Aku tuh seneng kalau ada yang komen, komen dong biar updatenya cepet. Ehe
Happy reading!...
Aku masih tak percaya.
Sesuatu yang kau tinggalkan hanya serpihan kenangan,
Serta rindu yang mungkin tak terbalaskan.-Zelia Ainaya Lantari
°•.🌻.•°
"Beneran kesana sendiri?" Tanya Renjun.
Lelaki itu mengamati gadis yang sedang memasukan bukunya kedalam tas. Lalu memakai cardigan nya sambil mengangguk meng-iyakan pertanyaan Renjun.
Gadis itu, Zelia.
"Pulangnya gue jemput, gak nerima penolakan" ucap Renjun sambil mengusak kepala Zelia pelan. Lalu berlalu pergi meninggalkan Zelia.
Tanpa sadar, Zelia mengulas senyum tipis menerima perlakuan lembut Renjun padanya.
Ditempat lain, Jaemin yang tengah duduk menunggu Renjun tersentak saat satu tepukan mendarat dipundaknya.
"Astaghfirullah!"
"Dih, gitu doang kaget. Hayuk caw," Renjun mendelik.
"Zelia mana?" Tanya Jaemin setelah sadar bahwa gadis itu tidak bersama Renjun.
"Ketempat biasa," ucap Renjun enteng. Sambil memberikan helm pada Jaemin.
"Lah? Sendiri?"
"Iya, tapi nanti gue jemput"
Jaemin hanya ber-oh ria, lalu mendudukan dirinya di belakang Renjun dan meninggalkan lapangan parkir.
...
Zelia akhirnya sampai di tempat tujuannya. Dengan langkah yang terasa berat, juga hati yang terasa perih setiap kali dirinya menginjakan kaki di tempat ini.
Masih tak percaya, bahwa sosok itu tak lagi di sisinya. Hingga dirinya berdiri dihadapan nisan berwarna putih dengan ukiran nama yang ia rindukan.
Jeffry Putra Bagaskara.
Lelaki yang sepenuhnya menjadi sumber kekuatan Zelia. Lelaki yang pernah membuat harinya terasa menyenangkan dan berwarna. Lelaki yang berhasil mencuri hati lembut milik Zelia sepenuhnya.
Lelaki yang selalu membuat Zelia tersenyum, membuat Zelia bahagia, membuat Zelia melupakan keluh kesahnya.
Kini, Zelia menatap lekat nisan putih itu. Ia juga masih belum percaya, bahwa di dalam gundukan tanah itu, ada tubuh lelaki yang ia cintai.
"Assalamu'alaikum. Kak Putra, maaf aku baru datang sekarang. Sibuk soalnya hehe," katanya dengan nada yang dibuat riang.
Zelia menaruh bunga krisan putih diatas gundukan tanah itu. Lalu berucap, "Kak, sekali lagi, maaf. Sampai sekarang, aku masih belum bisa lupain kakak. Ah, bukan. Maksudku, aku masih belum terbiasa tanpa kakak,"
Helaan napas terdengar, "Maaf kalau sampai hari ini, kakak merasa terbebani dengan rindu yang kian membesar ini kak. Aku harap, kakak baik-baik aja disana. Aku sayang kakak," ujarnya sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ujung Senja | Huang Renjun
FanfictionPrianya tak akan kembali, karena senja telah membawanya pergi. Meninggalkan malam sebagai pengganti. Mau tak mau, rela tak rela. Kesendirian harus menemani malamnya yang terasa sepi.