 0
                                    

Selesainya acara ospek menjadi awal bagi semua mahasiswa baru untuk menempuh dunia pendidikan di kampus. Persis seperti yang terjadi pada gadis ini. Suasana hatinya amat cerah karena ia telah resmi menjadi seorang mahasiswi.

“Bang, udah siap belum? Entar Adek kesiangan!” teriak gadis itu bersamaan dengan kakinya yang menuruni anak tangga terakhir.

Seseorang yang gadis itu panggil keluar begitu saja dari kamarnya. Tanpa mengatakan apa pun, kakaknya itu terus melangkah menuju mobil.

Ia tak sakit hati atas sikap cuek sang kakak. Karena selama delapan belas tahun ia hidup, ia tahu pasti bahwa sikap dingin kakaknya itu telah mendarah daging. Cepat-cepat ia menyusul kakaknya dan masuk ke mobil.

“abang, ih kenapa, sih, gitu mulu?” tanyanya kemudian.
“Gak papa.”
Selalu simpel begitulah jawaban kakaknya tiap ditanya mengapa dia sangat dingin.

Ia yang memang sedikit cerewet, bertanya lagi.
“Eh, Bang, Jimin mana?”
“Dia bawa motor. Dia paling gak mau dianterin, kan?”
Gadis itu mengangguk tanda mengiyakan.

Setelahnya keheninganlah yang menyelimuti mereka di dalam mobil yang sedang menuju kampus itu. Tak terasa, mereka pun tiba di depan gerbang utama kampus.

“Dek, ingat, ya,  jangan dekat-dekat cowok mana pun. Temenan sama yang cewek aja!” Begitulah pesan yang setiap hari selalu sang kakak ucapkan.
“Iya, Abangku,” balas gadis itu sambil menyungging senyum.

Baru saja ia akan meninggalkan area gerbang, kakaknya memanggil lagi.
“Monnie!”
Monnie menoleh. “Kenapa, Bang?”

Gadis cantik itu bernama lengkap Monnie Dhiandra. Uniknya, ia tidak pernah yang namanya merasakan hangout bersama teman. Sampai usianya saat ini, ia selalu menuruti apa pun yang dikatakan kakaknya.

“Pulangnya dijemput Jimin, ya,” ujar sang kakak. Monnie hanya mengangguk.

Kakak sulung Monnie ini bernama Kim Seokjin. Setahun lagi dia akan menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa di kampus yang sama dengan Monnie. Laki-laki berusia 21 tahun ini adalah penerus satu restoran dan satu Cafe Thailand milik keluarga. Orangtua mereka sudah meninggal lima tahun lalu karena kecelakaan lalu lintas.

Selain Kim Seokjin, Monnie juga memiliki seorang adik yang menempati posisi sebagai bungsu di keluarga. Si bungsu ini masih SMA, namanya Park Jimin. Anak keras kepala yang selalu jadi lawan bertengkar Seokjin. Ia tidak pernah mau menuruti apa pun yang tidak diperbolehkan oleh kakak tertuanya.

“Ya sudah, sana masuk,” ucap Seokjin lagi sambil mengusap lembut rambut sang adik. Setelahnya, ia masuk ke mobil dan melajukannya pergi dari sana.

Begitu memastikan mobil Seokjin hilang dari jarak pandang, Monnie berjalan menuju kelas. Sepanjang jalan ia terus mengorek isi tas. Ia merasa lupa untuk membawa sesuatu, tapi tak tahu sesuatu itu apa.
Karena sibuk dengan kegiatannya, ia tak memperhatikan jalan. Tiba-tiba ....

Bruk!

“Aduh ...,” keluh Monnie yang tak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Tasnya juga jatuh,  Alhasil, berceceranlah semua isinya.

“Maaf, gue gak lihat lo,” ucap orang itu.
“Iya, gak papa, kok.” Monnie berdiri dan mengusap celana jeans-nya.

“Ini tasnya. Kenalin, gue Kim Taehyung.” Lelaki yang baru saja menabrak Monnie memperkenalkan diri.
“Gue Monnie Dhiandra,” singkat Monnie. Setelah mengambil tasnya, ia pergi begitu saja dari sana.

Saat tiba di kelas, ternyata teman-temannya sudah ada di sana. Untung saja Monnie tidak terlambat.

“Hai, Sis, Ta,” sapanya lalu mendudukan diri di kursinya.
“Hai, Mon. Lo berangkat sama siapa? Jimin?” tanya Vita. Vita Syalila lengkapnya. Teman Monnie semasa SD, SMP sampai sekarang masuk fakultas.
“Sama Bang Jin,” jawabnya.
“Tumbenan. Biasanya dulu kalau sekolah suka sama Jimin,” balas Vita.
“Sekarang, kan, gue kuliah dan Jimin itu masih SMA, otomatis kita beda arah. Paling nanti dia jemput sore pas pulang.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Sang Berandal -KNJ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang