Gadis berbando merah jambu itu melangkahkan kakinya ke pelataran parkir. Tempat dimana ia memuat janji dengan seseorang.
Tempat itu lumayan sepi, banyak dari siswa maupun guru telah pulang ke rumah masing-masing. Mungkin hanya beberapa dari mereka yang berlalu lalang menunggu jemputan atau melanjutkan eskul yang mereka giati.
Gadis itu berhenti melangkah kala mata cokelatnya menangkap sosok pemuda berkacamata tersenyum kepadanya.
Cepat-cepat ia berjalan menuju pemuda itu, "ngapain ke sini?" tanya gadis itu spontan.
Pemuda itu tersenyum, lalu berkata, "mau jemput kamu."
"Nggak. Kamu nggak perlu jemput aku lagi."
"Why?"
"Kamu sadar nggak sih? Kita itu nggak punya hubungan apa-apalagi. Jadi jangan berlagak peduli. Aku nggak suka."
"Irish. Aku sayang sama kamu. Aku nggak mau ninggalin kamu. Stop bahas ini, aku nggak suka. Sekarang aku anterin kamu pulang ya." ajak pemuda itu, lalu menarik pelan lengan gadis itu.
Tapi gadis bernama Irish tersebut tetap berdiri pada tempatnya. Tidak mengindahkan ucapan pemuda itu.
"Nata. Stop! Kita itu udah putus." bentak Irish, lalu melepas paksa lengan tangannya. Sayang, jumlah kekuatan pemuda itu tidak sebanding dengan kekuatan yang ia punya.
"Kan aku sudah bilang sama kamu, aku nggak mau. Kamu ngerti?" pemuda itu menatap Irish dengan tajam. Seolah-olah, menyuruh gadis itu untuk berhenti berbicara yang tidak ia suka.
"Lepasin tangan aku, atau aku teriakin." ancam Irish, sedangkan Nata hanya memiringkan senyumannya.
"Teriak aja. Nggak bakalan ada yang mau bantuin kamu."
"Lepasin. Kamu dengar nggak sih?"
"Dengar kok, tapi aku nggak bakalan lepasin dan biarin kamu pulang sendiri," imbuh pemuda itu.
"Siapa bilang aku pulang sendiri? Jangan sok tau deh."
"Aku. Kan biasanya aku yang jemput kamu," ujar Nata percaya diri.
"Itu dulu. Sekarang udah beda. Please, jangan berharap lagi sama aku."
"Kalau perasaanku masih tetap sama, kamu mau apa?" tanya pemuda itu.
"Nggak. Perasaanku udah beda sama kamu."
"Terserah mau bilang apa. Sekarang kamu pulang sama aku. Atau aku ngadu ke papa kamu. Mau?"
"Oke. Nggak usah ngelibatin papaku. Aku tau kamu berkuasa, tapi jangan semena-mena." geram Irish, gadis itu sebenarnya tidak tahan akan sikap Nata, walaupun pemuda itu menyayanginya dan selalu memberikan apa yang diinginkan, tapi pemuda itu sangat pengekang dan selalu memaksakan kehendaknya, Irish tak suka.
"Bagus. Aku nggak perlu capek-capek ngadu ke papa kamu. Ayo pulang!" pemuda itu mengandeng tangan Irish, menautkan jari tangan kanan nya ke jari Irish. Sedangkan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku hoodie. Tampak cool, dengan tambahan kacamata.
Keduanya berjalan beriringam menuju mobil Nata.
Sedangkan Irish, mimik wajahnya berubah sedari tadi, "seharusnya aku ketemuan sama kak Nugrah, ahh. Kesal sumpah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan tapi Menikah
Teen FictionNatanael Elandaro dan Airish Kanara dulunya sepasang kekasih. Tapi kini, sebutan itu tidak lagi disematkan kepada keduanya. Nata yang dingin dan kaku, berbanding terbalik dengan sifat Irish yang hangat dan ramah. Banyak lagi perbedaan yang membuat...