Pertemuan.

43 3 2
                                    


●●●

Adissa menyusuri koridor sekolah, setelah 15 menit yang lalu Dissa menghabiskan waktunya di jalan. Terbilang cepat karena pagi ini jalanan tengah bersahabat dengan Dissa.

Suasana sekolah sudah ramai dipenuhi para siswa yang menggunakan seragam putih abu-abu. Nampak keramaian menguasai papan pengumuman di tengah-tengah koridor. Ya, mereka sedang memperhatikan di bagian mana nama mereka terpampang.

Dissa tak mau ambil pusing, gadis dengan rambut kuncir kuda itu lebih memilih duduk di bangku dekat lapangan dan mengeluarkan novel yang belum tandas dibacanya. Tak lupa Dissa memasang earphonenya, sedetik kemudian Dissa asyik dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan para manusia yang berlalu lalang di sekitarnya.

"Oi! Dissa!" Terdengar teriakkan keras berasal dari seorang gadis jangkung berambut ikal yang tengah berlari ke arah Dissa. Yang diteriakki tak peduli sama sekali. Dia adalah Key, Keysa Maretha, sahabat Dissa sejak SMP.

Dengan terengah Key menjatuhkan tubuhnya di sebelah Dissa yang masih tak menyadari bahwa ada seseorang di sampingnya. Sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan, Key menyenggol lengan Dissa cukup kencang. "Lo tuh ya orang panggil gak nengok sama sekali!" Terdengar nada kesal dari gadis itu.

Perlahan Dissa sadar dan melepas earphonenya sambil cengengesan, "maaf deh Key, lagi nanggung nih soalnya." Dissa meletakkan novelnya di bangku sebelah kirinya yang masih belum berpenghuni. "Emangnya ada apa sih?"

Seketika raut wajah Key meluruh menjadi berbinar, entahlah sahabat Dissa yang satu ini memang mudah sekali berubah moodnya.

"Kita sekelas! Yeyy!" Layaknya bocah SD yang baru saja dibelikan permen, itulah raut wajah Key saat ini.

"Terus?" Dissa menaikkan sebelah alisnya, pasalnya Dissa sudah terbiasa sekelas dengan Key sejak mereka SMP.

"Ihh Dissa mah, lo gak ada seneng-senengnya deh." Key mengerucutkan bibirnya.

"Yuk ahh ke kelas!" Tanpa menghiraukan ucapan Key, Dissa beranjak dari tempatnya dan berlalu begitu saja.

"Ehh Dis tungguin!"

Dissa hanya menggumam.

●●●

Dhana berjalan menyusuri koridor lantai 3 tempat dimana kelasnya berada. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam saku celana sedangkan tangan kirinya menyanggah tas yang tersampir di bahu kirinya. Pembawaannya yang dingin dan tegas membuatnya disegani oleh siswa di sekolahnya.

Pandangan Dhana teralihkan ke seorang gadis yang tengah berjalan ke arahnya. Seketika pandangan mereka berdua bertemu dan terkunci beberapa saat. Ada desiran aneh yang tercipta akibat pandangan tersebut. Entahlah, Dhana juga tak mengerti apa arti desiran itu. Dhana ingat betul siapa gadis itu, dia Adissa Anastasya Anggara. Jangan tanya bagaimana Dhana bisa hafal betul nama gadis itu. Pasalnya, gadis itu yang mampu menarik perhatian Dhana saat pertama kali Dhana melihatnya kala itu.

Gadis dengan manik mata coklat itu seketika mengingatkan Dhana akan sosok seseorang yang kini telah berada di dimensi yang berbeda. Seseorang yang amat sangat Dhana sayangi dan berusaha Dhana lindungi. Namun, dengan jahatnya semesta membuat Dhana menjadi sosok yang gagal melindunginya.

Stay Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang