u n o

690 47 2
                                    

°Monggo sambil di dengerin medianya, biar lebih ngena hihi°

Yang kuingat hanya kecelakaan itu. Kecelakaan yang merenggut segalanya. Ingatanku tentang dunia ini, yang sampai sekarang tak kunjung datang, walau sudah terhitung tiga bulan aku terperangkap di ruangan putih berjeruji tak kasat mata dengan baunya yang khas obat-obatan. Membuatku kadang mual jika bangun di pagi hari karena baunya yang menyengat indra penciumanku tiba-tiba.

Kulirik lagi perban kencang dan tebal di kakiku yang membuat seorang pria yang tadinya tertidur, dengan keadaan duduk dan kepalanya yang awalnya menunduk, terbangun merasakan pergerakanku.

Pergerakan yang minim, benar-benar hanya menggerakan kaki-yang sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai 'menggerakan' karena hanya dinaikan sedikit-namun cukup untuk membangunkannya dari tidur yang tentunya belum cukup. Terlihat jelas dari kantung matanya yang tebal menghitam dan raut wajah yang lelah.

"Kau sudah bangun?" tanya pria itu padaku. Suaranya serak, seakan memberitahuku bahwa sebenarnya dia masih mengantuk. Tangannya juga sempat ia gunakan untuk memijat kepalanya namun ia tepis cepat saat aku menoleh padanya. Mungkin karena pergerakannya kepalanya yang tiba-tiba saat merasakan diriku yang sudah bangun.

Pria itu adalah Aries Sangkara Mahaprana, entah benar atau tidak, dia mengaku bahwa itulah namanya. Dia adalah orang pertama yang kulihat setelah sadar dari-yang katanya-koma lima bulan. Hanya dia yang datang menjengukku. Sempat aku bertanya tentang orang tuaku atau keluargaku, namun ia hanya tersenyum tipis tanpa membuka mulutnya untuk sekedar menjawab pertanyaanku. Akhirnya aku memilih untuk menutup mulutku kembali pada saat itu, takut jika aku bertanya lagi ia akan merasa terganggu dan akhirnya menjauh. Hei, bukannya apa-apa! Tapi hanya dia yang kukenal sekarang. Namaku saja aku tidak tahu pasti, lalu bagaimana aku bisa hidup di dunia ini seorang diri? Lucu ya, aku baru mengenalnya tapi aku bisa mempercayainya begitu saja. Konyol, tapi itulah yang kurasakan.

Lalu, dia juga mengaku sebagai pacarku hingga kecelakaan tragis menarik paksa diriku dari genggamannya. Katanya kami saling mengasihi dan mencintai dulu. Dan ketika aku mencoba mencari kebohongan dari netranya, aku tak bisa melihat setitik kecil pun disana.

"Ah, iya," ucapku teringat kembali pada pertanyaan yang ia lontarkan, memberhentikan khayalanku beberapa saat yang lalu.

-----

Melihat Felysia seperti ini membuat hatiku tercabik-cabik. Kau tidak bisa membayangkan perasaanku saat pihak sebuah rumah sakit ternama di ibu kota, tiba-tiba menelponku dengan dalih menggunakan ponsel milik pacarku dan mengatakan bahwa pacarku berada dalam kondisi sekarat disana.

Dengan kesetanan, tanpa mengenal waktu yang sudah menunjukkan pukul satu malam, aku sontak pergi menggunakan mobil dengan laju kecepatan diatas rata-rata demi mencapai tujuanku secepat mungkin. Malaikat manisku berada dalam bahaya dan aku seharusnya berada di sampingnya untuk menyemangatinya. Tak sedikit mobil ataupun kendaraan beroda dua melayangkan klaksonnya untuk memarahiku atas kendaraanku yang ugal-ugalan. Sayangnya, tak satupun klakson itu yang mempengaruhi kecepatan mobil atau tingkat fokusku. Hanya satu tujuanku disini, bertemu dan memegang tangan kekasihku untuk memberitahunya bahwa aku disini dan membutuhkan segenap jiwanya.

Akhirnya, aku sampai setelah berada di neraka yang tidak henti-hentinya membuatku kalut karena keadaannya yang, celakanya, padat di jam ini. Setelah bertanya pada tempat resepsionis, aku buru-buru berlari menaiki tangga tanpa menunggu lift yang rasanya lama sekali datang. Akhirnya aku sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan tiga huruf besar yang menyimpan kekasihku disana, IGD. Kalang kabut, aku mencoba mendobrak pintu IGD yang akhirnya diberhentikan oleh suster dengan baju latex dengan beberapa bercak darah yang keluar dari pintu itu. "Pak, mohon tenang ya. Dengan Bapak Aries, betul?" tanya suster itu sambil memegang pundakku yang awalnya tidak berhenti berjalan kesana dan kemari untuk mengatasi gugup dan rasa khawatirku.

EudaimoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang