SMA Delima bangsa sempat geger akan berita putusnya Satra dan Tasya. Pasangan yang memperoleh predikat si perfec couple. Bahkan guru-guru menyangkan putusnya hubungan mereka, tidak banyak yang tahu kenapa pasangan tersebut bisa berakhir, namun desas-desus yang terdengar Satra dan Tasya masih berhubungan baik meski sebagai mantan.
"Masih enggak mau cerita sama gue? Kenapa lo bisa udahan sama Satra,"
Tasya memutar bola mata malas, sudah satu bulan hubungannya dengan Satra telah berakhir, dan Mily sang sahabat tidak bosan menanyakan tentang seputaran asmaranya yang sudah usai.
"Enggak ada pertanyaan lain, misalnya kenapa hubungan Kai dengan Cristal berakhir gitu,"jengah Tasya tentang topik yang di bahas hanya itu-itu saja.
Mily mendengus Tasya terlalu pintar mengalihkan pembicaraan, seandainya saja ia tidak sempat mendengar atau melihat sendiri Satra menerima Keina, mungkin sampai sekarang Mily tidak percaya bahwa hubungan Tasya dan Satra sudah selesai.
"Enggak usah di ungkit, pengen nangis gue,"Sindir Mily memang sangat mendukung keduanya.
"Lebay oy!"ejek Tasya sembari menoyor kepala Mily sampai rambutnya berantakan.
Mily merengut merapikan kembali setiap helaian menggunakan jari tangannya,"Sialan lo!"maki Mily yang langsung di balas cengiran tanpa dosa oleh Tasya."Hehehe..."
"Gila! Gue yang antri dari tadi, malah si buaya buluk duluan yang di layani, emang sialan yah tuh cewek! Enggak bisa lihat cowok ganteng dikit apa! Langsung ajah modusnya!"Sani datang meletakan dua mangkok bakso sembari mengoceh panjang lebar di hadapan Tasya dan Mily.
"Nafas dulu Bu,"pinta Tasya menyuruh Sani untuk duduk dan menarik nafas dalam-dalam.
Sani mengikuti perintah Tasya, meski amarahnya masih berada di puncak ubun-ubun,"Hmm ... haaa!"
"Jadi. Kenapa teman kita ini
datang marah-marah?"tanya Mily sembari menyedot lemon tea-nya. Setelah Sani sudah terlihat tenang."Gimana enggak marah gue, udah antri di barisan nomor tiga Mil.., lah si buaya buluk baru dat ... "
"Tunggu! Buaya buluk siapa?"potong Mily.
"Hm, siapa San?"bingung Tasya siapa yang di maksud Sani dengan embel-embel buaya buluk.
Sani menghela napas"Siapa lagi... kalau bukan si Indra buaya buluk kupret sahabat pacarnya Tasya,"
"Mantan!"tegas Tasya sembari memutar bola mata. Lagi sahabatnya ini lupa akan status hubungan Tasya.
"Iya. Mantan terindah lebih tepatnya,"celetuk Indra sembari berjalan melewati meja yang di tempati Tasya, sembari mengekor kedua temannya Satra dan Alfa
Tasya dan Mily menoleh begitu juga Sani yang mendelik ke arah Andra-- orang yang barusan menyeletuk omongan Tasya dengan sebutan 'Mantan' namun pandangan Tasya tertuju pada seseorang yang berjalan di depan Indra,"Hm, mantan paling indah."gumam Tasya yang di gelengi kedua sahabatnya.
---000---
Satra merebahkan tubuhnya di atas sofa, untuk menaiki tangga di lantai dua saja rasanya begitu malas. Satra lebih memilih merogoh saku celananya mengeluarkan jepit rambut yang ia simpan, jepitan itu milik Tasya yang sempat ia belikan saat jalan-jalan di taman kota.
"Tata... pengen jepit yang itu, tapi uang Sasa enggak cukup."Satra yang gemas mencubit pipi Tasya.
"Pilih, tapi stop ngomong kayak gitu, bikin malu,"Tasya mencebik bibir, Satra ya. Satra, enggak paham akan suara manja,"Ok."
Tasya langsung menunjuk pada jepitan berbentuk buah ceri berwarna merah,"Yang itu ajah,"
Satra mengangguk menyuruh si embaknya membungkus jepitan tersebut, lalu memberikannya pada Tasya yang langsung melompat memeluk Satra,"Makin sayaaaaang... sama Satra,"senang Tasya lalu.
Cup!
Untuk pertama kalinya Tasya berani mencium Satra meski hanya di pipi.
Bibir Satra membentuk lengkungan mengingat dulu Tasya begitu bahagia hanya dengan sebuah jepitan, namun lagi-lagi sekelebat bayangan tentang Tasya menangis malam itu membuat hati Satra teriris.
"Sepertinya mitos itu bener, cinta pertama memang di haruskan gagal, enggak bakalan bisa berhasil, kita buktinya,"Tasya terisak airmatanya luruh.
Satra memeluk tubuh Tasya yang bergetar,"Lo salah, kita udah berhasil, hanya saja jalan kita terhalang oleh hal yang sangat berharga ... "Satra menjeda, menangkup wajah Tasya menatapnya dengan penuh cinta,"Hal berharga, begitu di lewati membuat kita kehilangan hidup,"
Tasya mendongak membalas tatapan mata Satra yang saat ini meneteskan air mata,"Satra, I love you,"
Satra tersenyum mengangguk,"I love you too, more."
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HALO STATUS
Teen FictionCinta pertama hanya sebuah latihan Untuk Cinta kedua ketiga dan seterusnya. Latihan untuk belajar arti sebuah rasa. Rasa bahagia, sedih, kecewa, serta rasa sakit. Ketika Cinta kedua datang kita bisa bertahan dari semua rasa itu, karena kita sudah be...