BAB 2

142 17 1
                                    


Hari ini semua murid yang berada di sekolah memancarkan cayaha kebahagiaan di wajah mereka masing masing. Pasal kemarin mereka sudah menyelesaikan semua ujian yang menakutkan itu. Ya mereka semua, tak terkecuali Radhit dan Sava.

Saat ini sekolah mereka sedang mengadakan lomba untuk mengisi class meeting.

---

"Go Radhit Go Radhit Go!" teriak Sava yang berada di tengah kerumunan manusia di pinggir lapangan futsal. Ia beusaha menyemangati Radhit meskipun suaranya tidak mungkin terdengar oleh Radhit.

Di tengah lapangan, Radhit sedang menggiring bola melewati beberapa lawan yang berusaha merebut bolanya. Ketika Radhit semakin dekat dengan gawang lawan, semua murid yang mendukung tim Radhit berteriak memberi semangat.
Tentu saja mereka tidak hanya berteriak, apalagi murid perempuan. Sebagian dari mereka ada yang melakukan dance ala ala cheerledears, ada juga yang melempar kulit kacang ke lapangan karena kesal.

Duk!

"YEEE!" teriak supporter tim Radhit. Dan waktu pertandingan habis di detik itu juga dengan skor 4 untuk tim Radhir dan 3 untuk tim lawannya. Semua anggota tim Radhit berlari mendekat.

Bukan! Bukan untuk memeluknya, tapi mereka malah memukul Radhit. Satu orang satu pukulan.
Radhit meringis dan memegang badannya yang terkena pukulan tadi sambil menatap temannya dengan heran. Bukan hanya Radhit yang menatap mereka heran. Sekang semua orang yang berada di sekitar mereka juga melakukan hal yang sama, hanya saja tidak memegang badannya tetapi terdiam seperti patung karena menyaksikan hal itu.

Tak lama Sava berlari menghampiri Radhit. "Kamu ngga papa?" tanyanya dengan nada khawatir sambil memegang kedua pundak Radhit. Mendengar pertanyaan itu Radhit memutar matanya. Tentu saja dia kenapa napa bukan? Benar benar pertanyaan bodoh.

"Apa-apaan sih kalian? Bukannya bilang makasih kalian malah mukulin Radhit! Cepat minta maaf!" marah Sava kepada anggota tim Radhit. Saat ini dia sangat marah, sangat sangat sangat marah. Sebab mereka sudah memukuli orang yang sangat ia sayangi. Sayangi? Tentu saja, Radhitkan sahabatnya, jangan berpikir macam macam. Saat ini, ingin rasanya Sava melempari mereka dengan batu-batu besar yang ada disini. Tapi dia masih bisa menahannya.

Anggota tim Radhit tidak menjawab tetapi menatap satu sama lain lalu mereka tertawa sebentar. "Loh? Loh? Kok marah sih? Nantik makin cantik loh, jangan salahin kami kalau suka sama kamu ya" ucap salah satu dari mereka dengan nada mengejek, setelah itu mereka kembali tertawa renyah.

Sava yang mendengar ucapan itu semakin naik pitam dan semakin gerah. Sekarang ia tidak hanya ingin melempar mereka dengan batu tetapi juga ingin menelan mereka satu-satu. Dengan cepat dia berbalik untuk mengambil batu batu yang ada di sekitarnya.

Sedetik kemudian Sava terkejut, sebab sudah banyak orang yang berkumpul memgelilingi mereka. Sava tidak tahu kapan mulai berkumpul dan sudah menjadi sebanyak ini. Pantas saja ia merasa sangat gerah.

Beberapa detik kemudian Sava akhirnya sadar. Sekali lagi dia dihadapi sintuasi seperti ini. Marah marah dengan backgroud murid murid yang mengelilinginya.
Tiba tiba dia merasa linglung, dia merasa sangat bingung. Lupa akan semua rencana yang dia buat tadi. Lalu sekarang bagaimana? Apa yang harus dia lakukan?

Ah! Radhit!

Sava langsung mengedarkan pandangannya mencari cari sosok Radhit. Namun nihil, dia tidak menemukan sosok Radhit disini. Kemana anak itu? Bukannya tadi ada di belakangnya? Apa Radhit kabur dari sini karna tidak mau ikut ikutan dapat masalah karena Sava memarahi anggota timnya itu? Tapikan Sava melakukan itu untuk membela Radhit.

Tanpa disadari air mata Sava sudah jatuh. Lalu dia menenggelamkan wajahnya ke kedua telapak tangannya dan menangis.
Semua orang yang berada di sekelilingnya menjadi bingung tetapi tidak ada satu muridpun yang berniat menenangkan Sava. Mereka mulai kasak kusuk sambil berbisik bisik, terkadang mereka menyebut nyebut nama Radhit. "Dimana si Radhit? Kok ngga keliatan? Kan kasihan Sava nangis sendirian" ucap salah satu murid yang ada disana kepada temannya. Kok jadi nyalahin Radhit? Yah emang sih si Radhit salah, tapikan dia bisa juga nenangin Sava. Ah! Dasar pemikiran primitip!

GROW UP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang