Kata orang masa remaja adalah masa yang sangat menyenangkan apalagi dengan seragam putih-abu, namun bagi Vio itu semua sama saja.
Vio, gadis yang dari kecil sekolah di tempat favorit, alias sekolah di tempat yang isinya otak-otak penuh dengan ambisi.
Dan kali ini Vio merajuk pada Mama dan Papanya agar bisa sekolah di tempat biasa, ia tidak bisa terus begini ketika satu kakaknya hidup dengan santai, jelas membuat Vio iri karena Fia sekolah di tempat biasa, lebih-lebih lagi ketika Fia membawa teman-temannya kerumah.
Jelas itu membuat Vio iri karena mereka tertawa bebas dengan lelucon, sementara teman Vio? Yaa Allah, temen Vio boro-boro di ajak ketawa. Cuma di ajak ke kamar mandi pas jam mata pelajaran langsung di nasehatin.
"Maa! Vio mau sekolah di tempat nya Kak Fia!" seru Vio sembari mengerucutkan bibirnya
"Vio, kamu ga bisa beradaptasi tar nya. Ga usah!"
"Kan ada Kak Fia! Kalopun ga betah aku tinggal pindah kan?"
Iya segampang itu bagi Vio, ia bisa pindah kapan pun mengingat nilai akhirnya yang hampir mencetak sempurna, belum lagi riwayat riwayat olimpiade dalam bidang akademik membuat Vio di tarik beberapa sekolahan.
"Vio denger ya, kalaupun ada Papa kamu di sana, itu ga ngaruh. Udah ga usah, sekolah di tempat biasa aja"
Akhirnya Vio hanya menangis mendengar ucapan Mamanya
"Mama jahat ih! Vio ga mau makan!"
🐰
Vio
Gue ngebuka mata selebar-lebarnya ketika melihat gerbang sekolah yang ada di depan gue ini. Menganga ga percaya bisa masuk ke sekolah ini.
Iya gue akhirnya masuk ke sekolah biasa, tentu saja dengan ancaman dan negosiasi bareng Mama.
Gue melangkah masuk ke dalem, melihat barisan dan langsung berlari untuk mendapat barisan kedua.
Gue baru aja mau menyapa yang di depan, tetapi seseorang datang dan nyempil di barisan diantara Gue.
Gue tersenyum kecil, memaklumi perilaku seperti ini. TAPI WOY NGAPE JADI MALAH PADA NYEMPIL?!
Sekarang gue ada di barisan keempat.
HELLO!! GA TAU APA GUE DATANG DULUAN?! INI GUE GA KELIATAN LOH?!
Iya gue badannya ga tinggi-tinggi amat emang.
Pas lagi nunggu mulainya MOS, ada beberapa orang yang datang. Gue ngerjap beberapa kali.
Oh ini yang namanya cogan
Jadi ya di sekolah gue ga ada yang namanya Cogan! Disana tuh sama aja, pake kacamata, muka datar. Kesel deh.
Gue menghadap kedepan lagi, eh tiba-tiba seseorang nyempil lagi. Sial sekali. Akhirnya terpaksa gue mundur, dan pas gue mundur gue nabrak sesuatu.
Gue memutar badan, melihat seorang laki-laki dengan mata runcing, tai lalat di bawah mata paling ujung, bibirnya pink, badannya gede, rambutnya warna merah, kulitnya putih.
Kok kaya Arga di film GGS ya?
Gue senyum, tapi dia malah ngeliatin gue sambil natap dingin. Spontan gue kikuk dong, akhirnya gue balik badan. Ga ada niat buat nyapa lagi.
Ketika sedang sibuk dengan pikiran gue, Kak Fia datang dengan almamaternya membuat gue bergidik.
"VIOOOOO? WAH?! gwela?! Lo beneran masuk sini?!" gue ngedengus itu mulut bikin badan gue merinding, spontan gue injek kakinys
"Kak ga usah berisik deh" ujar gue merasa kesal
"Cekidiw, masuk sini pasti tergiur liat cogan ya?!"
"EH SOK TAU!"
Emang iya sih.
Eh, enggak enggak.
Kak Fia pergi gara-gara di panggil temannya, gue kaget ketika seseorang nyempil di belakang gue. Gue noleh, melihat seorang gadis dengan rambut gelombang peach, tinggi nya jelas lebih tinggi dari gue.
Gue melongo melihat namtag nya.
"Eh? Oh? Halo!! Gue Rose, lo?" Gue menyambut tangannya.
"Oh halo Ros, aku Vio"
"WHAT DE PAK?! ADA ROS?! ROS KAKAKNYA UPIN IPIN? BWUAHAHAHAHAHAH" Gue noleh ke samping melihat orang yang lagi ketawa, gigi gingsul, tinggi, manis.
Gue melihat namtag nya.
Park Woo-Jin
Gue terkekeh geli, ketika Woojin tertawa kencang bersama teman di belakangnya, dan saat itu juga mata gue bertemu dengan orang yang di belakang Rose
Kang Daniel.
~
~~
Ini pertama kali nya buat FF maklum kalo kurang ngenakin, btw enjoy Typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kangguru - Kang Daniel ✔
FanfictionBagi Vio sekolah di tempat umum itu sangat menyenangkan, karena ia tidak pernah sekolah di sana. Selama ini Vio selalu sekolah di tempat favorit, yang isinya adalah orang-orang unnormal yang benar-benar unnormal, bukan, bukan bobrok, tapi kelewat je...